Ayo, Kita Berinteraksi!

Juli 02, 2013

Baca Juga

(google.com)
Saya beruntung menjadi orang yang menyempatkan diri berorganisasi di kala kesibukan dan kepadatan aktivitas kuliah sebagai mahasiswa. Ketika terjun di tengah-tengah masyarakat, nampak jelas perbedaan antara orang-orang yang setidaknya pernah bersosialisasi dalam organisasi (apapun) dan orang-orang biasa. Meskipun saya terkadang harus mengorbankan beberapa hal demi kelancaran tanggung jawab saya.

“Mahasiswa yang pernah berorganisasi, biasanya memang punya pengalaman ‘lebih’ dibandingkan mahasiswa lainnya. Biasanya mereka akan punya keahlian lain di luar bidangnya masing-masing. Dan itu sangat bermanfaat di dunia luar kampus nantinya,” salah satu dari sekian banyak yang saya garis bawahi sebagai makhluk social ketika mengobrol dengan guru pamong saya.

Di lingkungan KKN saya pun berlaku hal demikian. Jadwal KKN saya di Pangkep sejatinya dimulai sejak hari Kamis lalu. Akan tetapi, saya baru bergabung dengan teman-teman KKN yang lainnya setelah waktu KKN berjalan selama dua-tiga hari, tepatnya hari Minggu. Saya harus menyelesaikan sedikit tanggung jawab di lembaga jurnalistik yang selama ini membesarkan saya.

Seandainya saya tidak lagi-lagi “ditarik” sebagai salah satu “pengemban amanah” di lembaga tersebut, mungkin saya bisa ber-KKN dengan senang sentosa. Hanya saja, saya terkadang merasa tertantang untuk menjalankan amanah yang dipercayakan (lagi) pada saya, terlebih ketika dituntut menunjukkan performa yang “meningkat”.

Wajar saja ketika saya ketinggalan beberapa momen di lokasi “pengabdian” saya, baik rapat-rapat pemantapannya maupun proses turun ke lapangannya. Jadinya saya Kudet alias kurang updet (update). Tak ayal, teman-teman saya terkadang menegur ketika saya menyalahi protokoler yang telah ditetapkanpada rapat-rapat sebelumnya. Saya pun lebih “cerewet” dengan masyarakat ataupun sekolah yang menjadi lokasi pengabdian kami. Lumrah, saya seorang pewarta tentu sedikitnya diajarkan cara-cara untuk menggali informasi dan membangun kedekatan emosional dengan narasumber. Tak pelak, teman-teman yang lainnya tidak (mau) mafhum soal itu. Akh, saya paling benci jika harus diam ketika berinteraksi dengan orang lain. :(

Sebagai orang organisasi, yang tentunya belajar secara autodidak cara-cara bersosialisasi dengan orang lain, saya sudah seharusnya membangun kedekatan dengan orang lain. Penting. Bagaimana kita mampu menarik minat orang di sekeliling kita. Bagaimana kita mampu menarik hati. Bagaimana kita mampu bekerja sama. Bagaimana kita mampu berinteraksi. Bagaimana kita mampu mengelola kerja. Bagaimana kita mampu memanfaatkan momen. Bagaimana kita mampu bermanfaat bagi orang banyak, khususnya di lokasi KKN ini.

Saya lebih senang beraktivitas di luar ruangan ketimbang harus berdiam diri di dalam rumah. Tak heran jikalau kalian menemukan seorang laki-laki berjalan atau bersepeda sendirian di pagi hari atau sore hari di seputaran lokasi kelurahan Paddondoangan, Pangkep. Sebut saja, itu mungkin saya. Tak heran pula, saya banyak menggali informasi lewat Pak Haji mengenai kondisi lokasi KKN saya. Dasar cerewet.

Jikalau saya boleh menyela, beberapa proram-program kerja yang diprogramkan oleh teman-teman saya merupakan kerja-kerja pada umumnya. Saya melihat, mahasiswa yang melaksanakan tugas mengabdi pada masyarakat tidak benar-benar menjalankan esensi pengabdian itu. Kesannya, menggugurkan kewajiban. Padahal sejatinya menjalankan kuliah kerja senyata-nyatanya itu diterapkan dengan keseharian berinteraksi dengan masyarakat. Bahkan jika memungkinkan, dalam waktu tiga bulan nantinya, semua warga yang berada di sekitar lokasi KKN sudah bisa dikenali semua.

Rasanya tak enak hati saya mengutarakan beberapa “program impian” di kepala saya kepada teman-teman. Sudah saya yang terlambat, saya sok menggurui. Saya mah tahu diri saja. saya biarkan kepala dikelilingi oleh program-program itu. Di samping mengikuti arus, saya hanya berusaha untuk menjalin persahabatan dengan masyarakat-masyarakat sekitar, mulai dari pemilik rumah yang dijadikan posko, Pak Haji, Bu Haji, Bu Lurah, suaminya Bu Lurah, anak-anak kecil, guru pamong, kepala sekolah, bupati, hingga setiap orang yang berpapasan dengan saya ketika sementara berjalan-jalan di pagi hari.

Memang, untuk beberapa minggu ini, saya tidak bisa aktif dalam kerja-kerja KKN yang dilakukan oleh teman-teman saya. Saya harus menyelesaikan dan mengejar deadline sebagai seorang pemimpin redaksi. Deadline, deadline, dealine! Ada banyak pembaca yang butuh informasi seputar kampus UNM setiap bulannya, khususnya pengumuman ujian masuk perguruan tinggi kali ini.

Akan tetapi, usai menjalankan tugas saya (ketika tabloid telah terbit), saya berjanji bakal mengerahkan segala daya upaya saya mengabdi kepada masyarakat. Dalam kepala saya, sudah terpendam “dream work” yang seyogyanya menjadi jembatan bagi saya untuk mengenal lebih jauh masyarakat disini, Pangkep. Apalagi semangat saya rasanya berkobar untuk berinteraksi dengan siswa-siswa sekolah yang akan menjadi “anak didik sementara” saya.

Akh, meskipun terkadang saya harus terbebani secara moril kepada teman-teman saya. Hanya sedikit dari teman-teman yang mengerti akan tugas-tugas kejurnalistikan yang saya jalani di kampus…


--Imam Rahmanto--

You Might Also Like

0 comments