Kelak Tiba Waktunya

Desember 31, 2012

Baca Juga


Sudah lebih tiga tahun lamanya...

Cukup menyenangkan bisa berbincang kembali dengan teman-teman lama. Sekian lama tak berjumpa, tentu menyimpan cerita masing-masing. Mengungkit-ungkit kenangan yang sedikit terlupakan. Yah, meski sekadar bertanya kabar melalui jejaring-jejaring sosial. "Apa kabar?"

Akan tetapi, hal-hal demikian pada kenyataannya kemudian menjadi sebuah "momok" bagi saya. Mengapa? Saya tahu arah pembicaraan yang akan ditujukan pada saya ketika "teman-teman lama" usai menanyakan kabar. Selalu saja saya mendapatkannya. Meski berbeda versi, toh makna yang dikandungnya sama saja.

"Kapan wisuda?"

Degg!! Jantung saya seakan tertohok mendengarnya. Saya bingung harus menjawab seperti apa. Dari sekian pertanyaan yang pernah diajukan pada saya, mungkin ini pertanyaan tersulit bagi saya untuk menemukan jawabannya. Inginnya berbohong, sudah terlalu banyak saya mengumbarnya. Berkata seadanya, malah pada akhirnya akan memicu kebohongan-kebohongan baru. Hm...seperti apapun itu, saya sangsi bisa menjawabnya dengan benar.

Sebenarnya, secara umum, adalah hal yang wajar teman-teman saya menanyakan hal itu. Idealnya, memang sudah seharusnya di tahun ketiga ini saya sudah mulai mengurus segala persiapan untuk "meninggalkan" kampus. Hanya saja, tahu tidak, tingkat sensitivita saya seakan-akan meningkat ketika mendengar pertanyaan serupa. Akhir-akhir ini saya seringkali diberondong pertanyaan seperti itu. Membuat saya malas untuk melanjutkan percakapan.

Saya masih ingat ketika dulu ingin membuktikan "sesuatu" pada semua orang. "Tidak semua mereka yang aktif di organisasi akan mengalami nasib buruk di kuliahnya," Mencoba bergabung dengan beberapa komunitas maupun organisasi untuk menambah pengalaman saya. Dikarenakan saya orang yang menyukai tantangan, maka saya begitu "latah" untuk mengikuti banyak kemauan saya. Jadilah waktu saya banyak terbagi ke dalam organisasi bahkan juga ke pekerjaan sampingan.

Menjalani kesemuanya itu barulah membuat saya sadar betapa pentingnya memilih. Waktu kita yang hanya dihadiahi 24 jam oleh Yang Maha Kuasa tidak serta-merta bisa diujikan ke banyak hal dalam hidup ini. Terkadang ada waktu yang wajib kita miliki, ada pula waktu yang bisa kita alokasikan. Waktu-waktu seperti berkumpul bersama teman, keluarga, sekadar berbincang adalah waktu yang sebenarnya penting untuk diperhitungkan. Tak berbeda dengan waktu ibadah kepada Tuhan. Yah, sebagai manusia kita selalu luput dari-Nya. Padahal, tanpa kita sadari, waktu yang kita luangkan untuk hal lain akan berpengaruh pada unsur waktu yang lain.

Sudahlah, di beberapa keping waktu itu, sebagai manusia bijak, kita mesti memilih yang memang terbaik untuk kita. Kita harus memilih ingin mengalokasikan waktu kita untuk siapa dan apa saja. Apa dan siapa yang benar-benar penting bagi kehidupan kita.

Dan akhirnya, ketika menemukan kembali mereka yang selalu merongrong saya, mengapa tidak, cukup saya sampaikan, "Kelak akan tiba masanya, hanya menanti waktu yang benar-benar tepat," di saat saya menemukan pertanyaan yang menjengkelkan itu lagi...


--Imam Rahmanto--

You Might Also Like

1 comments

  1. Hi, tetap berkawan dengan kawan lama tidak akan pernah membuat diri merasa jauh lebih baik, meninggalkan circle lama juga merupakan keputusan yang terbaik. Satu teman dekat lebih baik daripada 1000 tapi menusukmu dari belakang.

    BalasHapus