Pikiran dan Perasaan pun Butuh di-refresh

April 07, 2013

Baca Juga

“Bomnya di sana! Hei…..kiri! Maju…. Teruss!! Aduh!! Kena tembak!!”

Teriakan bersahutan bergantian memenuhi ruangan di redaksi saya. Serasa sedang berada di warnet, yang biasanya saya juga nyaris menemukan tingkah polah yang serupa, meskipun isinya berbeda, “Chipmu bagi dong!! Di meja mana kamu? Masuk ke meja “A”, bla-bla-bla!”

Meskipun agak ribut dan bising dengan suara-suara tembakan dari laptop masing-masing, namun saya senang mendengarnya. Saya merindukan tertawa lepas seperti itu di tempat ini. Sejenak, melupakan pekerjaan dan meringankan kepala dengan sedikit “bermain”.

“Hei! Jangan tembak! …. Awas! Bomnya meledak!! Astaga!! Tuh, kan!”

Seperti halnya senam, bahkan menjalani kehidupan sehari-hari pun butuh sedikit “pendinginan”.

Refresh out! Kenyataannya adalah hal penting sekadar melegakan pikiran setelah nyaris seminggu berpikir tentang hal-hal yang urgent; kuliah, organisasi, pekerjaan, pertemanan, keluarga, atau bahkan kepikiran cara memikat hati seorang wanita. Serius. Kita manusia, bukan robot yang tak dipengaruhi oleh perasaan. Bukan pula hewan yang hanya memperturutkan nalurinya. Seringkali beban itu bukan dari “berat” secara harfiah dari sisi yang bisa dihitung menggunakan rumusan kilogram dan semacamnya. Akan tetapi, selalu saja, bagi kita manusia “berat” itu selalu dikaitkan dengan pikiran dan perasaan yang akan terbawa pada pekerjaan itu.

Hakikatnya, sebagian besar penyakit itu disebabkan oleh perasaan maupun pikiran. Dan lebih banyak dari itu, pikiran dan semangat pula yang menyembuhkannya.

Beban perasaan juga tak jarang membuat kita jatuh sakit. Orang-orang kaya di luar sana lebih banyak menderita stroke mungkin hanya gara-gara terlalu dibebani oleh pikiran tentang pekerjaannya, bukan pada beban pekerjaannya. Perempuan-perempuan di luar sana tidak kuat lagi menahan air matanya bukan karena tidak kuat akan pekerjaannya, melainkan perasaannya yang agak rapuh oleh tekanan batinnya.

Nah, oleh karena itu penting juga memberikan sedikit “terima kasih” kepada tubuh yang telah lelah bekerja keras dengan sedikit bersantai. Menikmati suasana-suasana asri dimana saja. Menyaksikan keramaian orang-orang lainnya yang berkutat dengan aktivitasnya masing-masing. Menikmati kekonyolan-kekonyolan orang lain yang bisa membuat kita tertawa. Atau kenapa tidak dengan sekali-kali mencoba kekonyolan-kekonyolan diri sendiri? Percayalah, menjadi orang dewasa tidak selalu menyenangkan.

Kita bisa menyaksikan dengan lebih jelas bahwa dunia ternyata tidak hanya seluas kesibukan kita sehari-hari. Masih banyak sisi-sisi kehidupan yang belum pernah kita lihat meskipun hanya untuk dicicipi. The other world.

“Saya baru saja jogging di taman Macan sana, baru pertama kalinya ini,” ujar salah seorang kakak senior saya sambil tersenyum sumringah pada kami yang mengajaknya bersantai di Anjungan. Menurutnya, cukup menyenangkan bisa menikmati Minggu pagi dengan berolahraga santai.

Dengan berolahraga pula kita menghadiahkan sedikit penghargaan bagi tubuh kita yang telah rela dipakai terus-menerus untuk bekerja keras. Hari-hari santai tidak hanya dinikmati untuk tidur, kan? Tidur hanya untuk merilekskan tubuh, istirahat, bukan semata-mata untuk men-charge kembali tenaga. Karena pada dasarnya, ketika kita tidur, justru kalori juga lebih banyak dikeluarkan. Coba cek pelajaran Biologi.

Akhirnya, setelah sehari menikmati kesenangan-kesenangan yang bisa melegakan perasaan dan pikiran, semangat lantas selesai di-upgrade, kita pun siap memulai kembali kesibukan-kesibukan yang banyak mendera pikiran dan perasaan kita. Come on, let’s enjoy your weekend!

“Hei, hei foto dong! Gantian!”

Woi, saya dimana dong?? (foto: ImamR)


--Imam Rahmanto-- 

You Might Also Like

0 comments