Teman Lupa
Desember 18, 2014Baca Juga
Kehidupan nyatanya terus berjalan. Segala hal yang tertinggalkan waktu menjadi bahan yang baik untuk merindu. Memutar memori, sejauh mana ingatan mampu bertahan.
“Bagaimana kalau kita bikin reunian teman-teman SD?”
Salah seorang teman lama, teman se-geng di masa “jahiliyah” sekolah dulu, menyeletuk. Kami dipertemukan dalam acara wisuda seorang teman lama lainnya.
Saya ingat, nama yang kami sematkan untuk geng kami, D’ Blazen, plesetan dari kampung domisili kami; Belajen. Kampung ini hanya berjarak satu kilometer dari Kalosi, kampung yang dikenal banyak orang karena produksi kopi Arabika-nya.
Semenjak duduk di bangku sekolah dasar, kami kerap kumpul-kumpul di rumah salah seorang teman kami. Sekadar berbincang. Bergosip. Berencana. Bermain. Dan semuanya. Nyaris setiap hari kami bertemu di sela waktu bebas dari pekerjaan rumah.
Baru pada kesempatan ini saya menyempatkan diri menghadiri acara syukuran wisuda seorang teman. Sebelumnya, ada banyak acara wisuda yang hanya berakhir di kotak inbox sms maupun social media. Saya agak risih hadir di acara yang akan berbuah puluhan tanya beranak-pinak tentang wisuda. Bahkan, saya tidak memenuhi undangan acara dari seseorang yang satu-satunya masih….yah, tahulah..
Celetukan teman saya itu berlanjut dengan menyebutkan nama-nama yang sudah nyaris luput di kepala saat ini. Kemana mereka? Seperti apa mereka saat ini? Apakah mereka masih sama? Sudahkah mereka berkeluarga? Pada dasarnya, mengingat teman lama tidak akan terlepas dari ingatan-ingatan tentang teman itu.
“Dimana ya dia sekarang?”
“Katanya sudah menikah dengan si anu,”
“Benarkah? Kok saya tidak tahu?”
“Kalau tidak salah sekarang dia kerja di…….”
Kalau sudah menyeberang ke masa lalu, semua menjadi menarik diperbincangkan. Ada banyak kenangan yang tercerabut satu-satu.
Tapi, saya juga penasaran dengan mereka. Apa kabar? Saya tak sekecil dulu lagi. Setiap orang yang pernah mengenal saya di masa lalu, selalu takjub dengan perkembangan tumbuh saya sekarang.
Sejujurnya, kalau disuruh mengingat teman lama, saya agak kesulitan. Minimnya waktu pulang ke rumah orang tua, membuat saya lupa banyak hal. Beragam orang yang dikenali di kemudian hari sedikit menutupi ingatan tentang mereka. Orang-orang baru, pengalaman-pengalaman baru, semua menyatu dan menumpuk saling menindih. Kalau tak pernah bertemu, maka jangan berharap bisa mengenali raut muka teman-teman lama. Apalagi teman-teman masa SD dulu...
Meskipun demikian, sejatinya saya tak pernah melupakan orang-orang yang pernah mengenal saya. Kepala saya hanya butuh diajak sedikit berdamai untuk merunut waktu. Jadi, kesan "sombong" tidak semena-mena harus disematkan kalau kita "lupa" mengenali orang lain.
Sering kali terulang kejadian, saya tak mengenali teman-teman yang menyapa saya. Beberapa menit berselang, sepeninggal teman itu, saya baru mengingat lamat-lamat siapa orang yang menyapa saya. Agak kikuk rasanya.
Sudahlah. Saya yakin, ada banyak yang berubah dari teman-teman nun jauh disana. Everything has changed. Setiap orang menjalani hidup dengan caranya masing-masing.
But some of them, not change…
“Bagaimana kalau kita bikin reunian teman-teman SD?”
Salah seorang teman lama, teman se-geng di masa “jahiliyah” sekolah dulu, menyeletuk. Kami dipertemukan dalam acara wisuda seorang teman lama lainnya.
Saya ingat, nama yang kami sematkan untuk geng kami, D’ Blazen, plesetan dari kampung domisili kami; Belajen. Kampung ini hanya berjarak satu kilometer dari Kalosi, kampung yang dikenal banyak orang karena produksi kopi Arabika-nya.
Semenjak duduk di bangku sekolah dasar, kami kerap kumpul-kumpul di rumah salah seorang teman kami. Sekadar berbincang. Bergosip. Berencana. Bermain. Dan semuanya. Nyaris setiap hari kami bertemu di sela waktu bebas dari pekerjaan rumah.
Baru pada kesempatan ini saya menyempatkan diri menghadiri acara syukuran wisuda seorang teman. Sebelumnya, ada banyak acara wisuda yang hanya berakhir di kotak inbox sms maupun social media. Saya agak risih hadir di acara yang akan berbuah puluhan tanya beranak-pinak tentang wisuda. Bahkan, saya tidak memenuhi undangan acara dari seseorang yang satu-satunya masih….yah, tahulah..
Celetukan teman saya itu berlanjut dengan menyebutkan nama-nama yang sudah nyaris luput di kepala saat ini. Kemana mereka? Seperti apa mereka saat ini? Apakah mereka masih sama? Sudahkah mereka berkeluarga? Pada dasarnya, mengingat teman lama tidak akan terlepas dari ingatan-ingatan tentang teman itu.
“Dimana ya dia sekarang?”
“Katanya sudah menikah dengan si anu,”
“Benarkah? Kok saya tidak tahu?”
“Kalau tidak salah sekarang dia kerja di…….”
Kalau sudah menyeberang ke masa lalu, semua menjadi menarik diperbincangkan. Ada banyak kenangan yang tercerabut satu-satu.
Tapi, saya juga penasaran dengan mereka. Apa kabar? Saya tak sekecil dulu lagi. Setiap orang yang pernah mengenal saya di masa lalu, selalu takjub dengan perkembangan tumbuh saya sekarang.
Sejujurnya, kalau disuruh mengingat teman lama, saya agak kesulitan. Minimnya waktu pulang ke rumah orang tua, membuat saya lupa banyak hal. Beragam orang yang dikenali di kemudian hari sedikit menutupi ingatan tentang mereka. Orang-orang baru, pengalaman-pengalaman baru, semua menyatu dan menumpuk saling menindih. Kalau tak pernah bertemu, maka jangan berharap bisa mengenali raut muka teman-teman lama. Apalagi teman-teman masa SD dulu...
Meskipun demikian, sejatinya saya tak pernah melupakan orang-orang yang pernah mengenal saya. Kepala saya hanya butuh diajak sedikit berdamai untuk merunut waktu. Jadi, kesan "sombong" tidak semena-mena harus disematkan kalau kita "lupa" mengenali orang lain.
Sering kali terulang kejadian, saya tak mengenali teman-teman yang menyapa saya. Beberapa menit berselang, sepeninggal teman itu, saya baru mengingat lamat-lamat siapa orang yang menyapa saya. Agak kikuk rasanya.
Sudahlah. Saya yakin, ada banyak yang berubah dari teman-teman nun jauh disana. Everything has changed. Setiap orang menjalani hidup dengan caranya masing-masing.
But some of them, not change…
--Imam Rahmanto--
4 comments
Menyenangkan sekali bisa bertemu kembali dengan kawan lama, apalagi kawan lama itu pernah sangat dekat. Entah sekadar teman bangku di sekolah, atau teman yang sempat disenter-senter.
BalasHapus"Kesibukan" sering dijadikan alasan untuk membatalkan janji atau menunda membuat janji bertemu.
@Awal Hidayat Tapi saya tidak pernah punya teman yang sampai dijadikan incaran sampai hari ini di kala itu.
BalasHapusMungkin, di waktu sekarang, kau mau carikan? :D
Duh, jadi kangen teman-teman SD. Biasanya kan cakupan siswa SD cuma satu desa, ya. Aku masih bisa sih ketemu beberapa teman. Tapi juga benar-benar sudah kehilangan kontak dengan teman yang beda RW dan jarak rumah yang jauh.. :(
BalasHapusItu masih mending, mam, acara wisudaan. Coba kalau nikahan, hahaha..
Sekarang aku malah udah jarang ketemuan, Dian. Paling kalau ketemu ya di acara2 besar aja... :D Serasa mau bikin reuni deh.
Hapus