Words to World
Juni 07, 2013Baca Juga
“Change your words, change your world”
Ternyata kekuatan kata-kata lewat tulisan itu memberikan pengaruh yang kuat bagi kehidupan kita. Bayangkan saja, di zaman yang serba digital ini, orang-orang masih bisa bersahabat dengan tulisan. Yah, tentu saja lewat facebook, twitter, atau akun-akun jejaring sosial lainnya. Tak peduli sesibuk apa, orang-orang di zaman sekarang benar-benar tahu caranya mencuri kesempatan di sela-sela kesibukannya untuk update status. Pak presiden RI saja punya akun Twitter…
Oh iya, sebenarnya saya tidak bermaksud membahas tentang akun-akun social media itu. Hanya saja lewat akun-akun itu, orang-orang tanpa sadar telah memanfaatkan tulisan-tulisan pendek mereka untuk mempengaruhi pikiran, membangun opini, mencari dukungan, menyemangati, atau bahkan sekadar mencari informasi saja. Toh, nyatanya tulisan benar-benar bisa mengubah “dunia” kita, bahkan jikalau hanya dibatasi ratusan karakter saja.
Saya tertarik dengan cerita salah seorang kakak senior saya, juga seorang blogger Makassar, yang punya banyak link atau teman yang bekerja di bidang industri kreatif semacam dirinya. Ia menceritakan bagaimana pergerakan para “penulis-penulis” itu membangun opini massa. Bahkan, mereka di pusat ibukota Indonesia sana dihargai jutaan rupiah untuk setiap tulisannya.
“Pernah suatu kali seorang teman ditawari dari Jakarta untuk menjadi tim kreatif mengusung salah satu calon di Jakarta sana. Dia cukup menuliskan tweet dengan hashtag tertentu, 10 tweet per hari, dan akan langsung dihargai Rp 1juta tiap tweet,” bebernya. Buseet!! Ini uang seperti daun saja… Hanya untuk tulisan yang dibatasi 116 karakter sudah bisa meraup keuntungan sebanyak itu. Akan tetapi, temannya menolak untuk menerima tawaran itu. Namanya sebagai seorang penulis tentu saja bakal tercemar jika memihak pada salah satu calon. Pernah nonton film “Republik Twitter”? Cara kerja tim media seperti dalam film itu.
“Jika ingin dikenal dunia, maka menulislah,” dan hal itu benar adanya. Hanya lewat tulisan, orang bisa terkenal. Lewat tulisan, orang bisa membangun dukungan. Lewat tulisan, orang bisa populer. Bahkan lewat tulisan, kita bisa meraup keuntungan.
Tulisan, jika diolah, akan serupa pedang yang jika diasah bisa menjadi senjata ampuh untuk mengubah dunia. Media-media massa yang ada di Indonesia sedikit banyak bekerja dengan cara serupa. Mereka menulis, mereka membangun opini publik. Betapa besarnya pengaruh media terhadap pemikiran masyarakat. Apalagi masyarakat Indonesia adalah penggila televisi nomor satu.
Di perkotaan, banyak bertebaran industri-industri kreatif yang memanfaatkan keterampilan menulis seseorang. Tidak hanya menulis buku yang bisa menghasilkan uang. Bahkan menulis kata-kata persuasif suatu produk pun bisa dihargai tinggi. Menulis kisah perjalanan, traveling, juga bisa dibayar loh. Sudah disuruh jalan-jalan ke semua tempat, dibayar pula. Siapa yang gak berminat! Menulis ulasan promo sebuah produk juga bisa menjadi keterampilan yang langka. Pokoknya, di luar pemikiran kita tentang menulis itu, tidak hanya berujung pada profesi jurnalis ataupun penulis. Ada banyak industri-industri kreatif di luar sana yang membutuhkan penulis-penulis kreatif.
Nah, pada dasarnya, menulis bukan persoalan kita berbakat atau tidak. Semua orang bisa menulis. Hanya butuh kebiasaan untuk mengembangkannya. Alah bisa karena biasa. Semakin sering atau rajin kita menulis “apapun” yang menjadi minat dan passion kita, secara lambat laun akan menjadi gaya penulisan yang kita miliki. Mungkin saja, dari sana kita bisa memanfaatkan keterampilan “buatan” itu untuk kehidupan kelak. Entah untuk mengubah diri sendiri, mengubah orang lain, atau bahkan mengubah dunia….
Ternyata kekuatan kata-kata lewat tulisan itu memberikan pengaruh yang kuat bagi kehidupan kita. Bayangkan saja, di zaman yang serba digital ini, orang-orang masih bisa bersahabat dengan tulisan. Yah, tentu saja lewat facebook, twitter, atau akun-akun jejaring sosial lainnya. Tak peduli sesibuk apa, orang-orang di zaman sekarang benar-benar tahu caranya mencuri kesempatan di sela-sela kesibukannya untuk update status. Pak presiden RI saja punya akun Twitter…
Oh iya, sebenarnya saya tidak bermaksud membahas tentang akun-akun social media itu. Hanya saja lewat akun-akun itu, orang-orang tanpa sadar telah memanfaatkan tulisan-tulisan pendek mereka untuk mempengaruhi pikiran, membangun opini, mencari dukungan, menyemangati, atau bahkan sekadar mencari informasi saja. Toh, nyatanya tulisan benar-benar bisa mengubah “dunia” kita, bahkan jikalau hanya dibatasi ratusan karakter saja.
Saya tertarik dengan cerita salah seorang kakak senior saya, juga seorang blogger Makassar, yang punya banyak link atau teman yang bekerja di bidang industri kreatif semacam dirinya. Ia menceritakan bagaimana pergerakan para “penulis-penulis” itu membangun opini massa. Bahkan, mereka di pusat ibukota Indonesia sana dihargai jutaan rupiah untuk setiap tulisannya.
“Pernah suatu kali seorang teman ditawari dari Jakarta untuk menjadi tim kreatif mengusung salah satu calon di Jakarta sana. Dia cukup menuliskan tweet dengan hashtag tertentu, 10 tweet per hari, dan akan langsung dihargai Rp 1juta tiap tweet,” bebernya. Buseet!! Ini uang seperti daun saja… Hanya untuk tulisan yang dibatasi 116 karakter sudah bisa meraup keuntungan sebanyak itu. Akan tetapi, temannya menolak untuk menerima tawaran itu. Namanya sebagai seorang penulis tentu saja bakal tercemar jika memihak pada salah satu calon. Pernah nonton film “Republik Twitter”? Cara kerja tim media seperti dalam film itu.
“Jika ingin dikenal dunia, maka menulislah,” dan hal itu benar adanya. Hanya lewat tulisan, orang bisa terkenal. Lewat tulisan, orang bisa membangun dukungan. Lewat tulisan, orang bisa populer. Bahkan lewat tulisan, kita bisa meraup keuntungan.
“Saya lebih takut kepada pena seorang penulis ketimbang 1000 senjata tentara musuh.”
--Napoleon Bonaparte--.
Tulisan, jika diolah, akan serupa pedang yang jika diasah bisa menjadi senjata ampuh untuk mengubah dunia. Media-media massa yang ada di Indonesia sedikit banyak bekerja dengan cara serupa. Mereka menulis, mereka membangun opini publik. Betapa besarnya pengaruh media terhadap pemikiran masyarakat. Apalagi masyarakat Indonesia adalah penggila televisi nomor satu.
Di perkotaan, banyak bertebaran industri-industri kreatif yang memanfaatkan keterampilan menulis seseorang. Tidak hanya menulis buku yang bisa menghasilkan uang. Bahkan menulis kata-kata persuasif suatu produk pun bisa dihargai tinggi. Menulis kisah perjalanan, traveling, juga bisa dibayar loh. Sudah disuruh jalan-jalan ke semua tempat, dibayar pula. Siapa yang gak berminat! Menulis ulasan promo sebuah produk juga bisa menjadi keterampilan yang langka. Pokoknya, di luar pemikiran kita tentang menulis itu, tidak hanya berujung pada profesi jurnalis ataupun penulis. Ada banyak industri-industri kreatif di luar sana yang membutuhkan penulis-penulis kreatif.
Nah, pada dasarnya, menulis bukan persoalan kita berbakat atau tidak. Semua orang bisa menulis. Hanya butuh kebiasaan untuk mengembangkannya. Alah bisa karena biasa. Semakin sering atau rajin kita menulis “apapun” yang menjadi minat dan passion kita, secara lambat laun akan menjadi gaya penulisan yang kita miliki. Mungkin saja, dari sana kita bisa memanfaatkan keterampilan “buatan” itu untuk kehidupan kelak. Entah untuk mengubah diri sendiri, mengubah orang lain, atau bahkan mengubah dunia….
Salah satu video yang cukup menarik tentang bagaimana kata-kata (tulisan) bisa mengubah "dunia kecil" orang lain. Afirmasi positif akan mengubah pandangan orang lain. :D
--Imam Rahmanto--
0 comments