Terbangun...

Januari 14, 2013

Baca Juga


Saya terbangun dini hari. Lebih pagi dari biasanya. Tepat ketika jarum jam nyaris saja menunjuk pada angka enam. Jarum yang lebih pendek menunjuk pada pertengahan angka satu dan dua. Mungkin pukul 01.24. Ingatan saya agak samar, sesamar mata saya yang hanya melihatnya sekilas.

Dalam ingatan saya, terekam beberapa pekerjaan kepanitiaan yang baru saja usai dijalankan oleh saya beserta teman-teman. Lelah, tentu saja. Tak heran jika saya kemudian melewatkan shalat Maghrib hanya gara-gara tertidur pulas di atas kursi.

Bagi saya, baru kali ini waktu tidur saya bisa mencapai waktu tidur yang ideal, 5-8 jam. Saya benar-benar menghabiskan delapan jam waktu tidur saya tanpa disela apapun. Yaah, jika disela pun, saya sangsi bisa terbangun.

Saya tergolong ke dalam kelompok orang-orang yang sulit bangun tidur, apalagi bangun pagi. Tujuh susun jam weker yang saya setel di hape saya tidak mampu menyaingi alam pikiran mimpi saya. Sangat berbeda tentunya dengan beberapa orang yang sangat fleksibel bisa menentukan "jam bangun"nya. Saya malah iri dengan mereka. Jam berapapun, mereka bisa mengatur perasaan di bawah gelombang mimpi itu untuk terjaga di waktu tertentu.

Jika sudah seperti ini, saya biasanya lebih memilih untuk terjaga sampai pagi. Saya orang yang sangat sulit bangun, namun saya adalah orang yang sangat mengagumi pagi. Terkadang, saya senang menghabiskan waktu beberapa jam di pagi hari sembari duduk-duduk di depan kamar memegangi secangkir cappuccino. Jika saya butuh udara segar, saya bakal berjalan-jalan ke luar rumah menyusuri jalan raya.

Back to the topic. Sulit bangun pagi, bukan berarti tidak bisa bangun pagi. Buat saya, telat dalam menentukan jam tidur bakal berimbas pada jam bangun saya. Biasanya, saya tidur dan akan bangun di lima jam berikutnya. Jadi, untuk bisa bangun pagi, saya mesti tidur lebih awal. Huh, padahal sebagai mahasiswa yang punya seabrek tugas (luar dan dalam), saya selalu dituntut untuk menyalahi kondisi itu.

"Bukan zamannya mahasiswa tidur di bawah jam 12," sebuah idiom klasik yang selalu menjadi pegangan saya. Alhasil, saya juga tidak terbiasa untuk tidur sebelum tengah malam.

Google Search
Disamping saya orang yang cukup sulit bangun tidur, saya juga tergolong orang yang mudah menentukan waktu tidurnya. Istilah-istilah insomnia tidak pernah berlaku bagi saya. Kapanpun saya mau, saya bisa mengatur perasaan untuk tidur melepas lelah. Perihal obat tidur dan sejenisnya, tidak pernah menjadi konsumsi saya demi mendapatkan tidur yang pulas. Tapi, ada saja obat tidur yang lebih sederhana untuk memaksa saya mengantuk tidak pada waktunya (di malam hari), yakni minuman dingin apapun. Apa pengaruhnya. Entahlah, saya juga tidak pernah tahu efek yang ditimbulkan minuman itu pada kondisi tubuh saya.

Bangun pagi, selalu menjadi keinginan (tak sampai) saya yang hanya menjadi sesuatu yang kadang-kadang terjadi dalam keseharian saya. Mungkin saya terbiasa dibangunkan ibu ketika dulu masih di rumah...

Beranjak dari melaksanakan salah satu kewajiban saya sebagai umat Muslim, meskipun munfarid, saya kemudian melanjutkan beberapa pekerjaan saya yang sempat tertunda. Ada banyak tunggakan minggu ini. Saya menatap komputer sambil terus memegangi mouse, klik sana, klik sini, ini dan itu...



--Imam Rahmanto--

You Might Also Like

0 comments