Pengalaman Menjadikan Dewasa
April 10, 2013Baca Juga
Degg!!
Saya terkejut ketika lagi-lagi mendapatkan komplain atas berita yang diluncurkan oleh redaksi kami. Apalagi berita itu terkait dengan salah satu divisi yang seharusnya menjadi bagian “aman-aman” saja. Ini yang kedua kalinya, namun dengan pihak dan permasalahan yang sama. Wow!
Sejujurnya, saya agak resah mendapati komplain atau protes semacam itu. Bagaimana tidak, hal itu akan sedikit berimbas pada siapapun yang berhubungan dengan berita itu. Apakah reporter, editor, bahkan seorang pimpinan sekalipun.
Akan tetapi, sebagai seorang yang sedikit lebih “di atas”, maka mau tidak mau sudah saatnya saya harus melangkah. Berani melawan rasa takut. Ketika saya masih belum memiliki satu orang pun “di bawah”, saya bisa dengan leluasanya selalu menghindar atas berita-berita saya. Kini, saya harus menjadi orang yang bertanggung jawab atas berita-berita yang meskipun bukan milik saya. Saya merindukan menjadi orang yang selalu dilindungi. Bagaimanapun halnya, segala kesalahan orang “di bawah” menjadi kesalahan orang “di atas”. Katanya sih menjadi atasan harus mengayomi seperti itu.
Ah, itulah sedikit menjadi dewasa (versi saya). Ketika kita berani melawan rasa takut. Semakin kita dewasa, maka semakin banyak pula orang yang harus kita lindungi. Dalam keluarga, kita menjadi pelindung adik kita. Dalam organisasi, kita menjadi pelindung bagi “bawahan”. Dalam kehidupan, kita menjadi pelindung bagi orang yang lebih muda dari kita. Dalam kehidupan pula, mungkin, kita akan menjadi pelindung bagi orang yang kita sayangi. Bahkan, bisa jadi hingga merambah dalam keluarga baru nantinya. Tidak mungkin kan kita selalu mau menjadi orang yang dilindungi? ^_^.
Semakin kita menginjak kedewasaan itu, maka ada banyak hal yang harus kita lindungi. Kita tentunya bukan lagi anak kecil yang bisa seenaknya berbuat sesuatu dan mendapatkan perlindungan dari orang tua. Bukankah semakin tahun, maka semakin tua pula kita, semakin mendekati menjadi orang tua pula.
Yah, bagaimanapun, pengalaman selalu menjadi guru yang terbaik bagi kita. Dewasa atau tidak, tergantung dari cara kita menghadapinya, menyelesaikannya. Permasalahan itu selalu membuat kita naik level ke tingkat yang lebih tinggi.
Terima kasih bagi kalian yang telah berani menyelesaikan permasalahannya, seberat apapun itu mendera hati, bahkan jika harus terbawa mimpi. Hehe... Jangan pernah berhenti belajar dan mencicipi pengalaman hidup. Terkadang, ketika kita tua nanti, kita butuh sesuatu yang “tak terlupakan” untuk diceritakan kepada anak cucu kita. Believe it! Terima kasih pula sudah menjadi orang yang bertanggung jawab dan pantang menyerah di saat-saat keadaan memaksa untuk berputar arah.
Karena selalu ada kesempatan untuk benar di setiap kesalahan yang kita lakukan…
Saya terkejut ketika lagi-lagi mendapatkan komplain atas berita yang diluncurkan oleh redaksi kami. Apalagi berita itu terkait dengan salah satu divisi yang seharusnya menjadi bagian “aman-aman” saja. Ini yang kedua kalinya, namun dengan pihak dan permasalahan yang sama. Wow!
Sejujurnya, saya agak resah mendapati komplain atau protes semacam itu. Bagaimana tidak, hal itu akan sedikit berimbas pada siapapun yang berhubungan dengan berita itu. Apakah reporter, editor, bahkan seorang pimpinan sekalipun.
Akan tetapi, sebagai seorang yang sedikit lebih “di atas”, maka mau tidak mau sudah saatnya saya harus melangkah. Berani melawan rasa takut. Ketika saya masih belum memiliki satu orang pun “di bawah”, saya bisa dengan leluasanya selalu menghindar atas berita-berita saya. Kini, saya harus menjadi orang yang bertanggung jawab atas berita-berita yang meskipun bukan milik saya. Saya merindukan menjadi orang yang selalu dilindungi. Bagaimanapun halnya, segala kesalahan orang “di bawah” menjadi kesalahan orang “di atas”. Katanya sih menjadi atasan harus mengayomi seperti itu.
Ah, itulah sedikit menjadi dewasa (versi saya). Ketika kita berani melawan rasa takut. Semakin kita dewasa, maka semakin banyak pula orang yang harus kita lindungi. Dalam keluarga, kita menjadi pelindung adik kita. Dalam organisasi, kita menjadi pelindung bagi “bawahan”. Dalam kehidupan, kita menjadi pelindung bagi orang yang lebih muda dari kita. Dalam kehidupan pula, mungkin, kita akan menjadi pelindung bagi orang yang kita sayangi. Bahkan, bisa jadi hingga merambah dalam keluarga baru nantinya. Tidak mungkin kan kita selalu mau menjadi orang yang dilindungi? ^_^.
Semakin kita menginjak kedewasaan itu, maka ada banyak hal yang harus kita lindungi. Kita tentunya bukan lagi anak kecil yang bisa seenaknya berbuat sesuatu dan mendapatkan perlindungan dari orang tua. Bukankah semakin tahun, maka semakin tua pula kita, semakin mendekati menjadi orang tua pula.
Yah, bagaimanapun, pengalaman selalu menjadi guru yang terbaik bagi kita. Dewasa atau tidak, tergantung dari cara kita menghadapinya, menyelesaikannya. Permasalahan itu selalu membuat kita naik level ke tingkat yang lebih tinggi.
Terima kasih bagi kalian yang telah berani menyelesaikan permasalahannya, seberat apapun itu mendera hati, bahkan jika harus terbawa mimpi. Hehe... Jangan pernah berhenti belajar dan mencicipi pengalaman hidup. Terkadang, ketika kita tua nanti, kita butuh sesuatu yang “tak terlupakan” untuk diceritakan kepada anak cucu kita. Believe it! Terima kasih pula sudah menjadi orang yang bertanggung jawab dan pantang menyerah di saat-saat keadaan memaksa untuk berputar arah.
Karena selalu ada kesempatan untuk benar di setiap kesalahan yang kita lakukan…
--Imam Rahmanto--
2 comments
Cieee.. ternyata seperti ini ya, pendewasaan orang yang berada "di atas." Selamat berproses, kawan :D
BalasHapus@Dian Kurniati Iya, dunkz.... :P
BalasHapus