Novel 2 by Donny Dhirgantoro. (google.com) |
Saya baru saja menyelesaikan bacaan itu kemarin. Dari membaca buku itu, saya kemudian mau membaca buku lainnya lagi. Membaca itu layaknya minum Cappuccino, habis satu mau nambah lagi.
"...cita-cita itu,... sesuatu yang baik buat kamu waktu kamu besar nanti. Sesuatu yang buat kamu senang melakukannya... Kalau kamu nggak senang, berarti itu bukan cita-cita kamu..."
Saya menemukan definisi cita-cita yang cukup sederhana dari membaca buku ini. Sesederhana itu… dan saya menyukainya…
Seperti buku sebelumnya, 5cm, Donny Dhirgantoro berhasil menyisipkann semangat nasionalisme melalui novel yang ditulisnya ini. 2 menjadi novel keduanya sekaligus novel yang lebih banyak bercerita tentang impian dan kerja keras. Berbeda dengan 5cm, yang lebih banyak bercerita tentang persahabatan. Ranah impian hanya menjadi efek-efek tambahan dalam novel tersebut.
Kini, melalui novel 2 ini, penulis lebih banyak bercerita tentang impian dan kerja kerasnya. Gusni Annisa Puspita, yang terlahir dengan keterbatasan usianya dan kelebihan berat badannya berusaha untuk meraih impiannya yang teruntai lewat persahabatannya dengan Harry, yang pertama kali ditemuinya di kantin sekolah.
Seperti hidup yang tidak sempurna, kamu mencintainya dengan tidak berputus asa,
“...bahwa tidak ada hidup yang sempurna, hanya seorang pengecut yang menginginkan hidupnya sempurna..."
Pada akhirnya, ia harus tahu tentang penyakitnya itu. Akan tetapi, ia tidak memutuskan untuk menyerah. Atas impiannya, ia berusaha untuk melawan, memilih untuk tetap hidup dan melakukan sesuatu yang luar biasa.
“Kita tidak akan pernah tahu kalau kita hanya diam dan tidak mengambil pilihan, kita harus coba, menang atau kalah tetapi dengan perjuangan itu lebih penting, dan lebih berharga buat saya...”
Lewat kerja kerasnya, berlari setiap pagi dari rumahnya menuju gelanggang olahraga, ia belajar tentang bulutangkis. Ini bulutangkis, ini Indonesia! Prestasi kakaknya, Gita Annisa Srikandi yang lebih dulu melambung dan lebih dulu berkiprah di dunia bulutangkis Indonesia turut membantunya untuk menjadi seorang Gusni yang sesungguhnya. Latihan keras dijalaninya, untuk tetap menghidupkan mimpinya.
Didukung oleh kepercayaan kedua orang tuanya yang meskipun masih saja merasa cemas, sahabat-sahabatnya, Nuni dan Ani, kekasihnya, Harry dan juga pelatih bulutangkis nasional, ia menjalani kerja kerasnya melawan penyakitnya. Penyakit yang menurut Dokter Fuad, belum pernah ditemukan obatnya.
Nah, apakah Gusni berhasil mencapai apa yang diinginkannya? Sampaikah ia pada batas waktu yang ditentukan oleh penyakitnya? Seseru apa permainan bulutangkis yang ditransformasikan ke dalam sebuah novel? Silahkan beli atau pinjam novelnya. :p
Karena segala sesuatu diciptakan 2 kali… dalam dunia imajinasi dan dalam dunia nyata. Dengan kerja keras, tinggalkan bukti di dunia nyata bahwa impianmu, Ada. Bersama alam bawah sadarmu kamu bermimpi, bersama alam bawah sadarmu kamu berjuang. Karena manusia bisa, ia ada untuk bisa.
Cukup menyenangkan membaca novel ini. Setelah lama saya tak lagi membaca, saya akhirnya menemukan cerita yang bisa kembali meluapkan semangat saya. Jika sudah berbicara tentang impian, semangat saya menggelegak. Karena antara saya, mereka, ataupun siapapun yang punya mimpi, adalahh sama.
Serius! Ada bagian-bagian dalam buku ini yang membuat saya nyaris saja menitikkan air mata. Meskipun mata saya hanya dibuat berkaca-kaca, namun pesan yang ingin disampaikan oleh menulis benar-benar sampai ke hati pembacanya. Apalagi ketika sampai pada titik-titik klimaks cerita, yang membuat saya meluap-luap, bersemangat. Saya pun ingin seperti dia yang ada di dalam cerita, meraih impiannya dengan kerja keras, pantang menyerah.
Hal yang menarik pula dalam novel ini, penulis mampu menggambarkan pertandingan bulutangkis secara deskriptif layaknya laporan langsung dari komentator. Kita seakan-akan dibawa ke dunia “radio”, yang cukup mendengarkan deskripsi laporannya, kita sudah mengerti jalannya permainan. Bahkan bisa membuat kita melonjak-lonjak, berteriak-teriak, hingga mengepalkan tangan. Bagi saya, nampaknya penulis berusaha untuk menulis sesuatu dengan bentuk yang berbeda. Dan nyatanya? Baik sekali.
Recommended to read.
"Ke setiap diri di depan saya... hari ini, saya bilang... jika kamu punya impian, impian besar dan begitu bermakna, kekuatan imajinasi manusia yang luar biasa, tetapi kamu tidak sedikitpun bekerja keras, tidak sedikit pun meneteskan keringat untuk memperjuangkan impian kamu,... buat saya kamu hanyalah pembual nomor satu bagi diri kamu sendiri,"
------------
Setiap dari kamu adalah manusia, dan layaknya manusia, hidup tidak ada yang sempurna, tetapi di setiap doamu, kamu tahu, sang Pencipta sedikitpun tidak pernah meremehkan kekuatanmu.
Setiap dari kamu sudah berjalan cukup jauh dalam hidup, tetapi setiap dari kamu masih ada perjalanan yang harus kamu tempuh. Langkah kaki kita sudah berjalan cukup jauh untuk sampai disini, tetapi kita selayaknya percaya kalau masih ada langkah untuk berjalan lebih jauh lagi.
Karena hidup tidak pernah sampai disini.
Karena untuk hidup dan melangkah adalah anugerah, tetapi untuk terus hidup dan terus melangkah lagi, bekerja keras untuk setiap impian adalah luar biasa.
Karena hidup tidak pernah sampai disini.
Karena semenjak ada di muka bumi ini, dalam hidup manusia telah saling membuktikan kepada manusia lain bahwa mimpi memang menjadi kenyataan, bahwa keajaiban itu nyata. Bahwa dengan impian dan kerja keras manusia bisa… melakukan sesuatu yang kadang ia sendiri tidak menyangka ia bisa melakukannya., melakukan hal-hal yang jauh di luar jangkauan kemampuannya, melakukan sebuah keajaiban.
--Imam Rahmanto--
- April 30, 2013
- 0 Comments