"Suka" Bukanlah Yang Terbaik

Oktober 08, 2011

Baca Juga

Pernah tidak merasa sesuatu yang kita benci tiba-tiba menjadi sesuatu yang kita miliki? Atau bahkan menjadi sesuatu yang kita paling suka. Saya sering mengalaminya, loh

Saya dulu tidak pernah menyangka bahwa akan melanjutkan studi di Universitas Negeri Makassar. Saya malah sangat berharap dan merasa akan kuliah di Universitas Hasanuddin, salah satu Perguruan Tinggi ternama di kota Makassar. Segala hal yang berhubungan dengan Unhas begitu saya minati. Saya malah agak sedikit sinis dengan Universitas Negeri Makassar.


Akan tetapi, kini, kenyataannya saya kuliah di Universitas Negeri Makassar. Dan ternyata setelah menjalaninya, saya merasa baik-baik saja. Tidak ada yang salah dengan kuliah di sana. Bahkan, saya merasa beruntung bisa menjalani kehidupan saya di kampus saya yang sekarang. (Serius)


Salah satu ayat dalam Al-Qur’an menyiratkan bahwa terkadang manusia menyukai sesuatu namun sesuatu itu tidak baik baginya. Sebaliknya, ia membenci sesuatu namun ternyata sesuatu itulah yang terbaik baginya. (Bahkan dalam kitab suci, Tuhan telah menjelaskan semuanya)


Kehidupan yang kita jalani memang berlaku demikian. Terkadang, ada hal-hal yang sangat kita suka (pada awalnya). Namun di kemudian hari, ternyata hal tersebut menjadi sesuatu yang tidak baik bagi kita.  Atau berlaku sebaliknya. Sesuatu yang pada awalnya kita benci, namun berubah menjadi sesuatu yang kita suka dan butuhkan di kemudian hari.


Ya, segala hal yang kita sukai dalam hidup ini belum tentu adalah hal yang kita butuhkan. Tuhan hanya akan menjawab kata hati kita yang paling dalam. Meskipun mulut kita dan perasaan kita menolak sesuatu, namun jika hal tersebut adalah sebuah kebutuhan yang “terbaik” bagi kita, maka Tuhan akan mewujudkannya. Tidak peduli apakah kita suka atau tidak. Pastinya, setelah kita memiliki dan menjalani sesuatu itu, yakin, kita baru akan menyadari “Ternyata tidak ada yang salah dengan hal itu,”


Hal yang kita suka, belum tentu menjadi hal yang paling baik bagi kita. Keadaanlah nantinya yang akan menentukan. Bisa jadi, sesuatu yang kita suka itu menjadi boomerang bagi kita sendiri, tatkala kita tidak bisa melepaskannya dari kehidupan kita. Padahal untuk menjalani “samudera” kehidupan ini, kita mesti memperbanyak “kebutuhan”, bukan “kesukaan”. 


Oleh karena,kini, saya mulai belajar untuk tidak menganggap remeh segalanya. Bahkan hal-hal yang remeh-temeh sekalipun. Karena, bisa saja sesuatu yang kita anggap remeh itu menjadi sesuatu yang kita butuhkan kemudian hari. 


Tomorrow is a mistery

 
Tidak ada yang mampu menebak, apa yang akan terjadi di waktu mendatang. Masa depan adalah kuasa Tuhan, dan Tuhan jua lah yang tahu hal-hal terbaik bagi kita. Satu quote yang akan selalu saya ingat dan tanamkan dalam diri saya,


Tuhan tidak pernah mengabulkan doa kita dengan ‘YA’, namun Dia senantiasa menjawab doa kita dengan ‘YANG TERBAIK’.


Hanya saja, terkadang manusia selalu ngotot untuk dipenuhi keinginannya, tanpa melihat kebutuhannya. Itulah yang kelak menjadi “pembalik” antara suka-benci. 


Yang paling penting sekarang, adalah bagaimana kita tidak menutup diri dari segala kemungkinan yang akan terjadi pada kita. Dan juga, jangan pernah mengganggap remeh hal sekecil apapun. Oh, ya fanatik terhadap suatu hal juga tidak baik, loh..


Salam!

You Might Also Like

0 comments