Jangan Selalu Percaya TV
Mei 04, 2012Baca Juga
Beberapa kali menangani maupun mengikuti event yang melibatkan artis maupun tokoh-tokoh di dunia hiburan kembali membangun pengetahuan baru buat saya. Ada banyak hal yang ternyata tidak boleh langsung kita percayai ketika berhadapan dengan layar kaca. Para penonton, termasuk saya, hanya disuguhi dengan sebuah skenario.
Lima hari menghabiskan waktu di kota Jakarta tidaklah cukup untuk mengenal dunia "real" sebuah panggung hiburan. Namun berdasarkan pengamatan saya, sedikit kesimpulan bisa saya petik; orang-orang di layar kaca tak seramah yang anda kira.
Di layar televisi, kita mungkin sering melihat para selebriti dengan ramahnya menyapa para penggemarnya, tak terkecuali dalam sebuah wawancara. Tak jarang mereka juga melemparkan senyum secara gratis. Hingga kita mungkin (para penonton) terbius oleh keramahan mereka di layar kaca.
Lihat saja ketika para fans begitu fanatiknya terhadap idolanya. Mengelu-elukannya. Memujinya dimana saja. Padahal mereka belum pernah bertemu langsung dengan idolanya itu.
Meskipun bukan fanatik siapapun, saya sudah merasakan bagaimana "asli"nya para bintang layar kaca itu. Sebelum bertemu, kita selalu menganggapnya "baik" dan pasti ramah. Akan tetapi, semua berbalik 180 derajat jika perlakuan di kenyataan yang lita dapati jauh lebih buruk.
"Ternyata dia begitu..."
Kita hanya bisa menggumam.
Sudah banyak tokoh-tokoh TV itu yang pada awalnya saya anggap, "Orangnya pasti ramah," dan kenyataannya jauh dari itu. Hanya untuk diminta wawancaranya saja saya harus tertatih-tatih. Nada bicaranya pun tak mengenakkan hati.
Jadi, saya sarankan; mengidolakan itu boleh dan wajar, namun tak usah terlalu fanatik jika belum pernah bertemu dengan orangnya secara langsung. Sebatas tahu latar belakang dan kehidupan si idola tidak menjamin sepenuhnya bahwa kita telah mengenalnya. Toh, tak kenal maka tak sayang.
Lima hari menghabiskan waktu di kota Jakarta tidaklah cukup untuk mengenal dunia "real" sebuah panggung hiburan. Namun berdasarkan pengamatan saya, sedikit kesimpulan bisa saya petik; orang-orang di layar kaca tak seramah yang anda kira.
Di layar televisi, kita mungkin sering melihat para selebriti dengan ramahnya menyapa para penggemarnya, tak terkecuali dalam sebuah wawancara. Tak jarang mereka juga melemparkan senyum secara gratis. Hingga kita mungkin (para penonton) terbius oleh keramahan mereka di layar kaca.
Lihat saja ketika para fans begitu fanatiknya terhadap idolanya. Mengelu-elukannya. Memujinya dimana saja. Padahal mereka belum pernah bertemu langsung dengan idolanya itu.
Meskipun bukan fanatik siapapun, saya sudah merasakan bagaimana "asli"nya para bintang layar kaca itu. Sebelum bertemu, kita selalu menganggapnya "baik" dan pasti ramah. Akan tetapi, semua berbalik 180 derajat jika perlakuan di kenyataan yang lita dapati jauh lebih buruk.
"Ternyata dia begitu..."
Kita hanya bisa menggumam.
Sudah banyak tokoh-tokoh TV itu yang pada awalnya saya anggap, "Orangnya pasti ramah," dan kenyataannya jauh dari itu. Hanya untuk diminta wawancaranya saja saya harus tertatih-tatih. Nada bicaranya pun tak mengenakkan hati.
Jadi, saya sarankan; mengidolakan itu boleh dan wajar, namun tak usah terlalu fanatik jika belum pernah bertemu dengan orangnya secara langsung. Sebatas tahu latar belakang dan kehidupan si idola tidak menjamin sepenuhnya bahwa kita telah mengenalnya. Toh, tak kenal maka tak sayang.
--Imam Rahmanto--
0 comments