Tempe, Makanan Untuk Semua Kalangan
Juni 27, 2012Baca Juga
Saya yakin, semua orang Indonesia pasti mengenal TEMPE. Dan saya yakin pula, 90% dari kita sudah pernah merasakan makanan dari kacang kedelai itu. Bagaimana tidak, buku-buku pelajaran sekolah yang membahas "4 sehat 5 sempurna" selalu menyertakan tempe sebagai salah satu lauknya. Selain itu, tempe pun menjadi salah satu makanan pilihan bagi mereka yang tidak mengkonsumsi daging a.k.a vegetarian.
Tempe, bisa dibilang salah satu makanan yang menjangkau semua kalangan. Ia menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Tentu saja ia diolah dengan beragam variasi untuk beragam keperluan pula. Untuk dinikmati sebagai makanan ringan (cemilan) ia diolah menjadi " tempe goreng" yang banyak dijual di pinggir-pinggir jalan kala malam menjelang. Sementara
untuk dinikmati sebagai salah satu "alternatif lauk", seperti yang banyak dikonsumsi oleh mahasiswa-mahasiswa kos-kosan seperti saya, maka tempe diolah sedikit lebih berbumbu. Atau bisa saja malah hanya sekadar digoreng tepung. Sebagai seorang mahasiswa, sudah menjadi rutinitas sehari-hari mencicipi masakan olahan tempe. Maklum, beli makanan olahan ikan jauh lebih mahal. Nah, terbukti kan, tempe itu menjangkau semua kalangan.
Tempe merupakan salah satu makanan tradisional asli dari Indonesia. Tidak jelas kapan tempe mulai dibuat di Indonesia. Meskipun begitu, tempe sudah dikenal sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu, khususnya dalam tradisi kehidupan masyarakat Jawa. Perkembangan kehidupan dan penghidupan yang kemudian memaksa sebagian besar masyarakat Jawa untuk bermigrasi ke daerah lain, sejalan dengan penyebaran teknik pembuatan tempe.
Saya ingat, dulu guru SMP saya pernah berseloroh, “Kalau seandainya tidak ada orang Jawa disini (Sulsel, red), maka mungkin kita tidak akan pernah mengenal namanya bakso, tempe, atau tahu.” Haha…pikiran itu muncul (mungkin) karena di lingkungan kami memang banyak bermukim keluarga-keluarga yang berasal dari Jawa. Termasuk saya tentunya.
Saking khas dan identiknya tempe dengan kehidupan Indonesia, tak heran jika orang-orang Indonesia di luar negeri selalu merindukan masakan-masakan ala tempe. Hal itu sudah bisa dipastikan karena produsen tempe terbesar di Asia adalah Indonesia. Mengenai perkembangan tempe di Eropa, kabarnya dimulai oleh negara Belanda. Namun demikian, orang-orang Indonesialah (imigran yang dibawa oleh Belanda) yang pertama kali memperkenalkannya disana. Siapapun, menurut saya, yang sudah lama berdiam diri di luar negeri pasti rindu dengan masakan khas Indonesia. Oleh karena itulah, mungkin, muncul inisiatif beberapa orang Indonesia yang tinggal disana (luar negeri) untuk memulai usaha pembuatan tempe. Berdasarkan novel-novel religi yang dulu sering saya baca, khususnya yang bersetting negeri Timur Tengah.
Teknik Sederhana Membuat Tempe
Tapi, tahukah Anda bagaimana tempe itu dibuat? Sesungguhnya, ada banyak teknik membuat tempe, mulai dari teknik tradisional maupun yang sudah memanfaatkan teknologi-teknologi canggih. Salah satu teknik tradisional-lah yang kemudian dimanfaatkan oleh kedua orang tua saya untuk memproduksi tempe sendiri di rumah.
Kacang kedelai, sebelum dikupas kulitnya (bisa memanfaatkan alat penggiling), direndam terlebih dahulu dengan air panas. Tahap perendaman tidak dibatasi sampai berapa lama waktunya, namun dianjurkan mencapai batas minimal selama 12 jam. Jika kedelai sudah terlihat mengembang, maka selanjutnya bisa dikupas kulitnya.
Selanjutnya, kacang kedelai yang sudah dikupas kulitnya direbus sampai matang. Nah, kalau sudah matang kacang-kacang tersebut dikeringkan. Barulah ketika sudah kering, bisa dicampurkan dengan ragi untuk inokulasinya. Ragi yang dicampurkan pun tidak perlu banyak-banyak. Berdasarkan pembuatan tempe yang saya ketahui, kacang kedelai sekira 7 kilogram dicampurkan dengan cukup satu setengah sendok ragi saja.
Langkah selanjutnya, ya, tinggal membungkusnya dengan plastik. Tapi, plastik tersebut juga sebelumnya harus diberikan lubang udara, biasanya dengan cara menusuk-nusuknya menggunakan jarum. Finally, diamkan di tempat tertentu, di suhu normal. Jika beruntung, dalam jangka waktu dua hari kacang-kacang kedelai sudah berubah menjadi tempe.
Meskipun tempe identik dengan kacang kedelai, namun kenyataannya tempe tidak hanya dibuat dari kedelai saja. Ada yang terbuat dari biji kara benguk (tempe koro benguk), tempe kacang hijau (dari kacang hijau, terkenal di daerah Yogyakarta), tempe kacang kecipir (dari kecipir), tempe kacang merah, dan tempe menjes (dari kacang tanah dan kelapa, terkenal di sekitar Malang). Sebenarnya masih banyak lagi jenis “tempe” lainnya yang berkembang di wilayah tanah air. Jelasnya, berbagai jenis kacang tampaknya bisa dibuat atau diolah menjadi tempe.
Ya, tempe memang selalu bersahabat dengan mahasiswa…
Tempe, bisa dibilang salah satu makanan yang menjangkau semua kalangan. Ia menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Tentu saja ia diolah dengan beragam variasi untuk beragam keperluan pula. Untuk dinikmati sebagai makanan ringan (cemilan) ia diolah menjadi " tempe goreng" yang banyak dijual di pinggir-pinggir jalan kala malam menjelang. Sementara
untuk dinikmati sebagai salah satu "alternatif lauk", seperti yang banyak dikonsumsi oleh mahasiswa-mahasiswa kos-kosan seperti saya, maka tempe diolah sedikit lebih berbumbu. Atau bisa saja malah hanya sekadar digoreng tepung. Sebagai seorang mahasiswa, sudah menjadi rutinitas sehari-hari mencicipi masakan olahan tempe. Maklum, beli makanan olahan ikan jauh lebih mahal. Nah, terbukti kan, tempe itu menjangkau semua kalangan.
Tempe merupakan salah satu makanan tradisional asli dari Indonesia. Tidak jelas kapan tempe mulai dibuat di Indonesia. Meskipun begitu, tempe sudah dikenal sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu, khususnya dalam tradisi kehidupan masyarakat Jawa. Perkembangan kehidupan dan penghidupan yang kemudian memaksa sebagian besar masyarakat Jawa untuk bermigrasi ke daerah lain, sejalan dengan penyebaran teknik pembuatan tempe.
Saya ingat, dulu guru SMP saya pernah berseloroh, “Kalau seandainya tidak ada orang Jawa disini (Sulsel, red), maka mungkin kita tidak akan pernah mengenal namanya bakso, tempe, atau tahu.” Haha…pikiran itu muncul (mungkin) karena di lingkungan kami memang banyak bermukim keluarga-keluarga yang berasal dari Jawa. Termasuk saya tentunya.
Saking khas dan identiknya tempe dengan kehidupan Indonesia, tak heran jika orang-orang Indonesia di luar negeri selalu merindukan masakan-masakan ala tempe. Hal itu sudah bisa dipastikan karena produsen tempe terbesar di Asia adalah Indonesia. Mengenai perkembangan tempe di Eropa, kabarnya dimulai oleh negara Belanda. Namun demikian, orang-orang Indonesialah (imigran yang dibawa oleh Belanda) yang pertama kali memperkenalkannya disana. Siapapun, menurut saya, yang sudah lama berdiam diri di luar negeri pasti rindu dengan masakan khas Indonesia. Oleh karena itulah, mungkin, muncul inisiatif beberapa orang Indonesia yang tinggal disana (luar negeri) untuk memulai usaha pembuatan tempe. Berdasarkan novel-novel religi yang dulu sering saya baca, khususnya yang bersetting negeri Timur Tengah.
Teknik Sederhana Membuat Tempe
Tapi, tahukah Anda bagaimana tempe itu dibuat? Sesungguhnya, ada banyak teknik membuat tempe, mulai dari teknik tradisional maupun yang sudah memanfaatkan teknologi-teknologi canggih. Salah satu teknik tradisional-lah yang kemudian dimanfaatkan oleh kedua orang tua saya untuk memproduksi tempe sendiri di rumah.
mesin penggiling sederhana. (ImamR) |
Selanjutnya, kacang kedelai yang sudah dikupas kulitnya direbus sampai matang. Nah, kalau sudah matang kacang-kacang tersebut dikeringkan. Barulah ketika sudah kering, bisa dicampurkan dengan ragi untuk inokulasinya. Ragi yang dicampurkan pun tidak perlu banyak-banyak. Berdasarkan pembuatan tempe yang saya ketahui, kacang kedelai sekira 7 kilogram dicampurkan dengan cukup satu setengah sendok ragi saja.
Kacang kedelai yang dikeringkan. (ImamR) |
Langkah selanjutnya, ya, tinggal membungkusnya dengan plastik. Tapi, plastik tersebut juga sebelumnya harus diberikan lubang udara, biasanya dengan cara menusuk-nusuknya menggunakan jarum. Finally, diamkan di tempat tertentu, di suhu normal. Jika beruntung, dalam jangka waktu dua hari kacang-kacang kedelai sudah berubah menjadi tempe.
Tempe yang tinggal menunggu masa sektar dua hari. (ImamR) |
Meskipun tempe identik dengan kacang kedelai, namun kenyataannya tempe tidak hanya dibuat dari kedelai saja. Ada yang terbuat dari biji kara benguk (tempe koro benguk), tempe kacang hijau (dari kacang hijau, terkenal di daerah Yogyakarta), tempe kacang kecipir (dari kecipir), tempe kacang merah, dan tempe menjes (dari kacang tanah dan kelapa, terkenal di sekitar Malang). Sebenarnya masih banyak lagi jenis “tempe” lainnya yang berkembang di wilayah tanah air. Jelasnya, berbagai jenis kacang tampaknya bisa dibuat atau diolah menjadi tempe.
Ya, tempe memang selalu bersahabat dengan mahasiswa…
1 comments
@Adang N M I: Thanks atas infonya...
BalasHapus