Motor Pusaka
Mei 23, 2012Baca Juga
Pagi ini, saya mengantar teman saya untuk sekadar "mengoperasi" motornya di bengkel. Entah sudah berapa bulan lamanya motornya terlantar ditinggalkan di redaksi. Saking lamanya, seluruh bagian motor sudah dilapisi oleh debu. Sungguh malang nian nasib motor itu.
Sebenarnya, bukan hanya motornya saja yang sudah lama teronggok di redaksi. Namun ada dua motor lainnya yang nasibnya serupa. Hanya beda "usia" tanggal terlantar saja. Jika diurut berdasarkan temponya, maka motor teman saya yang satu itu berada pada urutan kedua. Hehe...
Jadilah ketiga motor itu akhir-akhir kemarin sebagai "motor pusaka". Habisnya, motornya sama sekali tidak dipedulikan oleh pemiliknya. Malah, salah satu pemiliknya yang bertempat tinggal di rumah/ redaksi tidak pernah memperhatikannya lagi meskipun hanya untuk sekadar membersihkan debunya.
"Nasib, nasib....." lirih salah satu motor seandainya mereka berbicara.
Lama, jauh sebelumnya, saya juga merupakan orang yang sangat jarang peduli dengan kondisi motor saya. Istilahnya, asal pakai saja. Tak jarang, orang tua saya pun mengomeli perihal keterawatan motor saya. Setiap saya pulang (ke kampung), pasti ada saja masalah motor yang menjadi bahan omelan ayah saya.
Melihat kondisi motor ketiga teman saya menggugah sedikit kesadaran saya. Ceilah..! Motor juga merupakan "sesuatu" bagi saya. Karena tanpa kehadirannya, barang tentu beberapa aktivitas saya pasti terhambat. Kalau motor sudah rusak, barulah saya bakalan kelabakan.
Hal seperti itu sudah semestinya membuat saya lebih care dengan kondisi motor saya. Seandainya motor-motor itu bisa bicara, maka dengan mudahnya mereka akan berkata, "Rawatlah aku,". Karena ketika mereka sudah "ngambek", yang susah sendiri kan kita sebagai pemiliknya. Merayu motor yang ngambek sama susahnya loh dengan merayu cewek yang lagi ngambek.
Peace!! V^_^
Notes: Motor yang ketiga pun akhirnya dibawa juga ke bengkel. Hehehe.... :p
Sebenarnya, bukan hanya motornya saja yang sudah lama teronggok di redaksi. Namun ada dua motor lainnya yang nasibnya serupa. Hanya beda "usia" tanggal terlantar saja. Jika diurut berdasarkan temponya, maka motor teman saya yang satu itu berada pada urutan kedua. Hehe...
Jadilah ketiga motor itu akhir-akhir kemarin sebagai "motor pusaka". Habisnya, motornya sama sekali tidak dipedulikan oleh pemiliknya. Malah, salah satu pemiliknya yang bertempat tinggal di rumah/ redaksi tidak pernah memperhatikannya lagi meskipun hanya untuk sekadar membersihkan debunya.
"Nasib, nasib....." lirih salah satu motor seandainya mereka berbicara.
Lama, jauh sebelumnya, saya juga merupakan orang yang sangat jarang peduli dengan kondisi motor saya. Istilahnya, asal pakai saja. Tak jarang, orang tua saya pun mengomeli perihal keterawatan motor saya. Setiap saya pulang (ke kampung), pasti ada saja masalah motor yang menjadi bahan omelan ayah saya.
Melihat kondisi motor ketiga teman saya menggugah sedikit kesadaran saya. Ceilah..! Motor juga merupakan "sesuatu" bagi saya. Karena tanpa kehadirannya, barang tentu beberapa aktivitas saya pasti terhambat. Kalau motor sudah rusak, barulah saya bakalan kelabakan.
Hal seperti itu sudah semestinya membuat saya lebih care dengan kondisi motor saya. Seandainya motor-motor itu bisa bicara, maka dengan mudahnya mereka akan berkata, "Rawatlah aku,". Karena ketika mereka sudah "ngambek", yang susah sendiri kan kita sebagai pemiliknya. Merayu motor yang ngambek sama susahnya loh dengan merayu cewek yang lagi ngambek.
Peace!! V^_^
Dari kiri ke kanan; motor dengan rekor paling lama. Hahaha... debunya sudah setebal apa ya? |
--Imam Rahmanto--
0 comments