6# Berbalik
Februari 25, 2014Baca Juga
Yesterday is Monday! But that's not Monster Day!
Itu kuliah kali ketiga saya untuk mata kuliah Metode Numerik. Dosen pengampunya merupakan Ketua Jurusan saya sendiri. Kalau diterawang, masa depan saya disini (semoga) akan baik-baik saja. I wish it...
Di sela-sela waktu menanti dosen yang kerap kali datang belakangan, saya agak banyak merenung. Saya, satu-satunya mahasiswa "termuda" yang datang di awal waktu. Saya belajar untuk memperbaiki segalanya. Mungkin kembali menjadi mahasiswa rajin di awal kuliah dulu.
Saya cukup tersentak dengan kenyataan bahwa saya nyaris bernasib sama dengan mahasiswa-mahasiswa senior yang juga dulu mengikut kuliah di kelas kami. Saya, angkatan 2009, kala itu masih kuliah beraturan dengan teman-teman seangkatan saya. Yang kala itu masih menjadi mahasiswa yang lugu-lugunya sering menghabiskan waktu bersama teman-teman sekelas. Agak aneh rasanya melihat mahasiswa senior yang mengulang mata kuliah berada di tengah-tengah kami yang kala itu masih muda.
Dalam hati, saya tak rajang mencibir. Mungkin, hanya karena merasa diri paling pandai, sehingga menganggap remeh kakak-kakak senior yang mengulang mata kuliahnya. Biasanya, mereka yang mengulang mata kuliahnya berada jauh dua angkatan di atas kami. Alhasil, saya bertanya-tanya dalam hati, kok bisa ya mereka?
Hm...secara tak langsung, Tuhan mendengar "doa" itu. Tuhan membalikkannya, tanpa saya ketahui, untuk saya. Mungkin Tuhan berkata, "Nah, seperti ini mereka yang mengulang mata kuliahnya." dan saya hanya bisa menghela napas...
Beberapa kali saya menjalani perkuliahan dengan mahasiswa-mahasiswa junior, saya menyadari bahwa ada hal-hal yang harus selalu kita jaga. Tidak semua senior yang memutuskan untuk kuliah bersama mahasiswa-mahasiswa lebih muda darinya disebabkan faktor kemalasan. Sebagian kesibukan di luar kampus, sebagian lagi menjalaninya sebagai bukan-kuliah-ulangan.
Selama menjalani perkuliahan dengan teman-teman, saya jadi tahu rasanya bagaimana menjadi mahasiswa angkatan tua diantara mahasiswa-mahasiswa muda. Bagaimana rasanya nama kita tercantum di posisi top-header absensi mata kuliah. Bagaimana rasanya sebagian mahasiswa juga memandang sebelah mata. Bagaimana rasanya harus selalu agresif. Bagaimana rasanya kembali muda....
Meskipun demikian, saya cukup menikmatinya. Sebelum menyelesaikan krispi saya, ada banyak hubungan yang mesti terjalin. Di kalangan mereka, saya juga cukup dikenal. (Ya iyalah, mahasiswa senior sekelas). Hahaha.... Tapi, saya memang tetap yang tercerewet jika bergabung dengan mereka. Masih ada ya, seperti itu??
Tuhan memilihkan saya sedikit waktu untuk menambah kawan, kenalan, dan persinggahan. Saya pun menjadi selalu merasa muda ketika bertemu teman-teman lama. Mereka, teman-teman seangkatan saya, sebagian besar sudah menjalani kehidupannya di luar kampus. Entahlah, seperti apa kehidupan yang mereka jalani. Kebanyakan dari mereka memang menargetkan untuk menjadi pengajar. Sebagiannya, yang tersisa hitungan jari, masih menempuh pendidikan akhir disini. Yah, semoga ini benar-benar semester terakhir buat saya. :)
Di samping itu, filosofi padi itu memang harus benar-benar dipakai. Hal paling remeh pun jangan sekali-kali diabaikan. Di dunia ini berlaku hukum sebab-akibat.
Beranjak dari kuliah nanti, saya punya banyak hal yang mesti dirumuskan. Dicapai. Dibagikan. Mimpi. Pengalaman. Menjelajah. Achievement. Menetapkan pasangan. Keluarga. Tentu saja, masing-masing "tema" memiliki cabang yang terus saja "berbuah".
Teruntuk "anak kecil" yang pernah menganggap dirinya tak pernah masuk dalam cita-cita dan masa depan saya, tak perlu risau, karena sejak mula kau telah bertahta di dalamnya. Sejatinya, tinggal menanti waktu saja, sembari tetap bersabar, bersama, mendewasakan diri...
Itu kuliah kali ketiga saya untuk mata kuliah Metode Numerik. Dosen pengampunya merupakan Ketua Jurusan saya sendiri. Kalau diterawang, masa depan saya disini (semoga) akan baik-baik saja. I wish it...
Di sela-sela waktu menanti dosen yang kerap kali datang belakangan, saya agak banyak merenung. Saya, satu-satunya mahasiswa "termuda" yang datang di awal waktu. Saya belajar untuk memperbaiki segalanya. Mungkin kembali menjadi mahasiswa rajin di awal kuliah dulu.
Saya cukup tersentak dengan kenyataan bahwa saya nyaris bernasib sama dengan mahasiswa-mahasiswa senior yang juga dulu mengikut kuliah di kelas kami. Saya, angkatan 2009, kala itu masih kuliah beraturan dengan teman-teman seangkatan saya. Yang kala itu masih menjadi mahasiswa yang lugu-lugunya sering menghabiskan waktu bersama teman-teman sekelas. Agak aneh rasanya melihat mahasiswa senior yang mengulang mata kuliah berada di tengah-tengah kami yang kala itu masih muda.
Dalam hati, saya tak rajang mencibir. Mungkin, hanya karena merasa diri paling pandai, sehingga menganggap remeh kakak-kakak senior yang mengulang mata kuliahnya. Biasanya, mereka yang mengulang mata kuliahnya berada jauh dua angkatan di atas kami. Alhasil, saya bertanya-tanya dalam hati, kok bisa ya mereka?
Hm...secara tak langsung, Tuhan mendengar "doa" itu. Tuhan membalikkannya, tanpa saya ketahui, untuk saya. Mungkin Tuhan berkata, "Nah, seperti ini mereka yang mengulang mata kuliahnya." dan saya hanya bisa menghela napas...
Beberapa kali saya menjalani perkuliahan dengan mahasiswa-mahasiswa junior, saya menyadari bahwa ada hal-hal yang harus selalu kita jaga. Tidak semua senior yang memutuskan untuk kuliah bersama mahasiswa-mahasiswa lebih muda darinya disebabkan faktor kemalasan. Sebagian kesibukan di luar kampus, sebagian lagi menjalaninya sebagai bukan-kuliah-ulangan.
Selama menjalani perkuliahan dengan teman-teman, saya jadi tahu rasanya bagaimana menjadi mahasiswa angkatan tua diantara mahasiswa-mahasiswa muda. Bagaimana rasanya nama kita tercantum di posisi top-header absensi mata kuliah. Bagaimana rasanya sebagian mahasiswa juga memandang sebelah mata. Bagaimana rasanya harus selalu agresif. Bagaimana rasanya kembali muda....
Meskipun demikian, saya cukup menikmatinya. Sebelum menyelesaikan krispi saya, ada banyak hubungan yang mesti terjalin. Di kalangan mereka, saya juga cukup dikenal. (Ya iyalah, mahasiswa senior sekelas). Hahaha.... Tapi, saya memang tetap yang tercerewet jika bergabung dengan mereka. Masih ada ya, seperti itu??
Tuhan memilihkan saya sedikit waktu untuk menambah kawan, kenalan, dan persinggahan. Saya pun menjadi selalu merasa muda ketika bertemu teman-teman lama. Mereka, teman-teman seangkatan saya, sebagian besar sudah menjalani kehidupannya di luar kampus. Entahlah, seperti apa kehidupan yang mereka jalani. Kebanyakan dari mereka memang menargetkan untuk menjadi pengajar. Sebagiannya, yang tersisa hitungan jari, masih menempuh pendidikan akhir disini. Yah, semoga ini benar-benar semester terakhir buat saya. :)
Di samping itu, filosofi padi itu memang harus benar-benar dipakai. Hal paling remeh pun jangan sekali-kali diabaikan. Di dunia ini berlaku hukum sebab-akibat.
Beranjak dari kuliah nanti, saya punya banyak hal yang mesti dirumuskan. Dicapai. Dibagikan. Mimpi. Pengalaman. Menjelajah. Achievement. Menetapkan pasangan. Keluarga. Tentu saja, masing-masing "tema" memiliki cabang yang terus saja "berbuah".
Teruntuk "anak kecil" yang pernah menganggap dirinya tak pernah masuk dalam cita-cita dan masa depan saya, tak perlu risau, karena sejak mula kau telah bertahta di dalamnya. Sejatinya, tinggal menanti waktu saja, sembari tetap bersabar, bersama, mendewasakan diri...
#100dayS
--Imam Rahmanto--
2 comments
Hahaha. Sekarang aku juga mengalaminya. Perbaikan mata kuliah statistika -_-
BalasHapus@Dian Kurniati huahahahaha.....berarti aku gak sendiri ya?? :P
BalasHapus