Mari Memulai
April 03, 2023Baca Juga
Hai...
Apa kabar?
Sebuah tanya usang yang akan selalu terpakai di semua dimensi. Entah itu untuk diri sendiri atau rumah tempat tinggal ini.
Yah, rumah yang dulu pernah begitu subur dan hijau. Rumah yang membesarkan segala tekad dan semangat. Rumah yang membelajarkan siapa diri saya sesungguhnya. Rumah yang menguatkan segala perasaan.
Hai, saya kembali. Mungkin, kembali untuk ke sekian kalinya.
Ini juga sebuah niat yang usang. Dalam tiga tahun terakhir, saya selalu mengungkapkan hal yang sama.
"Saya kembali dan akan memelihara rumah ini."
Tapi kenyataan yang terjadi justru lebih banyak menampar ingatan-ingatan saya. Kepala saya terlalu riuh untuk pulang ke tempat ini. Jemari saya, mungkin, terlampau malas. Apalagi dengan alasan-alasan yang begitu menjemukan di dunia nyata.
Lihat saja, betapa rumah ini kembali kepada alamat yang sebenarnya, bukan? Hanya untuk memperbaharui alamatnya seperti semula, tak ada waktu yang tersisa. Alhasil, alamat yang lama akan hilang untuk sementara waktu. Berganti dengan alamat lainnya.
Saya harus menerima kenyataan itu. Berdamai.
Saya tak habis pikir. Bisa konsisten menulis untuk pekerjaan saya. Ribuan kata mengalir setiap hari menjadi beberapa berita. Bahkan, bisa saja melewati batas kesanggupan pekerjaan yang ada.
Sementara, saya akhirnya menyadari, tidak ada ruang menulis lagi untuk diri sendiri. Berceritalah seperti diri yang dulu. Yah, persetan dengan kesibukan.
"Saya menulis berita sebagai pekerjaan dan mengisi perut. Sedangkan, menulis cerita sebagai ke(se)nangan untuk mengisi kepala dan hati," begitu kata saya, dulu.
Pada akhirnya, saya rindu berada di rumah ini. Sekadar menuangkan segala kekesalan, kegelisahan, kebingungan, atau harapan akan masa depan.
Oiya, mungkin ke rumah ini pula saya akan banyak bercerita tentang seorang perempuan yang sekaligus menjadi tempat pulang saya di masa depan.
Hai, saya kembali.
Dan tak ada yang lebih melegakan dari menuangkan sedikit hal itu. []
---Imam Rahmanto--
0 comments