The Conjuring, Horor di Puasa
Agustus 06, 2013Baca Juga
Sebentar lagi Ramadhan berakhir. Entah apakah saya tergolong orang yang berhasil melaluinya atau tidak. Justru saya merasa lebih baik beberapa tahun lalu dibandingkan sekarang. Nampaknya, semakin dewasa kita, manusia, semakin luput dari mengingat kepada-Nya. Saya menyadarinya…
Menjelang minus Lebaran, saya dan empat orang teman menyempatkan diri untuk menikmati waktu-waktu terakhir kami di liburan puasa ini, seminggu menjelang Lebaran. Yah, selepas dari lokasi KKN, saya hanya bisa berdiam di rumah. Nah, ketika salah seorang teman mengajak nonton ke bioskop, saya langsung mengiyakan. Apalagi gratis!
Seharusnya, jikalau teman-teman yang lainnya masih di Makassar, #BEN10, kami ingin menikmati masa-masa kebersamaan kami lagi. Saya merindukannya. Sebagaimana sms teman saya ketika ia nyaris saja tidak bisa ikut nonton bersama kami hari itu.
“Mau sekali ka ini prgi imam… Nd tenang ka nanti klo di Palopo ma pasti..ku pikir terus..” pesannya lewat sms.
“Pasti ada. Kalau memang tidak ada, biar saya nanti yang antar pulang… -_-“ Ya sudah, demi kami bisa berkumpul bersama, saya “meloloskan” kesulitannya untuk sementara waktu.
Bulan Ramadhan, adalah bulan yang sulit untuk memilih waktu menonton yang pas di bioskop. Persoalannya, jam-jam yang disediakan oleh bioskop kerap kali bertabrakan dengan waktu beribadah umat Muslim. Hm..bagi yang menjalankan puasa “ala kadarnya” sih bukan masalah. Lha, yang sudah bertekad ingin memperkukuh imannya di bulan Ramadhan?
Oleh karena itu, kami memutuskan untuk mengambil waktu siang hari, tepat jadwal pukul dua lewat. Mumpung ngabuburit sekalian. Hehehe…
Saya sebenarnya tidak begitu tertarik menonton film satu ini. The Conjuring. Film horor klasik yang diangkat dari kisah nyata. Entah atas dasar apa teman saya begitu tertarik mengajak kami menontonnya. Saya justru lebih berminat meyaksikan film La Tahzan. Akan tetapi, teman saya tetap kekeuh dengan keputusannya. Ya…lagipula keputusan ada di tangan pemegang budget. Haha…
Memaksakan menonton film itu nampaknya agak menyiksa kami. Kami yang baru tiba tepat para penonton sudah memasuki penayangannya, masih harus mengantri untuk membeli tiketnya. “Ini film bagusnya apanya ya sampai orang-orang masih antri?” pikir saya. Meskipun salah seorang teman kami masih belum tiba, namun teman saya tetap memaksa untuk menonton film saat itu juga. Tak peduli filmnya sudah sementara berlangsung selama beberapa menit. Lagi, keputusan ada di tangannya.
Alhasil, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya dan teman-teman menempati kursi terdepan dari jejeran kursi bioskop. Merasakannya, membuat kepala saya agak pusing. Mata tidak cukup menangkap seluruh citra yang ditampilkan oleh layar bioskop yang super lebar itu.
Hingga suatu hari, karena sudah merasa tidak tahan dengan keadaan rumah itu, dipertemukan secara tak sengaja, Carolyne meminta bantuan kepada sepasang Paranormal terkenal yang berjuluk The Warrens, Ed Warren (Patrick Wilson) dan Lorraine Warren (Vera Farmiga). Penyelididkan pun mulai dilakukan oleh kedua orang paranormal itu.
Fakta menunjukkan bahwa rumah tersebut pernah dihuni oleh seorang penyihir hitam bernama Bathseba. Suaminya mendapati dirinya mengorbankan bayinya yang baru berumur seminggu. Ia pun bunuh diri dengan menggantung dirinya di atas pohon besar yang ada di depan rumahnya, setelah sebelumnya menyatakan pengabdiannya pada iblis dan mengutuk siapapun yang menempati tanahnya, termasuk rumahnya. Terbukti, beberapa keluarga yang pernah menempati rumah tersebut berakhir dengan kisah-kisah pembunuhan.
Keanehan-keanehan di rumah tersebut semakin menjadi-jadi ketika The Warrens mulai melakukan penyelidikan dan berusaha menjalankan prosesi pengusiran setan. Roh Bathseba yang kemudian merasuki tubuh Carolyne yang berniat untuk membunuh anak-anaknya sendiri.
Awal menyaksikan film tersebut, adegan-adegan masih dibuat horor “biasa-biasa” saja. Beberapa adegan memang cukup membuat jantung berdetak. Pikiran juga diselingi dengan rasa penasaran. Akan tetapi, dasarnya saya memang yang tidak begitu tertarik dengan film semacam ini, saya menganggapnya biasa-biasa saja. Klimaksnya baru saya rasakan ketika The Warrens mulai melakukan penyelidikan dan perburuan di rumah tersebut. Padahal teman-teman di samping saya sudah teriak-teriak sambil sesekali tertawa di tengah menyaksikan film itu. Alamaak!
112 menit selanjutnya film itu berakhir dan meninggalkan sisa-sisa cerita dari setiap penonton di bioskop itu.
“Lain kali nonton film yang lebih bagus ya, yang ndak bikin jantung kagetan,” ujar saya. Hm...lagipula, menurut “ilmu” yang saya dapatkan, film-film horor semacam ini lebih cocoknya jika dinonton berdua dengan pasangan. :p
“Iya, apalagi kita kan juga lagi puasa. Bisa bikin makruh puasa ini,” Nah loh? Apa hubungannya dengan puasa???
Menjelang minus Lebaran, saya dan empat orang teman menyempatkan diri untuk menikmati waktu-waktu terakhir kami di liburan puasa ini, seminggu menjelang Lebaran. Yah, selepas dari lokasi KKN, saya hanya bisa berdiam di rumah. Nah, ketika salah seorang teman mengajak nonton ke bioskop, saya langsung mengiyakan. Apalagi gratis!
Seharusnya, jikalau teman-teman yang lainnya masih di Makassar, #BEN10, kami ingin menikmati masa-masa kebersamaan kami lagi. Saya merindukannya. Sebagaimana sms teman saya ketika ia nyaris saja tidak bisa ikut nonton bersama kami hari itu.
“Mau sekali ka ini prgi imam… Nd tenang ka nanti klo di Palopo ma pasti..ku pikir terus..” pesannya lewat sms.
“Pasti ada. Kalau memang tidak ada, biar saya nanti yang antar pulang… -_-“ Ya sudah, demi kami bisa berkumpul bersama, saya “meloloskan” kesulitannya untuk sementara waktu.
Bulan Ramadhan, adalah bulan yang sulit untuk memilih waktu menonton yang pas di bioskop. Persoalannya, jam-jam yang disediakan oleh bioskop kerap kali bertabrakan dengan waktu beribadah umat Muslim. Hm..bagi yang menjalankan puasa “ala kadarnya” sih bukan masalah. Lha, yang sudah bertekad ingin memperkukuh imannya di bulan Ramadhan?
Oleh karena itu, kami memutuskan untuk mengambil waktu siang hari, tepat jadwal pukul dua lewat. Mumpung ngabuburit sekalian. Hehehe…
Saya sebenarnya tidak begitu tertarik menonton film satu ini. The Conjuring. Film horor klasik yang diangkat dari kisah nyata. Entah atas dasar apa teman saya begitu tertarik mengajak kami menontonnya. Saya justru lebih berminat meyaksikan film La Tahzan. Akan tetapi, teman saya tetap kekeuh dengan keputusannya. Ya…lagipula keputusan ada di tangan pemegang budget. Haha…
Memaksakan menonton film itu nampaknya agak menyiksa kami. Kami yang baru tiba tepat para penonton sudah memasuki penayangannya, masih harus mengantri untuk membeli tiketnya. “Ini film bagusnya apanya ya sampai orang-orang masih antri?” pikir saya. Meskipun salah seorang teman kami masih belum tiba, namun teman saya tetap memaksa untuk menonton film saat itu juga. Tak peduli filmnya sudah sementara berlangsung selama beberapa menit. Lagi, keputusan ada di tangannya.
Alhasil, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya dan teman-teman menempati kursi terdepan dari jejeran kursi bioskop. Merasakannya, membuat kepala saya agak pusing. Mata tidak cukup menangkap seluruh citra yang ditampilkan oleh layar bioskop yang super lebar itu.
The Conjuring
Salah satu film besutan sutradara James Wan yang diangkat dari kisah nyata di tahun 1971. Film ini berkisah tentang pasangan Roger Perron (Ron Livington) dan Carolyn (Lili Taylor), yang menempati rumah baru mereka. Kejadian-kejadian janggal mengusik mereka selama menempati rumah tersebut. Mistis. Mulai dari lebam di sekujur tubuh Carolyn setiap ia bangun tidur, jam-jam di rumah yang berhenti pada angka 03.07, anjing anak mereka yang sering tidur berjalan dan diarahkan ke sebuah lemari peninggalan rumah itu, suara-suara ketukan aneh dari bawah gudang, bau-bau serupa daging busuk yang menyengat dan berpindah-pindah, dan penampakan-penampakan wujud makhluk penunggu rumah itu.Hingga suatu hari, karena sudah merasa tidak tahan dengan keadaan rumah itu, dipertemukan secara tak sengaja, Carolyne meminta bantuan kepada sepasang Paranormal terkenal yang berjuluk The Warrens, Ed Warren (Patrick Wilson) dan Lorraine Warren (Vera Farmiga). Penyelididkan pun mulai dilakukan oleh kedua orang paranormal itu.
Fakta menunjukkan bahwa rumah tersebut pernah dihuni oleh seorang penyihir hitam bernama Bathseba. Suaminya mendapati dirinya mengorbankan bayinya yang baru berumur seminggu. Ia pun bunuh diri dengan menggantung dirinya di atas pohon besar yang ada di depan rumahnya, setelah sebelumnya menyatakan pengabdiannya pada iblis dan mengutuk siapapun yang menempati tanahnya, termasuk rumahnya. Terbukti, beberapa keluarga yang pernah menempati rumah tersebut berakhir dengan kisah-kisah pembunuhan.
Keanehan-keanehan di rumah tersebut semakin menjadi-jadi ketika The Warrens mulai melakukan penyelidikan dan berusaha menjalankan prosesi pengusiran setan. Roh Bathseba yang kemudian merasuki tubuh Carolyne yang berniat untuk membunuh anak-anaknya sendiri.
Awal menyaksikan film tersebut, adegan-adegan masih dibuat horor “biasa-biasa” saja. Beberapa adegan memang cukup membuat jantung berdetak. Pikiran juga diselingi dengan rasa penasaran. Akan tetapi, dasarnya saya memang yang tidak begitu tertarik dengan film semacam ini, saya menganggapnya biasa-biasa saja. Klimaksnya baru saya rasakan ketika The Warrens mulai melakukan penyelidikan dan perburuan di rumah tersebut. Padahal teman-teman di samping saya sudah teriak-teriak sambil sesekali tertawa di tengah menyaksikan film itu. Alamaak!
112 menit selanjutnya film itu berakhir dan meninggalkan sisa-sisa cerita dari setiap penonton di bioskop itu.
“Lain kali nonton film yang lebih bagus ya, yang ndak bikin jantung kagetan,” ujar saya. Hm...lagipula, menurut “ilmu” yang saya dapatkan, film-film horor semacam ini lebih cocoknya jika dinonton berdua dengan pasangan. :p
“Iya, apalagi kita kan juga lagi puasa. Bisa bikin makruh puasa ini,” Nah loh? Apa hubungannya dengan puasa???
--Imam Rahmanto--
0 comments