DEADLINE (part I)
Mei 24, 2012Baca Juga
part 1__
Mahasiswa? Tentu. Ia ingin bercerita banyak mengenai kehidupannya sebagai mahasiswa. Tetek-bengek perpeloncoan dan lainnya. Akan tetapi, potongan waktu diantara 24 jam tidak akan mampu menampung segala kisah pahit-manis kehidupan kampusnya. Ah, ada juga sih asem-asin perjalanannya.
Akan tetapi, sejak setahun ia menjalani kuliah di kampus (yang katanya pencetak guru) ini, dunia telah menemukannya. Ia mulai sadar passion apa yang seharusnya menjadi pegangannya hingga akhir. Cocok. Setahun ngampus, ia selanjutnya bergelut dengan dunia berita. Ya, dunia berita; dunia yang dipenuhi dengan istilah Deadline dan Headline. Jangan lupa, keruwetan otak yang harus selalu berpikir skeptis. Tahu gak skeptis?
Ya, bukan hanya dia. "Mereka" bersepuluh juga telah menjadi bagian tak terlupakan dalam "dunia berita"nya. Siapa mereka? Mari kita tengok sebelum menumpang lorong waktu menuju kisahnya.
Leon, lelaki serabutan satu ini cukup terkenal di kalangan dosen-dosennya. Sebagai seorang aktivis, ia punya banyak kesibukan di luar kuliahnya, termasuk ketika nantinya ia sudah bergabung sebagai salah satu pemburu berita.
Diantara 9 teman yang lain, ia sering dijagokan untuk mengolah sebuah berita. Beritanya banyak menghiasi Headline Weekly. Akan tetapi, kesibukannya yang bukan main (atau malah seakan-akan sibuk) memaksanya untuk sering mengeluarkan janji-janji palsu. Istilah "Sumpah deh, sumpah deh," sudah tidak asing lagi di telinga teman-temannya. Gini nih benih-benih seorang politisi partai.
Teman-teman redaksi sering menyapanya sebagai si "Cambang" gara-gara brewoknya yang tak ketinggalan ia pelihara. Gara-gara itu pula ia sering dianggap sebagai mahasiswa senior. Hehe...
Rian, seorang pecinta ulung yang menghuni redaksi. Dia sudah banyak mematahkan (atau dipatahkan) hati seorang perempuan. Wajah "di atas rata-rata"nya menjadi maskot buat teman-temannya. Sayangnya, gara-gara keusilan teman-temannya pula ia pernah diputuskan seorang perempuan. Alhasil, ia ketularan usil untuk menuntut balas dendam kepada 9 teman lainnya, selalu saja mencari cara.
Di balik sikap acuhnya terhadap berita, ternyata ia diam-diam menyimpan beribu puisi cinta di hape miliknya. Membacanya, membuat hati mendayu-dayu (lebay). Mungkin saja, puisi itu sengaja ia simpan untuk dikirimkan buat calon-calon "korban cinta" berikutnya.
Elfan, sang penghuni redaksi lainnya. Orangnya agak pendiam dibanding yang lainnya. Di balik itu, ia dikenal sebagai seorang pengusaha muda. Beragam usaha sudah pernah digelutinya. Pengalamannya sebagai seorang young enterpreneur sudah tidak meragukan lagi. Dari mukanya saja sudah kelihatan wajah-wajah para pebisnis.
Jangan menilai buku dari sampulnya; meskipun otak-otak bisnisnya tak meragukan lagi, kenyataannya kehidupannya masih di bawah rata-rata. Miris. Tampaknya hasil yang ia capai berbanding lurus dengan belanja hariannya. Bahkan cenderung besar pasak dari tiang.
Reza, salah satu orang yang tidak perlu diperhitungkan dalam proses pencarian cinta. Pasalnya, ia sudah terikat oleh kisah kasihnya selama lebih dari dua tahun dengan seorang mahasiswa kampus lain. Katanya sih setia sudah menjadi harga mati baginya. Makanya, jarang sekali ia melirik perempuan-perempuan bening yang melintas di depannya.
Ketika teman-temannya ngerumpi perihal cewek, maka ia bisa menjadi contoh dan teladan untuk menuju rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.
Vero, bukan nama yang sebenarnya. Ia dihadiahi nama Verawati oleh kedua orang tuanya. Namun obsesinya untuk jadi yang paling "keren" diantara himpunan manusia di Indonesia menjadikannya tomboy. "Keren" adalah pegangan hidupnya. Facebook adalah jalan hidupnya.
Lain padang, lain ilalang. Jika Vero sedang berkeliaran untuk kuliah di kampus, maka ia menjelma menjadi seorang perempuan sebagaimana mestinya. Bagi orang-orang yang belum lama mengenalnya, pasti sulit mengenali perbedaan wajahnya.
to be continued.....
--Imam Rahmanto--
0 comments