“Rumah” Menulis Saya
Agustus 23, 2013Baca Juga
Hm…kesibukan saya sudah berakhir. Bukan berakhir secara massal sih… Karena pada dasarnya masih ada bulan-bulan berikutnya yang mengharuskan saya untuk menjalani kewajiban serupa. Dan semoga saja tidak ada aral melintang. Mari berharap atas setiap kebaikan yang kita lakukan, ada doa kecil yang terpanjatkan kepada Tuhan.
Saya ingin merefleksi perjalanan saya hari ini. Sebenarnya, dari kemarin saya ingin menuangkan segala bentuk suka – duka – gembira -, sedih – kecewa – kecamuk – kebingungan – depresi – cinta yang sedang saya alami. Hanya saja, kesibukan (saya sebenarnya benci dengan kata-kata itu) selalu menyertai saya. Sulit bagi saya untuk bisa mengingat satu persatu segala hal yang telah saya lalui 1 minggu terakhir. Satu minggu yang menentukan penerbitan atas tabloid saya. Satu minggu yang rasa-rasanya ada banyak hal yang telah terjadi pada saya, seharusnya. Akan tetapi, ingatan saya untuk hari ini sangat terbatas bisa menuangkannya ke dalam satu tulisan utuh.
Saya menulis dengan melihat segala hal yang ada di sekeliling saya. Melihatnya secara nyata dan melihatnya secara “berbeda”. Bahkan di tiap petikan-petikan ucapan dari orang lain selalu ada nasehat-nasehat tersirat yang ingin saya jadikan lahan belajar…hidup. Karenanya, untuk membuat satu tulisan saja saya harus merapalkan banyak ingatan. Memory hari ini begitu berbeda dengan memory kemarin. Merangkainya satu per satu dalam sel saraf otak saya butuh waktu yang tidak singkat. Sungguh, kemampuan mengingat saya agak buruk belakangan ini. Tapi, maaf, bukan pengaruh usia…
Bulan Ramadhan kemarin, saya iseng membuat tantangan dengan teman-teman saya. Saya tahu, mereka punya blog dan kadangkala mengisinya dengan tulisan, meskipun tidak rutin juga. Tapi, saya tetap ingin berbagi “keisengan” dengan mereka.
Yah, meskipun dari sekian "Iya" yang saya temukan, hanya sedikit yang benar-benar merealisasikannya. Sederhana saja, saya hanya ingin mengurai antara kesibukan dan waktu lewat "keisengan" saya ini. Sejatinya, dalam hal apapun, kitalah yang menciptakan waktu luang itu. Bukan malah menunggunya. Sehingga, saya memutuskan, sesibuk apapun, maka saya harus bisa menuliskan sesuatu (sejelek apapun hasilnya) pula. Sayalah yang harus menciptakan kesempatan untuk diri saya sendiri. :)
Saya menulis, karena saya ingin belajar. Melihat “rumah” saya di dunia maya kosong hanya dalam beberapa hari saja seringkali membuat saya berpikir, “Saya ingin mengisinya dengan apa lagi ya?”
Mungkin, ibarat rumah di dunia nyata. Membiarkannya kosong, hanya akan dianggap rumah yang ditinggalkan oleh pemiliknya. Semakin lama, makin berdebu dan bisa saja membusuk. Tak satu pun orang, relasi, atau kerabat yang ingin bertamu sekadar bersilaturahmi ke dalamnya. Meliriknya saja mungkin bakal membuat orang lain bergidik. Ngeri. Karena rumah di dunia nyata yang lama tak berpenghuni, biasanya akan dihuni oleh “penghuni” lain.
Haha…ya, ya. Dan disini adalah “rumah” saya. Rumah dengan segala kebijakan hidup yang pernah saya temui. Saya merindukannya. Meluangkan sedikit waktu untuk mengisinya dengan “perabot-perabot” baru. Membiarkan orang lain berkunjung, saling mengenal kedalaman “rumah” saya. Sedikitnya, saya pun bisa berbagi dengan orang lain tentang “all about me” dan pelajaran-pelajaran (versi saya) di dalamnya. ^_^.
Bisa dikatakan, satu tulisan untuk kejadian satu hari. Layaknya sebuah memoar pribadi atau diary, kita bisa menuliskannya secara bebas. Saya pun terkadang melakukannya demikian. Hanya saja, tidak ada waktu beberapa hari belakangan ini membuat saya tidak bisa menyempatkan diri untuk flash-back isi kepala saya dalam sehari. Sekarang pun, saya agak kesulitan merangkum satu demi satu segala hal yang telah saya lalui seminggu belakangan. Padahal, setiap waktu saya menjalaninya, selalu mencuat pikiran-pikiran, “ide yang bagus untuk dituangkan!” Akan tetapi, waktu, rutinitas, waktu, rutinitas, perlahan-lahan menenggelamkan memory-memory itu. Akh, saya butuh komputer dengan fasilitas “googling” di kepala saya.
Sudahlah, karena saya merindukannya, mungkin ibarat merindukan seseorang, maka saya memulainya kembali dengan pikiran “tak tahu mau menulis apa”. Saya selalu percaya dengan kutipan film Finding Forrester, “You write your first draft with your heart and you rewrite with your head. The first key to writing is to write. Not to think." -- Tidak perlu berpikir. Tuliskan saja.
Dan Cappuccino mungkin bisa sedikit membuka gerbang inspirasi saya,….
Saya ingin merefleksi perjalanan saya hari ini. Sebenarnya, dari kemarin saya ingin menuangkan segala bentuk suka – duka – gembira -, sedih – kecewa – kecamuk – kebingungan – depresi – cinta yang sedang saya alami. Hanya saja, kesibukan (saya sebenarnya benci dengan kata-kata itu) selalu menyertai saya. Sulit bagi saya untuk bisa mengingat satu persatu segala hal yang telah saya lalui 1 minggu terakhir. Satu minggu yang menentukan penerbitan atas tabloid saya. Satu minggu yang rasa-rasanya ada banyak hal yang telah terjadi pada saya, seharusnya. Akan tetapi, ingatan saya untuk hari ini sangat terbatas bisa menuangkannya ke dalam satu tulisan utuh.
Saya menulis dengan melihat segala hal yang ada di sekeliling saya. Melihatnya secara nyata dan melihatnya secara “berbeda”. Bahkan di tiap petikan-petikan ucapan dari orang lain selalu ada nasehat-nasehat tersirat yang ingin saya jadikan lahan belajar…hidup. Karenanya, untuk membuat satu tulisan saja saya harus merapalkan banyak ingatan. Memory hari ini begitu berbeda dengan memory kemarin. Merangkainya satu per satu dalam sel saraf otak saya butuh waktu yang tidak singkat. Sungguh, kemampuan mengingat saya agak buruk belakangan ini. Tapi, maaf, bukan pengaruh usia…
Bulan Ramadhan kemarin, saya iseng membuat tantangan dengan teman-teman saya. Saya tahu, mereka punya blog dan kadangkala mengisinya dengan tulisan, meskipun tidak rutin juga. Tapi, saya tetap ingin berbagi “keisengan” dengan mereka.
wuihh...panjang |
Yah, meskipun dari sekian "Iya" yang saya temukan, hanya sedikit yang benar-benar merealisasikannya. Sederhana saja, saya hanya ingin mengurai antara kesibukan dan waktu lewat "keisengan" saya ini. Sejatinya, dalam hal apapun, kitalah yang menciptakan waktu luang itu. Bukan malah menunggunya. Sehingga, saya memutuskan, sesibuk apapun, maka saya harus bisa menuliskan sesuatu (sejelek apapun hasilnya) pula. Sayalah yang harus menciptakan kesempatan untuk diri saya sendiri. :)
Saya menulis, karena saya ingin belajar. Melihat “rumah” saya di dunia maya kosong hanya dalam beberapa hari saja seringkali membuat saya berpikir, “Saya ingin mengisinya dengan apa lagi ya?”
Mungkin, ibarat rumah di dunia nyata. Membiarkannya kosong, hanya akan dianggap rumah yang ditinggalkan oleh pemiliknya. Semakin lama, makin berdebu dan bisa saja membusuk. Tak satu pun orang, relasi, atau kerabat yang ingin bertamu sekadar bersilaturahmi ke dalamnya. Meliriknya saja mungkin bakal membuat orang lain bergidik. Ngeri. Karena rumah di dunia nyata yang lama tak berpenghuni, biasanya akan dihuni oleh “penghuni” lain.
Haha…ya, ya. Dan disini adalah “rumah” saya. Rumah dengan segala kebijakan hidup yang pernah saya temui. Saya merindukannya. Meluangkan sedikit waktu untuk mengisinya dengan “perabot-perabot” baru. Membiarkan orang lain berkunjung, saling mengenal kedalaman “rumah” saya. Sedikitnya, saya pun bisa berbagi dengan orang lain tentang “all about me” dan pelajaran-pelajaran (versi saya) di dalamnya. ^_^.
Bisa dikatakan, satu tulisan untuk kejadian satu hari. Layaknya sebuah memoar pribadi atau diary, kita bisa menuliskannya secara bebas. Saya pun terkadang melakukannya demikian. Hanya saja, tidak ada waktu beberapa hari belakangan ini membuat saya tidak bisa menyempatkan diri untuk flash-back isi kepala saya dalam sehari. Sekarang pun, saya agak kesulitan merangkum satu demi satu segala hal yang telah saya lalui seminggu belakangan. Padahal, setiap waktu saya menjalaninya, selalu mencuat pikiran-pikiran, “ide yang bagus untuk dituangkan!” Akan tetapi, waktu, rutinitas, waktu, rutinitas, perlahan-lahan menenggelamkan memory-memory itu. Akh, saya butuh komputer dengan fasilitas “googling” di kepala saya.
Sudahlah, karena saya merindukannya, mungkin ibarat merindukan seseorang, maka saya memulainya kembali dengan pikiran “tak tahu mau menulis apa”. Saya selalu percaya dengan kutipan film Finding Forrester, “You write your first draft with your heart and you rewrite with your head. The first key to writing is to write. Not to think." -- Tidak perlu berpikir. Tuliskan saja.
Dan Cappuccino mungkin bisa sedikit membuka gerbang inspirasi saya,….
--Imam Rahmanto--
2 comments
Imam, tulisan ini sebenarnya untuk siapa dan maksudnya apa ya? Ada printscreen-nya pula. Hmm..
BalasHapusTapi iya sih, padahal aku yang maksa 15 postingan, malah enggak bisa mencapainya, hahaha. Selamat yak, sudah sukses untuk konsisten nulis..
Eh, eh..... ini tuisan buat siapa ya??
BalasHapusMsalahnya, kamu ndiri udah dua kali (ikut) nantangin tapi kedua2nya juga gak konsisten.. Huuu...yang selalu "sibuk"... :p