Dirgahayu, Merdekalah Kita!
Agustus 17, 2013Baca Juga
Tepat ketika lagu "Indonesia Raya" dikumandangkan di depan auditorium kampus, saya baru tiba untuk mengikuti seremonial upacara bendera yang dilangsungkan oleh kampus saya. Saya, dan beberapa orang lainnya, oleh petugas keamanan disana, diimbau untuk berhenti sejenak mendengarkan lantunan lagu perjuangan tersebut. Sembari khidmat menanti setiap detik bendera mencapai ujung tiangnya. Meski tanpa hormat sekalipun....kepada mereka di atas sana......
Ya, mereka, pahlawan-pahlawan yang telah gugur di medan juangnya. Mereka, yang tak pernah kita kenal satu persatu. Wajah dan rautnya hanya bisa kita saksikan lewat buku-buku pelajaran di sekolah. Atau lukisan-lukisan yang terhuyung bergelantung tak terurus di dinding-dinding ruang kelas kita dulu. Sekilas, wajah-wajahnya pun familiar bagi kita di uang-uang dengan nominal tertentu. Mereka, para pahlawan yang telah memperjuangkan kebebasan kita hari ini.
Semenjak sekolah dasar, saya (atau kita) selalu diajarkan untuk menghargai para pahlawan-pahlawan bangsa. Khususnya di mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, ibu guru selalu berucap,
"Hargailah perjuangan pahlawan-pahlawan kita yang telah rela berkorban merebut kemerdekaan Indonesia!"
"Caranya?"
"Kita harus aktif dalam merayakan Proklamasi Kemederkaan Indonesia. Ikut khidmat dalam mengikuti upacaranya. Berpartisipasi aktif di setiap kegiatan 17 Agustus-an," jawab guru-guru, selalu, kepada setiap anak didiknya. Yah, bagaimanapun dalam kepala saya masih terpatri sedikit pelajaran-pelajaran tentang "sikap" itu. :)
Saya masih ingat, dulu ketika masih kecil, perayaan 17 Agustus-an selalu berlangsung meriah. Sebelum memulai upacara proklamasi, beberapa hari menjelangnya, selalu saja ada keramaian-keramaian kompetisi antar-warga masyarakat. Meskipun hadiah-hadiah yang diperebutkan itu tak seberapa, namun semangat untuk "menikmati" perayaan itu bisa tergambar jelas. Hehe...saya pun menikmatinya sewaktu-waktu dengan ikut pada barisan gerak jalan sekolah saya. Sialnya, di SMA, saya diikutkan pada barisan "anak-anak paling kecil".... -_-"
Selain itu, menjadi momen-momen yang tepat saat itu bagi ibu saya untuk menjajakan minuman dinginnya, es teler. Orang-orang menyebutnya demikian, entah apa maksudnya. Sebagai anak yang baik, tentu saja saya harus membantunya. Apalagi saya diupah 5ribu-7ribu setiap kali ibu selesai menjual. :p
Di kota besar, kini, ketika saya banyak menghabiskan waktu disini, saya amat jarang menyaksikan perayaan-perayaan yang biasa saya temukan di kampung-kampung. Padahal, saya sesekali merindukannya...
Menghargai setiap jasa para pahlawan kita, tidak selalu dengan membawakannya karangan bunga. Setiap orang, mungkin perlu merenung, menyusuri setiap kedalaman sanubarinya, seperti apa peluh dan darah yang telah dikorbankan para pahlawan kita demi terbebasnya kita sekarang. Mungkin, kita bisa berbuat sesuatu untuk negeri ini. Sedikit mengaplikasikan nasehat, "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang banyak, -- bahkan untuk negaranya," Dan, apa yang sudah kita perbuat untuk kemajuan bangsa adalah sedikit pemanis perjuangan buat mereka. :)
Dirgahayu Republik Indonesia ke-68!
Untuk Indonesiaku, tanah kelahiranku, saya tetap mencintaimu!
*Saya merindukan menulis, dan untuk itu saya ingin terus "merdeka" dengan menulis. Sediki kontribusi saya untuk orang lain, dan tetap belajar memaknai hidup. Dari menulis, saya berusaha menggali kedalaman pikiran saya, untuk bisa merdeka. Merdeka!
--Imam Rahmanto--
0 comments