Berbagi Kisah Seorang Guru
Oktober 05, 2011Baca Juga
Judul Buku : Catatan Kecil Tentang Dia - 25 Kisah Haru dan Inspiratif dari Para Murid Tentang Sosok Sang Guru
Penulis : 25 Pemenang "Sayembara Menulis Tentang Guru"
Editor : Nurul Hikmah, Resita Wahyu Febiratri
Penerbit : GagasMedia
Tahun terbit : 2009
Halaman : 240
"... Aku tidak bisa menghafal. Kemudian, beliau bertanya padaku, "Riris, mengapa nilai kamu merosot? Kamu telah berubah. Kamu bukan seperti Riris yang saya kenal dulu. Apakah kamu belajar di rumah?"
Aku tak dapat menjawab. Aku menangis. Entah air mata dari mana itu. Aku pikir air mataku sudah hais saat ayahku pergi. Lalu, beliau menulis kata don’t cry di lembaran hafalanku. Namun, air mataku tak dapat berhenti. Aku langsung menuju ke mejaku. Aku berusaha untuk berhenti menangis…”
Kisah yang diceritakan dalam buku ini tidak hanya berkisar pada satu orang. Beragam cerita, dari penulis yang berbeda-beda, memberikan nilai lebih pada buku ini. Terlebih lagi para penulisnya berasal dari jenjang pendidikan yang berbeda-beda. Tentunya, cerita masing-masing dibangun dengan bahasa yang beragam, khas pelajar.
Meskipun cerita-cerita yang disuguhkan buku ini sedikit membawa pembacanya ke kenangan masa lalu, akan tetapi, gaya bercerita yang ditawarkan lebih cocok untuk kalangan pembaca remaja. Pembaca dewasa, khususnya yang sudah berulangkali membaca novel dan sejenisnya, akan merasakan perbedaan yang mencolok ketika membaca buku ini. Cerita-cerita dalam buku ini layaknya membaca narasi pengalaman pelajar ketika bersekolah. Jarang dijumpai klimaks maupun antiklimaks dalam buku ini.
Cerita-cerita yang berbeda satu sama lain juga memaksa para pembaca untuk melompat-lompat dari satu deskripsi ke deskripsi lain. Sehingga, pendalaman cerita yang terjadi hanya berlangsung sementara. Meskipun begitu, adalah hal yang wajar jika pembaca tidak betul-betul merasakan klimaks ceritanya. Toh, cerita-ceritanya berbeda dan merupakan hasil kreasi dari penulis-penulis yang notabene adalah pelajar SMA dan SMP.
Terlepas dari itu, buku ini lebih tepat dijadikan bahan bacaan buat para remaja. Tapi, tidak menutup kemungkinan bisa dijadikan referensi bagi guru ataupun calon guru sebelum mereka menghadapi murid-murid mereka. Karena pada dasarnya, seorang guru selain dituntut mengajar juga harus bisa mendidik. Saya pun ketika membacanya, banyak mengambil pelajaran di dalamnya. Apalagi cerita-cerita yang disuguhkannya bisa dibilang sekali lahap. Selamat Membaca!
Penulis : 25 Pemenang "Sayembara Menulis Tentang Guru"
Editor : Nurul Hikmah, Resita Wahyu Febiratri
Penerbit : GagasMedia
Tahun terbit : 2009
Halaman : 240
"... Aku tidak bisa menghafal. Kemudian, beliau bertanya padaku, "Riris, mengapa nilai kamu merosot? Kamu telah berubah. Kamu bukan seperti Riris yang saya kenal dulu. Apakah kamu belajar di rumah?"
Aku tak dapat menjawab. Aku menangis. Entah air mata dari mana itu. Aku pikir air mataku sudah hais saat ayahku pergi. Lalu, beliau menulis kata don’t cry di lembaran hafalanku. Namun, air mataku tak dapat berhenti. Aku langsung menuju ke mejaku. Aku berusaha untuk berhenti menangis…”
Kisah yang diceritakan dalam buku ini tidak hanya berkisar pada satu orang. Beragam cerita, dari penulis yang berbeda-beda, memberikan nilai lebih pada buku ini. Terlebih lagi para penulisnya berasal dari jenjang pendidikan yang berbeda-beda. Tentunya, cerita masing-masing dibangun dengan bahasa yang beragam, khas pelajar.
Meskipun cerita-cerita yang disuguhkan buku ini sedikit membawa pembacanya ke kenangan masa lalu, akan tetapi, gaya bercerita yang ditawarkan lebih cocok untuk kalangan pembaca remaja. Pembaca dewasa, khususnya yang sudah berulangkali membaca novel dan sejenisnya, akan merasakan perbedaan yang mencolok ketika membaca buku ini. Cerita-cerita dalam buku ini layaknya membaca narasi pengalaman pelajar ketika bersekolah. Jarang dijumpai klimaks maupun antiklimaks dalam buku ini.
Cerita-cerita yang berbeda satu sama lain juga memaksa para pembaca untuk melompat-lompat dari satu deskripsi ke deskripsi lain. Sehingga, pendalaman cerita yang terjadi hanya berlangsung sementara. Meskipun begitu, adalah hal yang wajar jika pembaca tidak betul-betul merasakan klimaks ceritanya. Toh, cerita-ceritanya berbeda dan merupakan hasil kreasi dari penulis-penulis yang notabene adalah pelajar SMA dan SMP.
Terlepas dari itu, buku ini lebih tepat dijadikan bahan bacaan buat para remaja. Tapi, tidak menutup kemungkinan bisa dijadikan referensi bagi guru ataupun calon guru sebelum mereka menghadapi murid-murid mereka. Karena pada dasarnya, seorang guru selain dituntut mengajar juga harus bisa mendidik. Saya pun ketika membacanya, banyak mengambil pelajaran di dalamnya. Apalagi cerita-cerita yang disuguhkannya bisa dibilang sekali lahap. Selamat Membaca!
PS: Bukunya hasil minjam di Perpustakaan Wilayah Makassar. Hehehe…..
0 comments