Segala yang Pertama

Mei 31, 2022

Baca Juga

Kaki saya begitu berat. Permukaan es di bawahnya membuat semakin sulit melangkah. Bukan cuma licin. Saya waswas terjatuh dan gedebuk jika melangkah dengan sembrono. Bukan soal sakit seluruh badannya. Cuman malunya bisa sampai ke sumsum tulang jika terjatuh di antara orang-orang yang juga mondar-mandir di dalam arena es itu.

Saya memaksakan sepatu untuk bergesekan dengan permukaan es. Pelan-pelan saja di pinggir lapangan. Ada pagar yang bisa menjadi pegangan sementara. Sesekali, saya melepas pegangan itu sambil menjajal kaki yang mulai terbiasa.

Saya bisa melangkah dengan normal. Namun, jangan minta berlari, (apalagi dari kenyataan). Serius, saya tak bisa.

Saya terkadang hanya bisa nyengir melihat anak-anak kecil yang meluncur di antara permukaan es itu. Kaki-kaki mungil mereka begitu lincah. Berkelok-kelok menyusup di antara orang dewasa, yang sebagian seperti saya; menyusuri pinggir lapangan. 

"Yaang, masa kalah sama mereka?" saya berbicara kepada gadis manis di depan saya.


Kekasih saya hanya bisa tersenyum malu-malu. Manis sekali. Ia masih kesulitan melepaskan pegangan pagarnya. Wajahnya degdegan. Ngeri juga membayangkannya jatuh di atas permukaan yang padat itu. Cukup jatuh ke pelukanku saja~ 

Sepanjang waktu permainan, saya ikut membantunya dengan mengulurkan tangan sebagai pegangan. Yah, sekalian juga biar romantis sih. Sedikit-sedikit, ia bisa mengimbangi dengan berjalan kaki. Sisanya, masih harus lebih mantap lagi. Setidaknya, sudah bisa berdiri di atas es, agak ke tengah, biar punya kesempatan juga berfoto untuk feed di  Social Media. Hahaha...

Bagi kekasih saya, bermain di dalam arena es adalah hal yang baru. Benar-benar baru. Oleh karena itu, ia langsung mengiyakan ketika saya ajak ke salah satu event Cibinong City Mall (CCM). Tak peduli jaraknya butuh waktu 30  menit dari tempat tinggal kami.

Sebenarnya, bermain di lapangan es pun bukan pertama kalinya bagi saya. Belasan tahun lalu, saya pernah menikmatinya bersama teman-teman kuliah di salah satu mal di Makassar. Namun, pelajaran berselancar di atas es itu berakhir hanya sampai ke tingkat "melangkah". Saya belum sampai ke level advanced yang bisa berlarian kesana kemari.

Pengalaman itu pula yang membuat saya ingin kembali menjajal iced skating. Apakah keterampilan "berjalan" saya masih kekal? Atau justru kaki saya sudah lupa bagaimana cara melangkah dengan benar di atasnya? 

Ketika tahu Cibinong City Mall menyediakan arena ice skating itu, saya langsung menyambarnya. Tidak lupa mengajak kekasih tersayang. Itung-itung sekalian ngedate.  



***

Arena ice skating itu menjadi salah satu ingatan paling lekat di kepala saya mengenai Cibinong City Mall. Dua tahun tinggal di Bogor, saya baru menjumpai hiburan ice skating itu di Cibinong City Mall. Banyak mal lainnya di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, namun tak satupun yang menyediakan permainan menarik tersebut dan berhasil mengangkat kembali ingatan masa-masa kuliah saya dahulu. *Ini serasa saya sudah agak tua ya?

Cibinong City Mall sendiri sebenarnya bukan mal dengan jangkauan paling dekat dengan tempat tinggal saya saat ini di Kota Bogor. Banyak akses mal lainnya. Namun, Cibinong City mall menjadi mal yang pertama kali berkenalan dengan saya. Mungkin, didukung faktor pekerjaan saya yang sempat harus rutin berkomunikasi dengan bagian Public Relation (PR)-nya, hampir saban pekan.


Akan tetapi, seperti hidup kita, bukankah segala yang pertama selalu punya tempat istimewa di kepala? Entah itu soal sekolah tempat tinggal, teman, pekerjaan, gaji, hingga apa saja yang menjadi paling pertama datang dalam hidup kita. 

Cibinong City Mall adalah yang pertama bagi saya.

Saya tak perlu memuji-muji isi mal yang sering disapa warga dengan label CCM ini. Sebagai tempat berbelanja, sudah sangat lengkap. Sarana penunjang juga sudah memadai. Pun, lokasinya sangat strategis karena berada di antara warga kabupaten dan kota. *Humasnya pun gercep. Uhuk!!

Toh, saat ini Cibinong City Mall juga sedang bersolek. Bisa dilihat di sebelah mal, sedang dikebut salah satu proyek ekspansinya. Ini bikin CCM bakal sangat sulit disaingi dari sisi mana pun. 

Pembangunan itu akan "beranak" menjadi Cibinong City Mall 2 dan Harris Hotel. Secara otomatis, tentu menjadikan Cibinong City Mall sebagai lifestyle mall pertama yang terintegrasi dengan hotel di Kabupaten Bogor.

Ketika rampung, CCM 2 sudah menyiapkan 70 unit toko yang akan menaungi brand-brand high-end. Jumlah itu mendongkrak total pertokoan Cibinong City Mall menjadi 300 unit. 

Kalau sudah begini, Cibinong City Mall tak terbendung lagi. Bisa semakin eksis sebagai mall terbesar di Bogor Raya.


Satu hal yang paling saya sukai dari mall ibu kota Kabupaten Bogor ini adalah terobosan dan kreativitasnya. Saya ingat, pertama kalinya pandemi Covid-19 melanda tanah air dan memaksa semua mal harus tutup untuk sementara. Semua tenant di dalam mal pun harus gigit jari karena potensi kehilangan pendapatan sangat besar.

Untuk membantu para tenant itu, ternyata manajemen Cibinong City Mall mulai mengakselerasi pemasaran melalui media sosial (medsos). Tidak sekadar promosi, mereka menggilir tenant  untuk "aksi" promosi secara live melalui Instagram. Tak peduli berapa biji orang yang menonton siaran langsung dari mal itu. 

Namun, konsistensi itu terus dijalankan dan bertahan sampai kini. Bahkan, beberapa mal yang saya kenal juga mulai mengadaptasi konsep semacam itu untuk memperkenalkan tenant-tenant mereka.


Event-event unik dengan tema tertentu juga rutin diselengarakan di Cibinong City Mall. Salah satunya, permainan ice skating tadi yang diramu dalam event City of Ice, akhir tahun lalu. Tak disangka, saya akhirnya bisa menyelami pelajaran tertinggal dari masa lalu.

Meski hanya sehari, kami begitu menikmatinya. Bisa dilihat dari raut wajah kekasih saya yang selalu berseri-seri setelahnya. Bahkan, adiknya yang masih SD sampai merengut kesal saat melihat foto sang kakak dengan perlengkapan ice skating itu. *Padahal, foto itu juga diambil dalam keadaan menahan keseimbangan maksimal pake banget.

"Ahhhh....kenapa Ena gak diajaaaak??" teriak perempuan kecil itu. Wajahnya yang manyun hendak menangis.


***

Di luar sedang turun hujan.

Kata orang, hujan selalu bersisian dengan kenangan. Setiap tetesnya yang turun ke bumi, menjadi suplemen ingatan bagi siapa saja. Genangan adalah kumpulan kenangan yang tak bertuan. Aroma petrichor adalah bagian kenangan yang hancur-lebur.

Sungguh kebetulan, hujan tiba terlalu sering di kota ini. Orang-orang harus selalu merapatkan tubuh dan jaketnya. Mendung pekat begitu kurang ajar meniupkan hawa dinginnya tanpa permisi. Sekali hujan, tempias berlarian tanpa arah. 

Namun, hujan-hujan itu ternyata membuat kenangan saya kembali menggantung. 

Saya belajar banyak hal dari kota ini. Layaknya bermain ice skating, saya harus terseok-seok, perlahan, sambil berpegangan di sisian arena. Kalau tak beruntung, bisa saja terjerembab di atas permukaan es yang solid. 

Akan tetapi, semua pengalaman itu sepadan dengan hasil yang diperoleh. Bisa berjalan di atasnya saja sudah membuat bangga. Apalagi, jika sudah bisa meluncur dan menari-nari.

Dua tahun lalu, Kota Bogor adalah pengalaman pertama bagi saya. Semuanya menjadi yang pertama dalam kepala saya. Namun, sepertinya saya akan menancapkan lebih banyak keping ingatan lagi dari sini. Ingatan untuk diri sendiri, bersama kekasih, atau bahkan untuk anak-anak saya kelak. []




--Imam Rahmanto--


*Photos Copyright by Imam Rahmanto
 

You Might Also Like

0 comments