Kesia-sia(ng)an
Juni 09, 2018Baca Juga
Kamu pernah bingung dengan dirimu sendiri? Banyak hal yang kemudian membuat saya tidak tahu mau ngapain. Waktu saya terlampau luang untuk dihabiskan sekadar tidur senyenyak-nyenyaknya.
"Ndak mahal itu, demi labuhkan rindu. Mudik (buat) charge batin," ungkap seorang teman, menanggapi harga tiket pesawat yang melambung sangat tinggi. Tumben dia agak bijak.
*Sudah ah. Saya rindu aja nyampah di rumah ini.
Sepanjang puasa ini, waktu saya lebih banyak dihabiskan untuk tidur. Kehidupan tanpa tekanan dan tuntutan berlebihan dari kantor membuat saya berjalan begitu santai. Akh, mungkin malah gontai.
Saya benar-benar butuh penjelajahan baru. Menemui hal-hal yang belum pernah saya jumpai. Jika terus seperti ini, saya khawatir kehidupan kelak akan menjadi sangat hampa.
Saya menebak-nebak, hal yang berentetan ini masih serangkaian dari efek-efek "kesepian" menjejak di kota baru. Saya masih harus menyesuaikan segala hal di tempat ini. Tak hanya berjumpa orang-orang baru, jalan-jalan baru, kebiasaan dan kebudayaan baru, hingga berbahasa denga cara yang baru. Semuanya serba baru.
Sudah lebih dari dua bulan saya berada di tempat ini dan masih belum menemukan hal-hal yang cukup menarik. Berbeda ketika penempatan di Enrekang, yang merupakan ladang kenangann bagi saya. Sendiri pun, saya bisa menjelajahi berbagai tempat-tempat yang membuat penasaran di sana. Lah, disini? Kaki saya seolah terpaku. Saya mesti mengajak teman lain untuk bisa lebih banyak menjelajahi tempat baru disini.
Seperti handphone, saya butuh tenaga baru. Barangkali, mudik adalah kata yang sangat tepat.
Saya menebak-nebak, hal yang berentetan ini masih serangkaian dari efek-efek "kesepian" menjejak di kota baru. Saya masih harus menyesuaikan segala hal di tempat ini. Tak hanya berjumpa orang-orang baru, jalan-jalan baru, kebiasaan dan kebudayaan baru, hingga berbahasa denga cara yang baru. Semuanya serba baru.
Sudah lebih dari dua bulan saya berada di tempat ini dan masih belum menemukan hal-hal yang cukup menarik. Berbeda ketika penempatan di Enrekang, yang merupakan ladang kenangann bagi saya. Sendiri pun, saya bisa menjelajahi berbagai tempat-tempat yang membuat penasaran di sana. Lah, disini? Kaki saya seolah terpaku. Saya mesti mengajak teman lain untuk bisa lebih banyak menjelajahi tempat baru disini.
Seperti handphone, saya butuh tenaga baru. Barangkali, mudik adalah kata yang sangat tepat.
"Ndak mahal itu, demi labuhkan rindu. Mudik (buat) charge batin," ungkap seorang teman, menanggapi harga tiket pesawat yang melambung sangat tinggi. Tumben dia agak bijak.
*Sudah ah. Saya rindu aja nyampah di rumah ini.
--Imam Rahmanto--
1 comments
Puasa, puasa.... Hahahaha
BalasHapus