Google, si Mbah Dukun Modern

Juni 02, 2012

Baca Juga



Wah, sudah beberapa hari ini saya tidak menulis lagi. Padahal saya berkomitmen untuk tetap menulis "apapun" yang saya sukai dan "kapanpun". Apalagi saya kan sudah bisa mobile dimana saja. Hehe... Makanya, begitu saya rindu, saya langsung tulis saja.

Saya agak tertarik dengan fenomena google yang sudah jadi orang paling pandai di dunia. Entahlah, saya harus menyebutnya apa; orang pintar - karena tahu segalanya atau orang sakti - karena bisa mencari apa saja.

Saya selalu mendapati hal serupa dari teman-teman saya. Kalau mencari referensi atau materi mata kuliah atau juga sebuah artikel, maka wajar kita bisa banyak menemukannya di google. Itu sudah menjadi hal biasa sekarang. Malah, banyak mahasiswa yang memanfaatkan "si Google" hanya untuk copy-paste tugas makalah.  Namun, berkembangnya waktu, semakin berkembang pula pemahaman penggunaan Google. Kini, yang berkembang, "apapun" bisa dicari melalui mesin pencari itu.

Beberapa hari yang lalu, teman saya kesulitan mendapatkan foto seseorang. Dia pun meminta saya untuk googling. "Coba cari fotonya "anu" di google," suruhnya.

Pikiran saya, memang ada foto orang yang dimaksudnya itu? Padahal dia kan bukan orang ternama. Tapi, ya, saya tetap melanjutkan mencari. Beberapa menit kemudian, saya mendapatkan foto yang dimaksud meski barang satu-dua foto saja.

Berikutnya, pernah teman saya kesulitan menemukan alamat sebuah rumah. Lagi-lagi, dia browsing dengan google. Tapi yang ditemukannya cuma nama beserta jabatan orang yang dicarinya. Alamat rumahnya tidak tercantum begitu jelas.

Ternyata di zaman super canggih seperti sekarang ini, google sudah merajai. Siapa lagi coba yang tidak tahu mengenai google? Kemudahan yang diberikannya semakin menekankan pada setiap orang bahwa segalanya bisa dicari melaluinya. Bahkan budaya lokal Indonesia, mbah dukun yang sakti masih kalah dengan si Google. Apalagi untuk memanfaatkan jasa pencarian google tak perlu biaya kan? Cukup mengetikkan "hal" yang dicari, tunggu sekian detik, dan berjejerlah hasil pencariannya.

Meskipun begitu, tidak lantas semuanya bisa dicari dan ditemukan oleh google. Tidak pantas rasanya jika kita selalu menggantungkan diri pada google searching. Lama-kelamaan sikap kritis kita akan tergerus. Bisa-bisa pemahaman kita kelak hanya akan dikendalikan oleh mesin seperti google. Lihat saja, mahasiswa kebanyakan mencari tugas-tugasnya melalui google. Tidak sedikit pula dari mereka yang hanya sekadar menyalin dari sana, tanpa proses editing.

Kemudian yang saya khawatirkan adalah generasi-generasi mendatang. Apalagi sekarang sudah banyak pula anak-anak umur 5 tahun yang sudah difasilitasi dengan perangkat canggih yang terkoneksi ke internet. Minimal, blackberry. Kelak, mereka hanya bisa bertanya terus pada Om Google. Tidak ada lagi proses penemuan sendiri. Tidak ada lagi usaha sendiri. Otomatis mereka akan disulap menjadi orang-orang pemalas. Bagaimana pula nantinya Indonesia lebih banyak dipimpin oleh para pemalas. Padahal, "experience is the best teacher" kan?

Ya, bagaimanapun fenomena google telah lama menjangkiti kita, sadar atau tidak sadar. Saya pun terkadang begitu, mencari sesuatu dari google, khususnya gambar. Tapi, ya, tidak semuanya juga saya cari disana. Kalau masih bisa diusahakan di dunia nyata, buat apa dicari di dunia maya. Tidak semuanya lah bisa dicari oleh mbah Google. Cari jodoh gimana?

Ckck...bisa-bisa penghasilan para mbah dukun berkurang nih...

*Tulisan ini dibuat sebagai keprihatinan atas terjajahnya para mbah dukun di Indonesia atas kehadiran mbah Google.

--Imam Rahmanto--


You Might Also Like

0 comments