Keajaiban Kecil dan Waktu

April 17, 2013

Baca Juga

(google.com)
Dunia selalu bekerja di luar nalar kita…

Percaya atau tidak, hari ini saya banyak mengalami kejadian-kejadian, yang kata kebanyakan orang adalah “kebetulan” semata. Akan tetapi, bagi saya, hari ini benar-benar banyak keajaiban-keajaiban kecil yang menimpa kehidupan saya.

Percaya atau tidak, Tuhan selalu menilai seberapa keras usaha dan kemauan makhluk-Nya sebelum menurunkan keajaiban-keajaiban-Nya. Karena, keajaiban itu diciptakan dari seberapa tangguh usaha dan kemauan kita.

Waktu. Baru-baru saja saya membaca sebuah novel tentang “waktu” (hasil minjem dari teman saya juga sih), Dan hari ini saya benar-benar berhadapan dengan “waktu” itu sendiri. Semuanya serba terbatas. Serba mepet. Berkejar-kejaran waktu. Ketika sudah dikejar waktu seperti itu, maka satu hal yang akan selalu kita pinta, “Seandainya saya punya waktu lebih banyak,”

*****

Waktu. Mari kita paparkan waktu saya untuk hari ini.

  • Jam 09.00 – mata kuliah Metodologi Penelitian II, salah satu mata kuliah ulangan saya. Saya terjadwalkan untuk presentasi.
  • Jam 13.00 – mata kuliah Program Linier, salah satu mata kuliah ulang saya juga.
  • Jam 16.00 – mata kuliah Microteaching, sama, mata kuliah yang harus saya ulang juga. Saya terjadwalkan pula untuk presentasi hari ini, setelah hari sabtu sebelumnya mangkir dari jadwal.

Semalam, saya juga baru saja mengikuti rapat kepanitiaan kegiatan yang akan digelar organisasi saya bulan depan. Maklum, organisasi saya tergolong “kerja berat”. Selain harus mengisi pemberitaan setiap harinya, ada beberapa program kerja yang mestinya dipenuhi oleh kami.

Nyaris saja, hanya untuk menyelesaikan tugas kesiapan presentasi Microteaching, saya tidak ingin mengikuti rapat itu. Lihat saja, ada RPP, LKS, LKK, bahan ajar (slide), skenario ajar, sekaligus bahan yang mesti disinergikan untuk presentasi “akbar” itu. Akan tetapi, mencoba berkompromi dengan waktu, saya ngotot hadir dalam rapat yang digelar hingga jam 01.30 dini hari itu.

“Setidaknya, habis rapat nanti saya bisa begadang sampai pagi untuk mengerjakan presentasi itu,” pikir saya sedikit berkompromi dengan diri sendiri. Nyatanya, seusai rapat, saya terlelap hingga pagi hari.

Jam 07.00
“Argh, sudah jam 7!” Saya berseru saat menengok jam dinding yang berdetak begitu santainya. Baru saja saya terbangun, dan belum sadar sepenuhnya, saya bergegas bangkit. Saya begitu menikmati pagi dan selalu tak ingin ketinggalan suasananya yang selalu pula mendamaikan hati dan pikiran. Lagipula, pagi ini tepat di pukul 09.15 saya harus mengikuti kuliah. Lebih beruntung lagi, saya mendapat giliran presentasi untuk yang pertama kalinya. Ini nih ulah diri sendiri yang mengajukan diri di pertemuan sebelumnya.

“Kalau begitu, siapa yang bersedia untuk presentasi minggu depan? Mungkin 3-4 orang lah. Setidaknya sebagai contoh saja mengenai konsep yang kita akan kemukakan,” ujar dosen saya.

Merasa tidak ada yang perlu ditakutkan, saya mengajukan diri secara bebas. Toh, saya punya prinsip; Jika tak bisa menjadi orang pandai, jadilah orang berani. Karena saya merasa bukan orang pandai, maka saya hanya mencoba untuk sedikit lebih berani. Lagipula, saya yang mengulang mata kuliah ini, tidak boleh lagi mengulang kesalahan-kesalahan saya yang telah lalu. Cukup.

Saya mencoba untuk berkompromi lagi dengan waktu. Saya yang selalu tak ingin ketinggalan suasana pagi, menikmatinya dengan menyeruput segelas Cappuccino hangat. Tahu tidak, jika para perokok kecanduan dengan rokoknya, saya malah jatuh cinta pada minuman satu ini. Maka berlaku peribahasa, tiada hari tanpa segelas cappuccino, untuk pagi saya.

Jam 07.30
Saya bergegas kembali ke kost saya. Memacu kendaraan sedikit lebih pelan. Sudah saya katakan, saya suka pagi, dan tak ingin ketinggalan suasananya yang begitu mendamaikan.

Sebelum benar-benar kembali ke kost, saya memutuskan untuk browsing di warnet yang tidak jauh dari kost saya. Memang, warnet itu setiap hari menjadi salah satu tongkrongan saya. Bahkan, jangan-jangan operatornya sendiri sudah tidak bisa melupakan wajah saya. Dikarenakan buka 24 jam, maka waktu pagi hari menjadi waktu lowong bagi saya untuk bisa memanfaatkan warnet tersebut sepuasnya. Saya juga suka disana karena jaringannya yang wusshhh!! Secepat kilat.

Dikarenakan hari ini adalah hari penting saya; presentasi Microteaching, maka saya tidak boleh melarikan diri lagi. Hehe…Sabtu lalu, saya sudah mangkir dari jadwal presentasi saya. Itu bodoh. Dan nyatanya, saya kali ini tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Bahkan, saya pun sebenarnya telah berencana untuk mangkir saja dari kuliah Metodologi Penelitian II pagi ini, demi mengerjakan full time kesiapan presentasi Microteaching saya. Tapi…..hei, saya juga kan harus presentasi di mata kuliah Metodologi Penelitian II itu! Tak mungkin lagi saya “melarikan diri” darinya. Sudah saya bilang, saya tak ingin mengulang kesalahan-kesalahan lampau saya. Hah, sehari ini menjadi hari saya untuk presentasi. The long presentation day!!!

Saya menyetel waktu billing warnet selama sejam.

Jam 08.40-an
Lewat beberapa menit dari sejam waktu yang saya niatkan di warnet. Parahnya, facebook, twitter, blogger, email, membayang-bayangi saya selama “menjelajah” itu. Alhasil, saya tak menemukan materi referensi yang saya butuhkan. Alamak! Saya pulang ke kamar dengan tangan kosong.

Jam 09.15
Saya bergegas ke kampus. Sst…karena sudah buru-buru, saya hanya menyempatkan diri untuk mencuci muka saja. Saya tak boleh telat. Apalagi, setelah pertemuan sebelumnya berhasil tiba di awal waktu dan sempat menjadikan keunggulan saya itu bahan olok-olokan buat teman-teman yang lain.

Ehem, kita masuk jam 09.15 loh. Ingat, jam 09.15…,” ujar saya mengejek kepada setiap teman-teman yang telat menghadiri mata kuliah Metodologi Penelitian II dua minggu lalu, sembari menunjuk-nunjuk pergelangan tangan saya. Seolah-olah saya adalah yang tercepat diantara yang lainnya. Mereka menanggapinya hanya dengan tertawa sambil berujar, “Padahal, biasanya yang telat kan kau,” Haha

Saya tiba di kampus ketika semua teman-teman kelas saya masih santai duduk-duduk di pelataran maupun gazebo. “Mungkin memang belum masuk,” pikir saya.

Saya sempat beberapa menit lamanya bercengkerama dengan salah seorang senior saya ketika teman lainnya tiba-tiba menyampaikan kabar gembira itu.

Jam 09.40-an.
“Dosen tidak masuk, karena beliau sedang di Jakarta,”

Akh, ini kedua kalinya saya batal presentasi di mata kuliah ini, setelah seminggu sebelumnya juga beliau tidak hadir. Kabar baiknya, saya punya waktu lebih banyak untuk mengerjakan tugas Microteaching.

Hanya saja, lepas dari pikiran lain, mendadak, saya mendapatkan kabar bahwa hari ini salah seorang teman baik saya bersiap untuk menghelat seminar proposalnya. Pikiran saya terombang-ambing. Hati saya berada diantara: menghadiri seminar proposalnya atau mengerjakan tugas Microteaching yang 7 jam lagi mencapai batas deadlinenya.

Bagaimana ini? Saya lama berpikir. Jujur, saya sangat ingin menyaksikan bagaimana salah seorang teman baik saya menjalani salah satu hari terbaiknya. Apalagi, beberapa saat menjelang seminarnya itu, ia sempat bertemu dengan saya. Akh, semakin menyakitkan ketika kita tahu teman kita tidak berada dalam lingkaran kebahagiaan kita. Maafkan saya, kawan.... hanya untuk kali ini. :(

Menyebutkan pengorbanan “tidak menghadiri seminar proposal teman baik saya” itu, maka saya bertekad untuk menyelesaikan tugas tersebut.

“Tenang saja, pengorbanan itu tidak akan sia-sia,” begitu tekad saya membara.

Jam 10.25
Saya kembali ke redaksi, yang jaraknya lebih dekat dari kampus saya. Memfokuskan pikiran pada tugas yang akan saya buat. Mendalaminya. Mengecek video-video tentang pengajaran yang akan saya terapkan. Saya membuka segala sumber daya yang saya miliki. Mengutak-atik tulisan-tulisan RPP saya. Saya menyendiri sejenak dari keramaian redaksi menjelang tengah hari.

Jam 12.10-an
Ketika adzan Dhuhur berkumandang, saya memutuskan untuk beristirahat sejenak. Tidur-tiduran mungkin bisa sedikit meregangkan otot-otot badan saya. Dengan tetap memeluk laptop kesayangan, sambil terus berpikir inovasi-inovasi yang akan saya buat untuk penampilan Microteaching. Terlelap. Ada apa ini?


bersambung.


--Imam Rahmanto--

Ps: Catatan ini pun dibuat dengan memanfaatkan sela-sela waktu saya menjelang perjalanan untuk pekerjaan "tambahan" saya. :) Selalu ada waktu, kok.

You Might Also Like

0 comments