Seharusnya 14 Hari yang Lalu...
Mei 19, 2013Baca Juga
Saya cukup dibuat terpana oleh teman-teman saya kemarin malam. Wanita, eh perempuan, dalam hal apapun, ketika sudah merias diri maka kecantikannya akan terpancar begitu saja. Nyaris membuat mata saya silau. Hah! Dalam artian, kecantikan secara fisik.
“Cantik,” ungkapan yang hanya bisa saya gumamkan dalam hati. Bagi saya, tidak sembarangan orang yang bisa mendapatkan ucapan saya itu. Saya begitu tinggi dalam menetapkan standar kecantikan seorang wanita, tidak sebatas kecantikan fisik.
Seperti malam ini, ketika seluruh teman-teman perempuan saya merias diri demi sesuatu yang spesial. Oh ya, tentu saja, wanita baru akan merias diri alias berdandan untuk sesuatu yang mereka anggap spesial. Seperti halnya jikalau seorang perempuan akan pergi berdua dengan orang yang dianggapnya spesial, maka ia akan merias diri, mematut-matut diri di depan cermin demi memberikan tampilan terbaik. Dan nyatanya, tadi malam adalah saat-saat spesial (khusus) bagi teman-teman wanita saya, dan bagi kami anggota lembaga pers mahasiswa yang seharusnya merayakan ulang tahunnya 14 hari yang lalu…
Bagi kami para pria, mau spesial ataupun tidak, kami tetap saja tampil ‘apa adanya”. Mau merias diri pun hanya sebatas merapikan rambut dan memakai parfum yang cukup menusuk hidung.
Adalah hal yang spesial pula bagi saya, ketika saya benar-benar berani “menjerumuskan” diri dalam kekacauan yang seharusnya membuat saya malu setengah mati. Ketika saya memberanikan diri mengambil sesuatu yang benar-benar belum pernah saya lakukan seumur hidup saya. Mencoba sesuatu yang benar-benar baru bagi saya. Mencoba untuk memberikan hadiah terbaik untuk lembaga tercinta saya. Itu adalah hal spesial bagi saya, meskipun berakhir kacau dan di luar yang direncanakan. Overall, saya selalu berpegang teguh pada prinsip “Kalau kau tidak mampu menjadi orang cerdas, maka jadilah orang berani.”
“Penampilan yang buruk,” sedikit dari komentar yang bisa saya dapatkan malam itu.
Wajar, saya pun merasakan hal demikian. Yah, saya hanya bisa cengar-cengir mendengarkannya. Anjing menggonggong, Iron Man tetap berlalu. Sudahlah, saya akan menceritakan “pengalaman baru” saya itu lain waktu.
Seharusnya 14 hari yang lalu…
Adalah hari spesial bagi kami yang telah lama tergabung dalam lembaga pers kampus ini. 5 Mei menjadi penanda awal dibentuknya lembaga kampus kami, 37 tahun silam. Kami memperingatinya tiap tahun, memeriahkannya, menancapkan momen-momen kebersamaan layaknya sebuah keluarga di dalamnya. Ah ya, tentu saja, ada kerja keras yang mengiringinya. Ada pula air mata yang mengiringinya.
Percaya atau tidak, saya menemukannya kemarin malam. Kerja keras yang benar-benar membuahkan bulir-bulir air mata, bahkan untuk orang yang belum pernah saya saksikan menangis. Ia sesenggukan. Saya pun semakin percaya, lembaga saya ini benar-benar mampu menggoyahkan benteng hati setiap penghuninya, sekeras apapun. Dan wanita sekuat apapun itu… ;)
Setidaknya, kita sudah bisa tertawa selepas acara, bukan? Sejenak melupakan sedikit permasalahan itu…
Seharusnya 14 hari yang lalu…
Lembaga pers yang menggembleng saya (dan teman-teman) merayakan hari lahirnya. Seperti anak kecil saja, yang ulang tahunnya mesti dirayakan meriah. Meskipun sejak kecil saya belum pernah merasakan hari ulang tahun yang dirayakan buat saya. Akan tetapi, seperti halnya peringatan lain di Indonesia, kami mencari waktu yang tepat untuk merayakannya secara simbolis. Bahkan maulid Nabi atau Isra Miraj pun di Indonesia dirayakan di hari yang lebih di belakang.
Kemarin malam adalah waktunya…
Kami mempersiapkannya sejak siang hari, bahkan sebenarnya sebulan yang lalu. Saya yang tidak menyempatkan diri gladi untuk penampilan saya bersama dua orang teman saya. Teman-teman yang saling menyalahkan satu sama lain sebelum acara.
Wanita-wanita yang mulai terlihat anggun malam itu. Panitia-panitia yang mulai bergerak sesuai dengan tugasnya masing-masing. Saya yang menandai dibukanya acara dengan pembacaan puisi. Ah, mengingatnya, saya ingin dibuat tertawa. Teman satunya yang melanjutkannya dengan sebuah nyanyian. Ah, suaranya benar-benar lebih bagus dari kelihatannya. Tapi, penampilan saya berakhir “konyol”, out of the script!
Pembawa acara yang memandu jalannya acara. Sambutan-sambutan yang disampaikan. Slide-slide yang diputarkan. Riuh rendah para undangan yang hadir malam itu. Keluarga-keluarga Profesi yang saling berpelukan satu sama lain. Kue ulang tahun yang dipotong. Doa yang dipanjatkan. Tak ada sesi pelemparan kue. Tak ada kesal yang tertanam. Untuk sejenak, usai flash-memory itu berganti satu demi satu, hanya tawa yang tersisa. Berebutan mendapatkan jepretan foto terbaik. Yah, wajar saja, penampilan mereka semua, baik laki-laki atau perempuan malam itu sangat mengesankan. Sia-sia jika tak diabadikan barang sesaat. :D
Seharusnya 14 hari yang lalu, saya mengucapkannya. Mengucapkan Selamat Ulang Tahun. Selamat bertambah tua, Selamat berkarya. Semoga semua ilmu yang telah saya dapatkan dari sini, lembaga tempat kami belajar selama hampir 3 tahun, bisa benar-benar berguna bagi impian saya kelak. :D
“Cantik,” ungkapan yang hanya bisa saya gumamkan dalam hati. Bagi saya, tidak sembarangan orang yang bisa mendapatkan ucapan saya itu. Saya begitu tinggi dalam menetapkan standar kecantikan seorang wanita, tidak sebatas kecantikan fisik.
Seperti malam ini, ketika seluruh teman-teman perempuan saya merias diri demi sesuatu yang spesial. Oh ya, tentu saja, wanita baru akan merias diri alias berdandan untuk sesuatu yang mereka anggap spesial. Seperti halnya jikalau seorang perempuan akan pergi berdua dengan orang yang dianggapnya spesial, maka ia akan merias diri, mematut-matut diri di depan cermin demi memberikan tampilan terbaik. Dan nyatanya, tadi malam adalah saat-saat spesial (khusus) bagi teman-teman wanita saya, dan bagi kami anggota lembaga pers mahasiswa yang seharusnya merayakan ulang tahunnya 14 hari yang lalu…
Bagi kami para pria, mau spesial ataupun tidak, kami tetap saja tampil ‘apa adanya”. Mau merias diri pun hanya sebatas merapikan rambut dan memakai parfum yang cukup menusuk hidung.
Maaf, jangan mencari saya disini. :p (dok.) |
“Penampilan yang buruk,” sedikit dari komentar yang bisa saya dapatkan malam itu.
Wajar, saya pun merasakan hal demikian. Yah, saya hanya bisa cengar-cengir mendengarkannya. Anjing menggonggong, Iron Man tetap berlalu. Sudahlah, saya akan menceritakan “pengalaman baru” saya itu lain waktu.
Seharusnya 14 hari yang lalu…
Adalah hari spesial bagi kami yang telah lama tergabung dalam lembaga pers kampus ini. 5 Mei menjadi penanda awal dibentuknya lembaga kampus kami, 37 tahun silam. Kami memperingatinya tiap tahun, memeriahkannya, menancapkan momen-momen kebersamaan layaknya sebuah keluarga di dalamnya. Ah ya, tentu saja, ada kerja keras yang mengiringinya. Ada pula air mata yang mengiringinya.
Percaya atau tidak, saya menemukannya kemarin malam. Kerja keras yang benar-benar membuahkan bulir-bulir air mata, bahkan untuk orang yang belum pernah saya saksikan menangis. Ia sesenggukan. Saya pun semakin percaya, lembaga saya ini benar-benar mampu menggoyahkan benteng hati setiap penghuninya, sekeras apapun. Dan wanita sekuat apapun itu… ;)
Setidaknya, kita sudah bisa tertawa selepas acara, bukan? Sejenak melupakan sedikit permasalahan itu…
Seharusnya 14 hari yang lalu…
Lembaga pers yang menggembleng saya (dan teman-teman) merayakan hari lahirnya. Seperti anak kecil saja, yang ulang tahunnya mesti dirayakan meriah. Meskipun sejak kecil saya belum pernah merasakan hari ulang tahun yang dirayakan buat saya. Akan tetapi, seperti halnya peringatan lain di Indonesia, kami mencari waktu yang tepat untuk merayakannya secara simbolis. Bahkan maulid Nabi atau Isra Miraj pun di Indonesia dirayakan di hari yang lebih di belakang.
Kemarin malam adalah waktunya…
Kami mempersiapkannya sejak siang hari, bahkan sebenarnya sebulan yang lalu. Saya yang tidak menyempatkan diri gladi untuk penampilan saya bersama dua orang teman saya. Teman-teman yang saling menyalahkan satu sama lain sebelum acara.
Wanita-wanita yang mulai terlihat anggun malam itu. Panitia-panitia yang mulai bergerak sesuai dengan tugasnya masing-masing. Saya yang menandai dibukanya acara dengan pembacaan puisi. Ah, mengingatnya, saya ingin dibuat tertawa. Teman satunya yang melanjutkannya dengan sebuah nyanyian. Ah, suaranya benar-benar lebih bagus dari kelihatannya. Tapi, penampilan saya berakhir “konyol”, out of the script!
Pembawa acara yang memandu jalannya acara. Sambutan-sambutan yang disampaikan. Slide-slide yang diputarkan. Riuh rendah para undangan yang hadir malam itu. Keluarga-keluarga Profesi yang saling berpelukan satu sama lain. Kue ulang tahun yang dipotong. Doa yang dipanjatkan. Tak ada sesi pelemparan kue. Tak ada kesal yang tertanam. Untuk sejenak, usai flash-memory itu berganti satu demi satu, hanya tawa yang tersisa. Berebutan mendapatkan jepretan foto terbaik. Yah, wajar saja, penampilan mereka semua, baik laki-laki atau perempuan malam itu sangat mengesankan. Sia-sia jika tak diabadikan barang sesaat. :D
Seharusnya 14 hari yang lalu, saya mengucapkannya. Mengucapkan Selamat Ulang Tahun. Selamat bertambah tua, Selamat berkarya. Semoga semua ilmu yang telah saya dapatkan dari sini, lembaga tempat kami belajar selama hampir 3 tahun, bisa benar-benar berguna bagi impian saya kelak. :D
Dan saya kira, ucapan dari kami memang telah tiba 14 hari yang lalu… :D
--Imam Rahmanto--
0 comments