1# Memulai Akhir

Februari 05, 2014

Baca Juga

Saya hampir lupa ingin menuliskan apa. Seharusnya saya menuliskan ini kemarin, sebelum kepala saya benar-benar melupakan segalanya. Hanya saja, banyak hal yang harus dipikirkan dalam rentang waktu lama ini. Maklum, penulis amatir selalu menyalahkan keadaan sekitarnya; waktu, kondisi, mood, kesibukan, dan sebagainya. Ok, saya akan belajar menjadi penulis yang baik, bahwa menulis adalah candu yang selalu merindu.

Saya mengawali target #100days di tulisan ini. Jika seseorang bertanya-tanya tentang apa #100days itu, dengan malu-malu dan optimis saya akan menjawab, "Skripsi!" Saya bertekad memenuhinya dan melampaui setiap ekspektasi imposible.

Terkadang kita memang butuh membagi tujuan dan mimpi kita dengan orang lain. Selain untuk mencemooh, mereka bisa menjadi "alarm warning" buat kita.

Kemarin, saya mengawalinya dengan memberanikan diri mencantumkan mata kuliah akhir yang bakal saya jalani; skripsi. Saya tidak peduli lagi jikalau saya bisa atau tidak menjalaninya di tengah rutinitas tiga mata kuliah lainnya yang masih harus diprogramkan. Pun, di tengah rutinitas peliputan sekaligus penerbitan tabloid tiap bulannya. Pun, di waktu-waktu kepanitiaan yang menghimpit seluruh akal dan perasaan. Pun, diantara pikiran yang senantiasa melayang untuk mencari pekerjaan yang memberikan penghasilan bulanan. Termasuk pula, menyambangi dan merawat kedua orang tua atas penebusan "dosa" saya.

Saya benci menyebutnya kesibukan. Hanya saja, saya tak tahu ingin menyebut apa deretan aktif yang senantiasa menyergap kepala saya. Dan atas itu, saya bertaruh, menyelesaikan studi di akhir waktu, semoga Agustus, tepat ketika saya mencukupkan pengalaman di lembaga jurnalistik yang membesarkan saya. Karena saya selalu percaya keajaiban atas tekad yang membulat.

Sedikit-sedikit, lama-lama jadi bukit...

Kemarin, saya harus bolak-balik mengurus Kartu Rencana Studi (KRS) yang sehari sebelumnya sempat tertunda. Pasalnya, akses KRS online untuk server kampus saya ngadat jika dibuka siang hari. Mau tak mau, saya membukanya di malam hari. Menyimpannya, lantas mencetaknya keesokan harinya.

"Enak PA (Penasehat Akademik)-nya. Setiap hari juga kelihatan di kampus. Tidak ribet minta tanda tangannya," tutur beberapa teman saya.

Yah, nyaris terulang tiap tahun keluhan yang sama. Beberapa teman yang harus bersusah payah menemukan (mencari) penasehat akademiknya masing-masing. Malah, sebagian dari mereka ada yang harus bolak-balik ke rumah PA. Masih untung kalau langsung ketemu dan tidak disuruh lagi datang keesokan harinya.

Sebenarnya, tahun akademik sekarang tidak lagi mewajibkan penggunaan KRS yang masih harus ditandatangani oleh dosen. Namun, sistem online yang diterapkan kampus mengancam kedekatan penasehat dan mahasiswa secara personal. Kalau sistem online benar-benar seutuhnya diterapkan, tidak bakal ada lagi mahasiswa yang repot-repot menemui dan konsultasi dengan penasehat akademiknya. Paling banter, dosen kenal mahasiswanya lewat kuliah dan konsultasi skripsi saja.

Dengan mudahnya saya menjumpai PA di kampus. Tidak butuh waktu lama, KRS saya ditandatangani. Berbincang sebentar mengenai skripsi, saya lantas melenggang menyetornya ke jurusan.

Agak lama saya sengaja berlalu lalang di sekitar jurusan saya. Lama. Sesekali berbincang dengan teman seangkatan yang juga mengurus KRSnya. Di kesempatan lainnya bercengkerama dengan adik-adik kampus yang masih kenal dengan saya. Bukan main, di kampus kini sudah banyak bertebaran mahasiswa-mahasiswa baru yang tidak saya kenal sama sekali.

Saya sengaja menghabiskan waktu yang lamaaaa disana. Ada nuansa-nuansa silam yang ingin saya petik dan anyam kembali. Merasai kondisi kampus yang tampaknya sebentar lagi akan saya tinggalkan. Hm, semoga... Membiasakan diri, itu kuncinya.

"Kapan selesai?"

Hahaha...nampaknya saya mulai memantapkan diri bisa menjawab pertanyaan itu. :) Meski sebagian orang tak percaya dan meragukannya, menganggapnya gurauan semata, namun jauh dalam lubuk hati, saya punya tekad. Mari bertaruh saja, it's a gambling, not a kidding.

Setelah merasai "aroma" jurusan beberapa jam lamanya, saya harus kembali mengatur isi kepala untuk manajemen jurnalistik deadline.


#100daySkripsi
--Imam Rahmanto--

You Might Also Like

2 comments