Berpindah adalah Perihal Melibas Masa Lalu

Agustus 03, 2014

Baca Juga

Hingga kini, masih disini, di tempat saya selalu menjemput kenangan.

Selain ingin menunggu kepulangan seorang guru (andalan) sekolah kami dari kampung halaman, saya juga memutuskan menetap lebih lama sekadar mengembalikan hawa keberadaan saya di rumah. Hm…meskipun pada kenyataannya saya lebih banyak menghabiskan waktu berkeliling di luar rumah.

Takkala minggu depan paki  balik, Kak. Yah, kapan lagi lama-lama di kampung sama keluargae,” pesan seorang teman lewat messenger-nya.

Benar. Butuh waktu agak lama agar saya benar-benar kembali memperbaiki hubungan dengan keluarga. Dulu, nyaris setahun saya “menghilang” dari peredaran kehidupan keluarga. Bahkan, nyaris pula memutus komunikasi dengan teman-teman lama. Dan namanya perjalanan hidup, sudah seharusnya membelajarkan. Minimal, lebih baik dari sebelumnya. I got it!

Yah, selama menghabiskan waktu di kampung, kita tak akan pernah kehabisan kenangan. Menjemput kenangan. Dari pintu ke pintu. Dari mulut yang terbuka dan mengatup.


Tahu tidak, kenapa kita dianjurkan untuk merantau? Untuk mengubah hidupnya, setiap orang harus berani merantau, keluar dari kampung halamannya. Karena kampung halaman adalah ladang kenangan. Orang yang hanya berada di kampungnya, akan banyak mengaitkan segala hal dengan masa lalunya. Cenderung bakal susah move on. Sementara mereka yang merantau, keluar dari ladang kenangan, akan memulai dari awal dan membentuk kenangan-kenangan baru yang merupa jadi masa depan di tempat yang baru.

Kalau dianalogikan dengan asmara, ya miriplah dengan stay on dan move on. Orang yang senantiasa teringat masa lalunya, akan kesulitan memperoleh masa depan. Berdiam diri di tempat yang sama hanya akan mendramatisir kita untuk mengingat-ingat yang telah lalu dan menyesakkan dada. Nah, bergerak, berpindah, melompat, berlari adalah hal terbaik untuk merancang masa depan. Tentu saja, lebih baik. Dalam Islam pun kita dianjurkan untuk berpindah lewat kata “hijrah”, kan?

You can't have a better tomorrow if you don't stop thinking about yesterday,

Kampung halaman, serupa ladang kenangan, yang takkan tuntas dilibas waktu.

Menjemput kenangan itu…

Dalam dua-tiga hari libur lebaran ini, saya dan seorang teman menjemput kenangan lewat teman-teman lama. Beberapa dari mereka adalah teman-teman yang memang aktif di lembaga sekolah, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Darinya, kami banyak menghidupkan “file-file” di kepala kami yang telah lama tertimbun “sampah-sampah” rutinitas.

“Itu dulu yang acara……….”

“Iya, dulu waktu itu, kita…..”

"Kalau tidak salah si A dan si B dulu...." -__- ada juga aroma-aroma GOSIP yang mulai diobrolkan. Haha...

"Katanya si C sudah anu ya?"

"Anaknya si Bapak X sudah...... "

"Jadi, kapan selesai kuliahnya?" #jlebb banget kan ini?

....dan masih banyak lagi.

Betapa menyenangkannya melintas “mesin waktu”, meskipun waktu sendiri takkan pernah cukup mengabadikan setiap momen pertemuan. Kita hanya berharap punya mantra sihir Harry Potter; Arresto Momentum…


--Imam Rahmanto--

You Might Also Like

2 comments

  1. "Oh, si A yang dulu sebangku sama ..."
    "Eh, penampilan si B sekarang beda banget yak..."
    "Ah, si C yang dulu pernah dihukum berdiri di depan kelas..."
    "Kalau si A, B, dan C, apa kabarnya ya? Lama nggak ketemu mereka..."

    BalasHapus
  2. @Dian Kurniati Hahahaha...semuanya punya kenangan sama sekolah ya... :D

    BalasHapus