Tentang Waktu dan Menulis
Desember 06, 2012Baca Juga
Sumber: Google Search |
Basi. Keinginan atau mood seseorang menulis, bagi saya, tidak lantaran ia memiliki waktu luang atau tidak. Persoalannya hanyalah pada tekadnya menulis. Mau atau tidak! Tidak berputar pada kata "tapi" yang diikuti oleh beberapa alasan. Jikalau benar-benar "mau", tak perlu lagi banyak beralasan. Kenapa tidak lakukan sekarang juga?
"Saya sudah tidak pernah menulis lagi karena sibuk..."
Seakan-akan waktu 24 jam yang diberikan untuk kita itu tidaklah pernah cukup. Diantara potongan waktu 24 jam, ada banyak kok waktu-waktu yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan aktivitas itu. Bagi saya, menulis itu bukan ketika ada waktu luang. Akan tetapi, saya mencoba menciptakan waktu luang itu dengan menulis.
Saya selalu punya waktu. Ada 24 jam yang saya miliki. Dan saya berusaha untuk menggunakan waktu itu sesuai dengan keinginan dan kemampuan saya.
So, mengapa tidak memanfaatkan waktu barang sejam-dua jam sebelum tidur untuk menuliskan sembarang hal yang kita anggap menarik versi diri sendiri? Apapun itu, tidak perlu diperhitungkan selama kita mau menjalani prosesnya saja untuk belajar. Toh, kelak kita bakal bisa membedakan perkembangan tulisan kita sendiri. Atau mungkin malah menertawakannya. Ha-ha-ha-ha....
Membiasakan diri menulis nyatanya akan semakin mengasah kemampuan seseorang dalam menulis (dan memanfaatkan waktu). Saya menulis, tidak bergantung pada kelengkapan yang saya miliki. Tahu tidak, semenjak laptop saya "koma", saya malah tidak pernah lagi menulis lewat perangkat itu. Saya lebih banyak menggunakan handphone untuk menulis di blog saya. Ehem...halo!, handphonenya tipe apa dulu? #teriak.
Selain itu, menulis pun tak perlu mengenal waktu dan tempat. Saya kini sudah mulai terbiasa menulis dimana saja dan kapan saja. Meskipun, tak bisa dipungkiri, terkadang untuk menghasilkan tulisan yang bagus harus bermeditasi - bertapa - merenung - menyendiri - minum cappuccino - memandang langit-langit kamar - memutar musik instrumental di waktu menjelang tengah malam. Akan tetapi, menulis seperti itu tidak berlaku absolut. Relative. Saya pernah mendengar seorang penulis berkata, "Bedanya penulis amatir dan penulis profesional ada pada cara mereka menentukan waktu, tempat, ataupun mood yang tepat untuk menulis. Jika terbiasa menulis, tak perlu lagi ada alasan seperti itu untuk menunda kegiatan menulis." Like it!
Nah, ungkapan-ungkapan seperti "sibuk" atau "tak punya waktu" sejatinya hanyalah alasan yang dibuat-buat untuk diri sendiri. Ayolah, membangun motivasi untuk tetap menulis itu memang sulit. Tak ada rumus pasti yang bisa membendung rasa malas itu sendiri. Yang dibutuhkan kemudian adalah proses "pemaksaan" sedikit demi sedikit. Selain itu, berharap saja, kelak di masa depan ada seorang ilmuwan ternama yang bakal menemukan obat "anti-malas". Hmm...khayalan tingkat tinggi...
--Imam Rahmanto--
0 comments