Insomnia atau Kebiasaan?

Desember 09, 2012

Baca Juga


Malam ini, saya (lagi-lagi) terduduk di depan layar komputer (bukan laptop) ditemani segelas Cappuccino...

"Selalu ada cappuccinonya," ujar salah seorang teman saya.

Entahlah. Sudah lama sekali saya memang selalu suka dengan minuman itu. Jauh, jauh sebelum saya mampu terjaga hingga larut malam seperti ini. Yang kata orang selalu dinamai dengan insomnia. Jam tidur saya drastis berubah.

Bagi saya, terjaga hingga larut malam, berjam-jam seperti ini tidak lantas dikategorikan sebagai "penyakit" insomnia. Keadaan tidak dapat tidur karena gangguan jiwa (mengacu pada KBBI) entah seperti apa yang sampai bisa membuat saya terjaga sampai pagi. Saya bukan penggalau. Apalagi kalong. Namun, pada kenyataannya ada banyak orang-orang di luar sana yang dengan bangganya menyerukan insomnia ketika ia tidak bisa terlelap di malam hari. Entah, apakah kata-kata insomnia  dianggap keren atau semacamnya.

Saya sendiri justru tidak menganggap apa yang terjdi pada diri saya adalah insomnia. Hah, saya tidak punya "penyakit" seperti itu. Karena pada dasarnya, kapanpun saya inginkan, saya bisa tidur saat itu juga. Dan percaya atau tidak, minuman dingin di malam hari bisa membuat saya terkantuk-kantuk begitu saja. Makanya, saya agak menghindari minuman "begituan" malam hari. 

Justru hanya sebuah kebetulan saya senang dan terbiasa untuk menghabiskan waktu di malam hari. Apalagi jika suasananya mendukung, saya bakal senang bermain dengan waktu di malam hari. Selain itu, ada banyak hal (tugas dan semacamnya) yang memaksa saya untuk menyita sebagian waktu tidur saya. Huh, andai waktu tidak hanya 24 jam ya? Alhasil, cucian saya terkadang terbengkalai. Lah, apa hubungannya? Lha, saya kan tidak sempat lagi mencuci pakaian di pagi hari.... Hehehe... (_ _")?

"Kenapa selalu cappuccino?"

Mungkin, kelak saya akan mengumpulkan tulisan-tulisan itu, about cappuccino. Lagipula, saya senang dengannya. Bukan minumannya yang membuat saya selalu membuka mata. Akan tetapi, ada sebuah mimpi yang tidak bisa saya interpretasikan lewat tidur yang mesti saya raih. Jauh lebih nyata. Ah iya, saya tiba-tiba teringat tentang awal perjumpaan saya dengan Cappie...


--Imam Rahmanto--

You Might Also Like

0 comments