Saat ku berjalan, tanpa ragu, tanpa bimbang.....
Itu lagu terakhir yang dilantunkan penyanyinya, Endah N Rhesa, di atas panggung malam lalu. Saya menikmatinya. Semua menikmatinya. Ini lagu pertama yang saya kenal dari kedua penyanyi Indie itu lantaran penasaran dengan liriknya, ada kata "SO7"-nya. Tak ketinggalan pula liriknya menyebutkan band-band kenamaan lain.
Baru memasuki intronya, semua penonton mulai bersorak. Saya yang berada di belakang panggung segera mencari tempat strategis untuk menyaksikan aksi sepasang suami-istri itu. Rasa-rasanya, kalau Endah N Rhesa tak menyanyikan Liburan Indie, seakan ada yang kurang sedap.
Dua lagu penyela sebelumnya, diberi judul Thanks to dan Promo. Bahkan untuk lagu yang dadakan atau iseng-iseng begitu, suara Endah Widiastuti dan iringan bass Rhesa Aditya tetap memukau. Saya hanya bisa tersenyum-senyun mendengar Endah melantunkan sederet nama untuk diucapkan terima kasih.
Ehem... ehem...
Yah, pertengahan malam itu, saya sedang dibebani liputan manggung artis. Sebenarnya di luar kapasitas saya sebagai pemangku desk olahraga. Akan tetapi, kehadiran duo musisi itu di kota kami sontak menarik bagian neuron terjauh dalam kepala saya. Apalagi Endah N Rhesa termasuk penyanyi keren dalam "playlist" saya.
"Setidaknya saya harus bisa menikmati musiknya live dari atas panggung," begitu pikir saya. Selain itu, sesi entertainment juga menjadi bagian tersendiri dari desk olahraga secara umum. Jadi, saya bisa mengambil bagian (tugas) di dalamnya.
Hadir di pementasan tengah malam itu, saya berasa remaja. Akh, bukan berarti saya sudah melipir tua loh ya? Saya justru merasa fresh dengan menemukan suasana-suasana baru (dan muka-muka baru). Cuma... belum dapat jodoh aja. #ehh
Beberapa anak SMA mondar-mandir di depan saya. Mulai dari panitia, peserta basket, hingga yang sekadar ingin menonton (bersama pacar) di sekitar area lapangan. Saya mengenali satu-dua orang. Di hari sebelumnya, saya sudah bertemu karena urusan liputan.
"Bisa nanti saya bertemu dengan Endah N Rhesa? Saya mau wawancara sebentar sebelum mereka mentas," pinta saya pada salah seorang panitia cewek yang mengurusi bintang tamunya.
Kata teman, gadis itu manis untuk seukuran remaja seperti dia. Apalagi kalau pakai kacamata yang sementara disangkutkan di atas kepalanya. Entah kenapa, wanita berkacamata selalu manis bagi saya.
"How do i know the truth if you didn't say so. I would understand if you trust and believe in me,"
"Oh, iya. Sebentar saya tanya," ujarnya singkat bersandar di pagar venue. Hanya saja, saya sudah terlalu terpatok usia jauh sekali dengan anak-anak remaja ini.
Sekilas menyaksikan anak-anak band di belakang panggung, saya serasa ingin ikut bermain musik juga. Sayangnya, saya mempelajari gitar hanya untuk mengisi waktu luang. Suara saya masih pas-pasan buat dikomersilkan. Malah, saya juga terobsesi ingin belajar alat musik lainnya; drum.
"And I stare at the moon and hope we’ll meet there, hope we’ll meet there ‘cause I miss you? I wish you were here,"
Saya harus menunggu Endah N Rhesa usai manggung. Manajemennya justru menunda-nunda sampai acara selesai. Demi tugas, saya menunggu sembari menikmati pentas Endah N Rhesa, dari belakang.
"Habis manggung aja ya, Mas," ujar manajer Endah N Rhesa.
Saya hanya membalasnya tersenyum. Padahal saya ingin menikmati penampilan kedua musisi itu tanpa beban apapun usai manggung.
Agak membosankan juga menunggu artis manggung. Satu hal yang membuat saya risih untuk liputan semacam ini; menunggu. Bahkan sebagian besar artis agak tak kooperatif soal wawancara dengan wartawan. Jangan heran jika kelak menemui artis yang sangat bertolak belakang dengan aksinya di layar kaca. Saya sudah sering menemui yang seperti itu.
"Berkali-kali ku lewati jalan ini namun sekarang terasa berbeda..."
"Mungkin perjalanan ini memakan waktu hingga kita lelah, tak sabar menunggu..."
Kalau dengar lagu yang satu itu, saya tiba-tiba teringat kenangan dua tahun silam. ...kulewati jalan ini, namun sekarang terasa berbeda.... Pernah berjalan di tepian sungai bersama seseorang. Pagi-pagi. Nongkrong di bangku taman sebentar. Mencari jajanan eskrim. (Ah, sudah, sudah. Saya harus menahan senyum mengingat satu kenangan ini. Bisa-bisa dikira tidak waras sama teman kantor. #deg)
Beberapa lagu Endah N Rhesa memang cukup memikat bagi anak muda. Saya suka. Meski tak semuanya, tapi lagunya cenderung memiliki lirik yang erat dengan kepala dan perasaan. Mendengar lagu indie semacam itu sangat cocok untuk waktu luang. Sambil minum cappuccino. Sambil mengamati bulan yang sedang purnama.
Kemarin, nyaris purnama saat menyimak aksi Endah N Rhesa. Saya hanya berdiri di pojok belakang panggung. Enggan bergabung bersama beberapa panitia di depan panggung. Meski begitu, saya tetap bisa menyaksikan aksi mesra Endah bersama suaminya. Tak jarang, sorang girang muncul dari penonton di depan panggung.
Saking antusiasnya, seorang teman juga memilih view dari depan panggung itu sekaligus menunaikan tugas (dadakan) motretnya (yang masih amatir).
"Saat lagu When You Love... itu, saya tak mau ketinggalan menikmatinya. Saya duduk sambil menghayatinya," aku teman saya. Akh, dia ini terlalu terbawa perasaan.
Usai manggung, saya segera menunaikan tugas. Tengah malam sudah lewat. Kami berempat mengobrol di belakang panggung. Yah, tidak seperti artis lainnya, Endah dan Rhesa tergolong ramah. Hanya saja, manajemennya yang (mungkin) terlalu protektif.
"Tiba-tiba panggilan kerjaan tak bisa diabaikan. Kami harus lakukan kembali,"
Seperti kata Endah N Rhesa, saya pun harus kembali bekerja...
Itu lagu terakhir yang dilantunkan penyanyinya, Endah N Rhesa, di atas panggung malam lalu. Saya menikmatinya. Semua menikmatinya. Ini lagu pertama yang saya kenal dari kedua penyanyi Indie itu lantaran penasaran dengan liriknya, ada kata "SO7"-nya. Tak ketinggalan pula liriknya menyebutkan band-band kenamaan lain.
Baru memasuki intronya, semua penonton mulai bersorak. Saya yang berada di belakang panggung segera mencari tempat strategis untuk menyaksikan aksi sepasang suami-istri itu. Rasa-rasanya, kalau Endah N Rhesa tak menyanyikan Liburan Indie, seakan ada yang kurang sedap.
Dua lagu penyela sebelumnya, diberi judul Thanks to dan Promo. Bahkan untuk lagu yang dadakan atau iseng-iseng begitu, suara Endah Widiastuti dan iringan bass Rhesa Aditya tetap memukau. Saya hanya bisa tersenyum-senyun mendengar Endah melantunkan sederet nama untuk diucapkan terima kasih.
(Foto: Awal Hidayat) |
Ehem... ehem...
Yah, pertengahan malam itu, saya sedang dibebani liputan manggung artis. Sebenarnya di luar kapasitas saya sebagai pemangku desk olahraga. Akan tetapi, kehadiran duo musisi itu di kota kami sontak menarik bagian neuron terjauh dalam kepala saya. Apalagi Endah N Rhesa termasuk penyanyi keren dalam "playlist" saya.
"Setidaknya saya harus bisa menikmati musiknya live dari atas panggung," begitu pikir saya. Selain itu, sesi entertainment juga menjadi bagian tersendiri dari desk olahraga secara umum. Jadi, saya bisa mengambil bagian (tugas) di dalamnya.
Hadir di pementasan tengah malam itu, saya berasa remaja. Akh, bukan berarti saya sudah melipir tua loh ya? Saya justru merasa fresh dengan menemukan suasana-suasana baru (dan muka-muka baru). Cuma... belum dapat jodoh aja. #ehh
Beberapa anak SMA mondar-mandir di depan saya. Mulai dari panitia, peserta basket, hingga yang sekadar ingin menonton (bersama pacar) di sekitar area lapangan. Saya mengenali satu-dua orang. Di hari sebelumnya, saya sudah bertemu karena urusan liputan.
"Bisa nanti saya bertemu dengan Endah N Rhesa? Saya mau wawancara sebentar sebelum mereka mentas," pinta saya pada salah seorang panitia cewek yang mengurusi bintang tamunya.
Kata teman, gadis itu manis untuk seukuran remaja seperti dia. Apalagi kalau pakai kacamata yang sementara disangkutkan di atas kepalanya. Entah kenapa, wanita berkacamata selalu manis bagi saya.
"How do i know the truth if you didn't say so. I would understand if you trust and believe in me,"
--Blue Day
"Oh, iya. Sebentar saya tanya," ujarnya singkat bersandar di pagar venue. Hanya saja, saya sudah terlalu terpatok usia jauh sekali dengan anak-anak remaja ini.
Sekilas menyaksikan anak-anak band di belakang panggung, saya serasa ingin ikut bermain musik juga. Sayangnya, saya mempelajari gitar hanya untuk mengisi waktu luang. Suara saya masih pas-pasan buat dikomersilkan. Malah, saya juga terobsesi ingin belajar alat musik lainnya; drum.
"And I stare at the moon and hope we’ll meet there, hope we’ll meet there ‘cause I miss you? I wish you were here,"
--Wish You Were Here
Saya harus menunggu Endah N Rhesa usai manggung. Manajemennya justru menunda-nunda sampai acara selesai. Demi tugas, saya menunggu sembari menikmati pentas Endah N Rhesa, dari belakang.
"Habis manggung aja ya, Mas," ujar manajer Endah N Rhesa.
Saya hanya membalasnya tersenyum. Padahal saya ingin menikmati penampilan kedua musisi itu tanpa beban apapun usai manggung.
Agak membosankan juga menunggu artis manggung. Satu hal yang membuat saya risih untuk liputan semacam ini; menunggu. Bahkan sebagian besar artis agak tak kooperatif soal wawancara dengan wartawan. Jangan heran jika kelak menemui artis yang sangat bertolak belakang dengan aksinya di layar kaca. Saya sudah sering menemui yang seperti itu.
"Berkali-kali ku lewati jalan ini namun sekarang terasa berbeda..."
"Mungkin perjalanan ini memakan waktu hingga kita lelah, tak sabar menunggu..."
--Seluas Harapan
Kalau dengar lagu yang satu itu, saya tiba-tiba teringat kenangan dua tahun silam. ...kulewati jalan ini, namun sekarang terasa berbeda.... Pernah berjalan di tepian sungai bersama seseorang. Pagi-pagi. Nongkrong di bangku taman sebentar. Mencari jajanan eskrim. (Ah, sudah, sudah. Saya harus menahan senyum mengingat satu kenangan ini. Bisa-bisa dikira tidak waras sama teman kantor. #deg)
Beberapa lagu Endah N Rhesa memang cukup memikat bagi anak muda. Saya suka. Meski tak semuanya, tapi lagunya cenderung memiliki lirik yang erat dengan kepala dan perasaan. Mendengar lagu indie semacam itu sangat cocok untuk waktu luang. Sambil minum cappuccino. Sambil mengamati bulan yang sedang purnama.
(Foto: Awal Hidayat) |
Saking antusiasnya, seorang teman juga memilih view dari depan panggung itu sekaligus menunaikan tugas (dadakan) motretnya (yang masih amatir).
"Saat lagu When You Love... itu, saya tak mau ketinggalan menikmatinya. Saya duduk sambil menghayatinya," aku teman saya. Akh, dia ini terlalu terbawa perasaan.
Usai manggung, saya segera menunaikan tugas. Tengah malam sudah lewat. Kami berempat mengobrol di belakang panggung. Yah, tidak seperti artis lainnya, Endah dan Rhesa tergolong ramah. Hanya saja, manajemennya yang (mungkin) terlalu protektif.
"Tiba-tiba panggilan kerjaan tak bisa diabaikan. Kami harus lakukan kembali,"
--Liburan Indie
Seperti kata Endah N Rhesa, saya pun harus kembali bekerja...
(Foto: Awal Hidayat) |
--Imam Rahmanto--
- Oktober 29, 2015
- 0 Comments