Merayakan Waktu dengan Lagu
Desember 18, 2019Baca Juga
Note: Pasang headsetmu.
Entah bagaimana caranya lagu itu membuat saya tersenyum-senyum sendiri. Saya suka liriknya. Sederhana, apa adanya.
"You deserve someone who listens to you
Hears every word and knows what to do
When you're feeling hopeless lost and confused
There's somebody out there who will"
Akhir-akhir ini, saya senang saja mengumpulkan beberapa lagu. Itu hanya salah satu dari sekian lagu yang cukup "easy listening" di playlist saya.
Kepala saya mendalami lirik. Meniti irama yang menenangkan. Di sisi lain, saya belajar mengurai makna dari setiap lagu yang benar-benar mengena di hati itu. Tak peduli lagu-lagu itu mungkin sudah mulai dilupakan orang atau bahkan tak dikenal sama sekali.
Saya bukan orang yang hobi bernyanyi. Malah saya tak pandai bersuara lantang seumpama penyanyi yang membawakan lagu-lagunya. Saya hanya paham menyamakan nada.
Itu hal yang berbeda. Karena pada dasarnya, setiap orang yang bisa menggenjreng gitar juga secara otomatis tahu perihal menyesuaikan nada. Kami bisa tahu ketakcocokan nada dengan penyanyi, namun belum tentu khatam memilin-milin suara agar terdengar indah.
Pun sebenarnya, genre lagu saya agak random.
Sekali waktu, saya akan menjadi anak indie dengan lagu-lagu dari Fiersa Besari, Banda Neira, Endah n Rhesa, Fourtwnty, Payung Teduh, Float, Hindia. Di waktu lainnya saya bisa menjadi anak-anak rocker dengan selera band masa lalu seperti Bonjovi, Guns N Roses, Metallica, Linkin Park, Green Day, Simple Plan.
Kalau sedang bekerja dan ingin tetap terjaga hingga pagi, saya bisa memutar playlist dangdut koplo dengan penyanyi-penyanyi seperti Zaskia Gothik atau Cita Citata. Sedang rindu keluarga dan ingin belajar lebih banyak tentang bahasanya, saya akan memutar lagu Jawa dengan judul-judul populer di kalangan sobat ambyar. Sekali waktu, bagi kalian yang tak mengerti bahasanya, saya akan dengan senang hati menerjemahkannya.
Di momen lainnya, saya bisa kangen setengah mati dengan lagu-lagu milik Sheila On 7, Dewa, Jamrud, Padi, Ungu, dan Peterpan. Jauh ke belakang, saya bisa rindu dengan masa kanak-kanak ketika ayah saya senang mendengarkan lagu-lagu Nike Ardilla, Deddy Dores, Ebiet G Ade, dan tembang kenangan serupa.
Lagu memang tak bisa jauh-jauh dari kehidupan saya. Sering kali saya menenggelamkan earphone di telinga kala menerobos liputan di tengah kemacetan kota kami. Deru kendaraan, bunyi klakson, dan teriakan pedagang kaki lima sudah terlalu bising di kepala. Sembari menunggui lampu berubah hijau, saya lebih senang menikmati irama dan lirik.
Menjelang tidur, musik bisa membunuh kesepian saya di balik dinding-dinding kamar. Saya akan memasang playlist favorit dan membiarkannya bergema di sepanjang waktu menyambut kantuk. Tanpa teman berbicara, musik kadang kala bisa menjadi teman "satu arah" dalam menuntaskan rasa asing di kepala saya.
"Putarin lagunya Beautiful in White, dong. Oiya, lagu Westlife yang lain juga bagus,"
"Habis itu lagunya Tangga ya,"
Malam-malam saya pernah dihabiskan dengan memutarkan lagu lewat notebook yang disambungkan dengan speaker bluetooh. Seorang perempuan dari ujung telepon akan berdendang mengikuti iramanya. Kadang kala, ia hanya ingin penyanyi-penyanyi itu menemaninya dalam mengerjakan tugas.
Ketika malam kian larut, ia akan meminta suaranya dikecilkan. Katanya, ia sudah siap terlelap. Hanya saja, ia ingin suara terakhir yang didengarnya sebelum memejamkan mata adalah suara lelakinya. Ia tak ingin diantarkan oleh lagu-lagu yang digemarinya.
"Ceritakan padaku. Apa pun," lirihnya dengan latar musik mengecil berganti suara saya.
Barangkali, seperti halnya tulisan, setiap lagu akan menemukan jalan bagi penikmatnya masing-masing. Lagu-lagu itu akan berputar di setiap momen. Kadang kala menjadi soundtrack di salah satu bagian dari hidup kita. Mengetuk telinga dan terlarut di dalam hati.
Ada lagu yang akan senantiasa mengingatkan kita kepada orang lain. Ada lagu yang membakar semangat. Ada lagu yang membuat kita mengucurkan air mata tanpa sadar. Ada lagu yang tak pernah gagal membuat kita tersenyum sendirian. Ada lagu yang punya peran vital dalam membuka kenangan masa silam. Ada pula lagu yang hanya enak didengarkan sendirian.
Seperti apa pun bentuknya, kita hanya perlu mendengarkan. Lebih banyak mendengarkan. []
Entah bagaimana caranya lagu itu membuat saya tersenyum-senyum sendiri. Saya suka liriknya. Sederhana, apa adanya.
"You deserve someone who listens to you
Hears every word and knows what to do
When you're feeling hopeless lost and confused
There's somebody out there who will"
Mendengarkan. (Imam Rahmanto) |
Akhir-akhir ini, saya senang saja mengumpulkan beberapa lagu. Itu hanya salah satu dari sekian lagu yang cukup "easy listening" di playlist saya.
Kepala saya mendalami lirik. Meniti irama yang menenangkan. Di sisi lain, saya belajar mengurai makna dari setiap lagu yang benar-benar mengena di hati itu. Tak peduli lagu-lagu itu mungkin sudah mulai dilupakan orang atau bahkan tak dikenal sama sekali.
Saya bukan orang yang hobi bernyanyi. Malah saya tak pandai bersuara lantang seumpama penyanyi yang membawakan lagu-lagunya. Saya hanya paham menyamakan nada.
Itu hal yang berbeda. Karena pada dasarnya, setiap orang yang bisa menggenjreng gitar juga secara otomatis tahu perihal menyesuaikan nada. Kami bisa tahu ketakcocokan nada dengan penyanyi, namun belum tentu khatam memilin-milin suara agar terdengar indah.
Pun sebenarnya, genre lagu saya agak random.
Sekali waktu, saya akan menjadi anak indie dengan lagu-lagu dari Fiersa Besari, Banda Neira, Endah n Rhesa, Fourtwnty, Payung Teduh, Float, Hindia. Di waktu lainnya saya bisa menjadi anak-anak rocker dengan selera band masa lalu seperti Bonjovi, Guns N Roses, Metallica, Linkin Park, Green Day, Simple Plan.
Kalau sedang bekerja dan ingin tetap terjaga hingga pagi, saya bisa memutar playlist dangdut koplo dengan penyanyi-penyanyi seperti Zaskia Gothik atau Cita Citata. Sedang rindu keluarga dan ingin belajar lebih banyak tentang bahasanya, saya akan memutar lagu Jawa dengan judul-judul populer di kalangan sobat ambyar. Sekali waktu, bagi kalian yang tak mengerti bahasanya, saya akan dengan senang hati menerjemahkannya.
Di momen lainnya, saya bisa kangen setengah mati dengan lagu-lagu milik Sheila On 7, Dewa, Jamrud, Padi, Ungu, dan Peterpan. Jauh ke belakang, saya bisa rindu dengan masa kanak-kanak ketika ayah saya senang mendengarkan lagu-lagu Nike Ardilla, Deddy Dores, Ebiet G Ade, dan tembang kenangan serupa.
Lagu memang tak bisa jauh-jauh dari kehidupan saya. Sering kali saya menenggelamkan earphone di telinga kala menerobos liputan di tengah kemacetan kota kami. Deru kendaraan, bunyi klakson, dan teriakan pedagang kaki lima sudah terlalu bising di kepala. Sembari menunggui lampu berubah hijau, saya lebih senang menikmati irama dan lirik.
"Sering kali itulah sebabnya kau mencari musik, betul? Untuk merasa bahwa kau tidak sendirian." (Mitch Albom, Dawai-dawai Ajaib Frankie Presto)
Menjelang tidur, musik bisa membunuh kesepian saya di balik dinding-dinding kamar. Saya akan memasang playlist favorit dan membiarkannya bergema di sepanjang waktu menyambut kantuk. Tanpa teman berbicara, musik kadang kala bisa menjadi teman "satu arah" dalam menuntaskan rasa asing di kepala saya.
"Putarin lagunya Beautiful in White, dong. Oiya, lagu Westlife yang lain juga bagus,"
"Habis itu lagunya Tangga ya,"
Malam-malam saya pernah dihabiskan dengan memutarkan lagu lewat notebook yang disambungkan dengan speaker bluetooh. Seorang perempuan dari ujung telepon akan berdendang mengikuti iramanya. Kadang kala, ia hanya ingin penyanyi-penyanyi itu menemaninya dalam mengerjakan tugas.
Ketika malam kian larut, ia akan meminta suaranya dikecilkan. Katanya, ia sudah siap terlelap. Hanya saja, ia ingin suara terakhir yang didengarnya sebelum memejamkan mata adalah suara lelakinya. Ia tak ingin diantarkan oleh lagu-lagu yang digemarinya.
"Ceritakan padaku. Apa pun," lirihnya dengan latar musik mengecil berganti suara saya.
***
Barangkali, seperti halnya tulisan, setiap lagu akan menemukan jalan bagi penikmatnya masing-masing. Lagu-lagu itu akan berputar di setiap momen. Kadang kala menjadi soundtrack di salah satu bagian dari hidup kita. Mengetuk telinga dan terlarut di dalam hati.
Ada lagu yang akan senantiasa mengingatkan kita kepada orang lain. Ada lagu yang membakar semangat. Ada lagu yang membuat kita mengucurkan air mata tanpa sadar. Ada lagu yang tak pernah gagal membuat kita tersenyum sendirian. Ada lagu yang punya peran vital dalam membuka kenangan masa silam. Ada pula lagu yang hanya enak didengarkan sendirian.
Seperti apa pun bentuknya, kita hanya perlu mendengarkan. Lebih banyak mendengarkan. []
"Rahasianya bukanlah membuat musikmu terdengar lebih nyaring, melainkan membuat dunia lebih hening." (Mitch Albom, Dawai-dawai Ajaib Frankie Presto)
--Imam Rahmanto--
0 comments