Tengah Malam yang Tak Ada Kerjaan
Maret 12, 2018Baca Juga
Saya sedang berada di atas bukit memandangi lampu kota. Berlindung dalam tenda. Serius. Saat menulis bagian ini, saya sedang duduk dalam tenda dengan membiarkan separuh pintunya terbuka. Pemandangan kota di luar sana teramat sayang untuk diabaikan.
Udara berangsur-angsur menjadi lebih dingin. Kabut mulai menyebar dan melebar. Sementara lampu kota berkurang satu per satu. Wajar, sudah nyaris sepertiga malam ketika kami memutuskan tetap terjaga dari atas bukit yang dijuluki Mata Dewa ini.
"Ayo deh, kita ke atas. Untuk malam ini saja," ajak saya pada seorang teman.
"Bisa ji. Tapi saya tidur ja itu sampai di atas," balasnya.
Tepat tengah malam, kami naik ke atas bukit. Jaraknya tak begitu jauh dari pusat kota. Hanya 10 menit dengan mengendarai motor.
Saya mengambil barang seadanya dari kamar kontrakan, termasuk tenda. Saking buru-burunya, sampai lupa membawa sekadar sendok dan susu untuk teman minum kopi. Jadilah kompor dan kopi tak terpakai selama beberapa jam menghabiskan malam. Kalau sendok sih , masih bisa diakali. Sementara tanpa susu (atau gula), bagi saya, kopi pahit rasanya tak nikmat.
Kami sepakat hanya menghabiskan waktu hingga pagi. Tak peduli jika sekadar tidur. Pun, kami bertukar cerita hanya beberapa menit. Selepasnya, kami sibuk dengan aktivitas masing-masing. Saya yang berhadapan dengan layar notebook. Teman saya dengan game onlinenya. Bukit ini masih sangat-teramat bersahabat dengan jaringan seluler manapun.
Saya memang hanya butuh teman diantara kesunyian. Lagipula, tujuan saya hanya untuk mencoba suasana baru. Barangkali, saya bisa mendapat sedikit inspirasi jika menulis dengan berhiaskan lampu-lampu yang memudar. Pikiran saya juga tak hanya sebatas kesibukan-kesibukan yang kadang membuat pikiran semakin sesak.
Tak heran, notebook terlampir dalam penghabisan waktu kami yang sia-sia ini. Di kala orang-orang sedang berpikir untuk kembali bekerja, esok hari, kami justru tak ingin memikirkan apa-apa. Cukup nikmati saja waktu yang ada. Bergelung dalam tenda yang siap-siap diguyur hujan atau disambut cahaya matahari yang terbit dari ufuk timur.
Ps: Waktu sudah menunjukkan pukul 02.07 Wita.
Udara berangsur-angsur menjadi lebih dingin. Kabut mulai menyebar dan melebar. Sementara lampu kota berkurang satu per satu. Wajar, sudah nyaris sepertiga malam ketika kami memutuskan tetap terjaga dari atas bukit yang dijuluki Mata Dewa ini.
"Ayo deh, kita ke atas. Untuk malam ini saja," ajak saya pada seorang teman.
"Bisa ji. Tapi saya tidur ja itu sampai di atas," balasnya.
Tepat tengah malam, kami naik ke atas bukit. Jaraknya tak begitu jauh dari pusat kota. Hanya 10 menit dengan mengendarai motor.
Saya mengambil barang seadanya dari kamar kontrakan, termasuk tenda. Saking buru-burunya, sampai lupa membawa sekadar sendok dan susu untuk teman minum kopi. Jadilah kompor dan kopi tak terpakai selama beberapa jam menghabiskan malam. Kalau sendok sih , masih bisa diakali. Sementara tanpa susu (atau gula), bagi saya, kopi pahit rasanya tak nikmat.
Kami sepakat hanya menghabiskan waktu hingga pagi. Tak peduli jika sekadar tidur. Pun, kami bertukar cerita hanya beberapa menit. Selepasnya, kami sibuk dengan aktivitas masing-masing. Saya yang berhadapan dengan layar notebook. Teman saya dengan game onlinenya. Bukit ini masih sangat-teramat bersahabat dengan jaringan seluler manapun.
Saya memang hanya butuh teman diantara kesunyian. Lagipula, tujuan saya hanya untuk mencoba suasana baru. Barangkali, saya bisa mendapat sedikit inspirasi jika menulis dengan berhiaskan lampu-lampu yang memudar. Pikiran saya juga tak hanya sebatas kesibukan-kesibukan yang kadang membuat pikiran semakin sesak.
Tak heran, notebook terlampir dalam penghabisan waktu kami yang sia-sia ini. Di kala orang-orang sedang berpikir untuk kembali bekerja, esok hari, kami justru tak ingin memikirkan apa-apa. Cukup nikmati saja waktu yang ada. Bergelung dalam tenda yang siap-siap diguyur hujan atau disambut cahaya matahari yang terbit dari ufuk timur.
Ujung-ujungnya nonton stok film. (Imam Rahmanto) |
Ps: Waktu sudah menunjukkan pukul 02.07 Wita.
--Imam Rahmanto--
0 comments