7# Natural Deadline

Februari 28, 2014

Baca Juga

Kemarin.....

Tulisan ini selalu dimulai dengan kemarin ya? Hm...maklumlah. Saya terkadang menghabiskan waktu di malam hari untuk memikirkan banyak hal sampai membawanya tertidur. Dan saya lupa untuk menuliskan apa yang perlu dituliskannya di sepertiga malam terakhir. Saya baru punya kesempatan ketika pagi menjelang. Saat dimana dunia baru menjelmakan wajah baru. Keheningan.

Kerap kali menginjakkan kaki di kampus - jurusan, saya banyak mendapatkan hal-hal menarik. Saya jadi memperoleh teman-teman baru. Kenalan-kenalan baru. Serius! Ada beberapa orang, mungkin adik junior, yang menyapa dan saya tak tahu siapa mereka. Hubungan-hubungan baru. Ide-ide baru. Kepercayaan-kepercayaan baru. Pun, bantuan-bantuan baru.

Kini saya tak lagi harus kikuk hanya berbicara tentang krispi dan seluk-beluknya. karena memang, target dan arah jalan saya secepatnya akan menuju kesana. Saya tak lagi sungkan bertanya "judul" dan semacamnya kepada teman-teman lain. Sekarang, kebanyakan teman-teman di kampus merupakan angkatan-angkatan di bawah saya. Saya menyukainya lantaran mereka juga sangat reaktif dan bersemangat jika berbicara perihal krispi.

"Bagus kalau eksperimen, Kak. Maunya pembimbingnya siapa?"

atau....

"Kalau pembimbing ini, orangnya......"

Atau ketika saya meminta tolong untuk mencarikan judul, dengan sedikit sumringah mereka berujar, "Maunya yang seperti apa, Kak?"

Hahaha...saya jadi bersemangat pula melihat antusiasme mereka. Atau jangan-jangan saya secepatnya ingin diusir dari kampus ya? -_-

Yah, saya memang antusias berbicara tentang tugas akhir itu. Setiap kali bertemu teman-teman di kampus, ketika mereka menanyakannya pada saya, saya tak perlu lagi menampik. Apa adanya, saya menjawab. Apa adanya, saya bertanya kembali. Saya tak ingin lagi menjadikannya momok. Justru sebaliknya. Dengan selalu menjadikannya pokok pembahasan di tengah-tengah kampus, saya menanamkan natural deadline dalam kepala saya. Alarm!

Natural deadline, tertanam dalam alam bawah sadar. Saya mempelajari, sesuatu yang selalu dibicarakan secara berkala akan menjadi pembawaan dalam pikiran, khususnya memory kepala. Ya, mirip-miriplah dengan konsep "5cm". Menggantungkan impian dan cita-cita sejauh 5cm di depan kening. Untuk itu, kalau tak ada seseorang yang bersedia menjadi "pengingat", maka biarkan kepala saya yang menyimpan alarm, mengingatkan diri sendiri.

"Ah, bicara doang. Sampai sekarang juga gak pernah kelihatan hasilnya," ujar seseorang dengan gaya "mengompori"nya. Harusnya kan didoakan, bukan malah diremehkan. Ckck...

Tapi, sebagaimana target yang telah saya tetapkan semula, saya harus memenuhinya. Dipaksakan saja dulu, biar terbiasa. Deadline yang telah tertanam suatu waktu harus disemai. Semoga, benih yang ditanam baik adanya ya? ;)

***

"Wah, ini caranya gimana?" tanya saya. Malam ini, saya baru saja mengaktifkan Blackberry ID di gadget milik saya. Setelah lama menunggu, akhirnya aplikasi BBM untuk android dengan OS Gingerbeard keluar juga.

Hmm...sebenarnya tidak berasal dari PlayStore juga sih. salah seorang teman mengirimkannya lewat androidnya yang bertipe sama. Secara manual, saya menginstalnya lewat file *.apk yang diberikannya. Berhasil!

"Ping!!"
#100dayS


--Imam Rahmanto--

You Might Also Like

0 comments