DEADLINE - Part II

Juni 01, 2012

Baca Juga


Trias, lelaki ahli filsafat. Ia sangat hobi membaca dan mempelajari teori-teori dalam buku megenai filsafat. Tak heran, ia sangat pandai berdebat dengan teman-temannya. Tak akan ada yang menandingi kehebatan berdebatnya.
Soal penampilan, ia tak ambil pusing.Penampilannya yang terlalu sederhana menunjukkan kesan awut-awutan. Bayangkan saja, ia pernah melakukan wawancara birokrat kampus hanya dengan menggunakan sandal jepit. Jika ia ke redaksi, maka baju kaos dan celana pendek jadi alternatifnya. Rambutnya yang agak gondrong semakin membuatnya terlihat jutek.
Meskipun simple "so much", tapi ia tergolong teman yang bisa diandalkan. Ia pun gemar memuji setiap orang yang dikenalnya. Oleh karena itu, teman-teman redaksi sudah tidak mempan lagi jika dipuji-puji olehnya. Bisa-bisa termakan rayuannya.

Ristya, cewek cengeng satu ini suka mengingat-ngingat tanggal kelahiran teman-temannya. Tidak salah jika ia dijuluki oleh teman-temannya sebagai "kalender berjalan". Tapi, ya itu tadi, ia gampang sekali menangis jika sudah dibuat kalut. Sayang, keseringan menangis membuat tangisannya hanya dijadikan bahan tertawaan oleh teman-temannya.
Sifatnya yang sensitif menjadikannya peka terhadap segala permasalahan yang dialami temannya. Ia sering dijadikan tempat curhatan teman lain, bahkan mereka yang sangat pendiam. Namun, jika ia sendiri sudah mengalami masalah maka moodnya yang jelek akan dibawa-bawa sampai redaksi.
Oh ya, ia juga gampang sekali kaget alias latah. Sekali dibuat kaget, maka teman-temannya pun akan kena pukul darinya. Soal pukul-memukul, ia tak mau kalah. Ia tak akan berhenti memukul sebelum semua pukulannya terbayar lunas.

Sophie, seorang wanita paranoid. Tubuhnya kecil namun berisi. Ia gampang sekali termakan isu-isu tak jelas. Tak pernah ia merasa aman pulang sendirian ke rumah. Teman-temannya selalu dibuat kerepotan dengan sifatnya itu. Sedikit-sedikit, takut. Sedikit-sedikit takut. Takut kok sedikit-sedikit.
Kesembilan temannya juga menganalogikannya sebagai komputer pentium 2. Soalnya dia tergolong orang yang sangat susah diajak bicara. Butuh waktu lebih dari waktu standar untuk membuatnya mengerti perihal sesuatu. Istilahnya, ia agak lamlod (lambat loading).
Akan tetapi, soal kemauan, dialah jagonya. Ia punya prinsip; dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Dimana ada jalan, disitu harus ada kemauan. Superr sekali!

Prisia, cewek paling modis diantara kesembilan temannya. Namun juga ia termasuk cewek paling alay sedunia. Setiap status di akun facebooknya dibuat se-alay mungkin. Cmunguddh. Thayangq. Atit peyutq. Segala jenis bahasa planet ia buat di statusnya.
Bermodalkan wajah hitam manisnya, ia selalu punya pacar di luar. Bertolak belakang dengan Rian. Padahal Rian pun suka menggodanya.
Ia juga cukup bersemangat. Suatu hari nanti, ia nyaris memisahkan diri dari kesembilan temannya. Namun dorongan yang ia dapatkan lagi akhirnya kembali membawanya untuk terus merasakan kebersamaan di redaksinya.

Rantou, lelaki asal Jawa namun entah bagaimana bisa terdampar di Sulawesi Selatan. Ia dikenal cukup penyabar diantara kesembilan temannya. Begitu polos dan lugunya, ia sama sekali belum pernah merasakan pacaran. Meskipun soal jatuh cinta itu biasa karena sejak sekolah ia sudah sering suka pada teman sekolah. Namun dasar orangnya pemalu, perasaannya itu hanya bisa terpendam jauh di bawah lubuk hatinya. Kelak, ia akan jatuh cinta lagi dan merasakan pula pil pahit akibat perasaannya itu sendiri.
Rantou masih saja menyimpan masa kanak-kanaknya. Misalnya saja, ia masih suka menonton film kartun.Bukan karena ia tidak pernah bahagia di masa kecilnya, namun ia selalu ingin dekat dengan anak-anak yang ia temui. Ia menganggap dunia anak-anak itu adalah dunia yang paling jujur apa adanya dan bisa membawakan sedikit ketenteraman buatnya, apalagi jika suatu hari nanti ia sudah terbebani oleh banyak kesibukan dan rutinitas.
Rantou yang terbiasa menjadi terbaik di segala bidang ketika bersekolah sangat berobsesi untuk juga bisa jadi yang terbaik di redaksinya. Ia menjadikan Leon sebagai rivalnya, bukan perkara wajah. Keduanya sering bersaing dalam meliput sebuah berita. Namun pula, Rantou dan Leon pada akhirnya akan bersama-sama berpetualang ke ibukota negeri.
Maka sudah waktunya kita menumpang lorong waktu (Doraemon). Melihat seberapa banyak yabg telah terjadi dalam kehidupannya. Lamat-lamat menyaksikan suka-duka yang dialami ketika bergabung dengan sebuah lembaga kuli tinta. Ia, dan kesembilan temannya dipertemukan oleh nasib. Bukan sebuah kebetulan. Karena, tak ada yang namanya kebetulan. Jalur nasib sudah ada yang menggenggam dan diskenariokan. Begitu kata-kata dari film.

Check this out!

to be continued.....

--Imam Rahmanto--

You Might Also Like

2 comments