Belajar dari Takut
Januari 13, 2014Baca Juga
Sumber: google.com |
"Ini nama permainannya apa ya?" pikir saya. Pada perangkat adik saya, hanya tertulis "puzzle". Sembari browsing di GooglePlay dengan kata kunci tersebut, saya memilah satu-satu nominasi yang muncul. Saya bermaksud menginstalnya pula di perangkat saya. Aha!! Dan saya menemukannya, puzzle slider.
Sejak dulu saya mengenal permainan ini, tidak pernah sekalipun saya berhasil menyelesaikannya. Bersusah payah, tidak selesai. Saya bingung bagaimana cara memindahkan puzzle yang benar hingga akhirnya trauma sendiri dengan salah satu permainan ini. Saya jadi malas sendiri memainkannya, karena tidak mengerti cara menyelesaikannya.
Namun, setelah menguji kembali "ketakutan" saya itu, ternyata hal yang saya takutkan tidak benar-benar menakutkan. Sejatinya, saya diterkam ketakutan itu karena tidak mencoba. Takut mencoba. Tapi setelah mencoba, nyatanya saya bisa menyelesaikannya, meski awalnya butuh waktu lama untuk menyelesaikan puzzle seutuhnya. Toh, saya ketagihan memainkannya.
Hal tersebut tidak jauh berbeda ketika saya masih memainkan rubiks. Hampir dua tahun lalu, mainan kubus itu booming di kalangan teman-teman kuliah saya. Awalnya, sebelum dicoba, terlihat sulit. Akan tetapi, setelah dicoba dan mempelajarinya langkahnya, semua kelihatan lebih mudah.
Yah, apa yang kita takutkan terkadang memang tidak beralasan. Kerap kali seseorang takut pada suatu hal yang belum pernah dihadapinya hanya gara-gara membayangkannya berlebihan atau mendengarkannya dari orang lain. Padahal, mencobanya saja belum. Alih-alih merasa berani, kita malah kalah sebelum berperang.
Sejujurnya, ada banyak hal yang terjadi demikian dalam hidup saya. Saya terlalu melebih-lebihkan ketakutan yang nmenyergap saya. Menganggap segala sesuatunya tidak mungkin. Memustahilkan setiap keberanian yang berusaha dimunculkan. Padahal, saya belum mencoba melakukannya. Sementara, apa kita tahu, bahwa keberanian seebnarnya hanya dibutuhkan untuk menghadapi ketakutan-ketakutan dari dalam diri kita.
Baru-baru ini, saya menonton film Bollywood di tivi, yang juga film lama, Kabhi Kushi Kabhi Gham. Film ini mengingatkan saya pada kisah saya sendiri. Entah kenapa, saya agak terhanyut menontonnya...
Oleh karena itu, saya berusaha untuk memperbaiki diri. Tak lagi menyusun ketakutan-ketakutan itu dalam pikiran saya. Kalau perlu enyah saja dari pikiran saya. Setiap hal yang terjadi cukup dijadikan saja pelajaran, bukan momok. Takut adalah manusiawi, namun menghadapinya adalah pilihan pasti.
Tidak pantaslah kita merasa takut terhadap hal-hal yang belum pernah sama sekali dicoba. Dicoba dulu, baru takut. Kalaupun hasilnya benar-benar membuat kita takut, maka dicoba lagi. Mungkin, butuh sesuatu untuk dipelajari agar ketakutan kita itu lenyap. Bukanlah pemenang mereka yang tidak takut terhadap apapun, melainkan mereka yang bisa menghadapi ketakutannya sendiri.
--Imam Rahmanto--
0 comments