Berbagi Ilmu Mesti Sabar

Agustus 21, 2011

Baca Juga

Sumber gambar: Google search
Ilmu takkan pernah habis jika dibagi. Anehnya, ilmu akan habis jika disimpan sendiri. Berbeda dengan materi/ harta. Disimpan, jumlahnya statis. Bahkan jika disimpan di bank, harta mestinya bisa bertambah. Dibagi-bagi, jumlahnya berkurang.

Inilah salah satu keutamaan ilmu. Disebutkan pula bahwa kewajiban umat Islam adalah menuntut ilmu. Oleh karena itu, Tuhan tak henti-hentinya menganugerahkan segala keajaiban pada ilmu.

Ilmu sudah seharusnya untuk dibagi agar jumlahnya bisa bertambah. Akan tetapi, membaginya pun tidak boleh sembarangan, asal-asalan. Membaginya harus dengan penuh kesabaran.

Beberapa minggu yang lalu, dari kamar kontrakan saya, saya lepas mendengar cercaan ibu kost pada anaknya. Pasalnya, anaknya yang masih duduk di sekolah dasar tak kunjung-kunjung paham dengan bacaan Al-Qur’an yang sementara diajarkannya. Mendengarnya, saya agak iba dengan anaknya.

Dulu, sebagai orang yang tergolong berprestasi (secara akademik) di sekolah, saya sering dijadikan tempat untuk bertanya oleh teman-teman seangkatan saya. Namun, kebiasaan buruk saya, secara sadar maupun tak sadar terbiasa jengkel pada teman-teman yang tak kunjung mengerti dengan penjelasan saya. Tak jarang, volume suara saya sedikit meninggi ketika menghadapi hal demikian.

Akibatnya, beberapa kawan-kawan saya mulai merasa sungkan (atau takut) jika ingin menanyakan pelajaran pada saya. Ada sedikit kecemasan (mungkin juga kejengkelan) mereka untuk bertanya pada saya. Bahkan, tak jarang sudah ada yang ingin melontarkan pertanyaan pada saya, namun ditariknya kembali. Dia galak. Begitu mungkin pikir mereka.

Nah, kesabaran memang sangat diperlukan dalam membagi ilmu dengan siapapun. Jika menyimpan uang di bank, kita perlu bersabar agar uangnya berbunga dan bertambah nominalnya, maka untuk menambah “bunga ilmu” kita perlu bersabar dalam membaginya.

Bukanlah dinamakan sabar, jika membagi ilmu diwarnai dengan cercaan, cemoohan, ataupun bahkan pikiran mengejek. Tidak sepantasnya lah seorang cendekia “marah-marah” kepada muridnya. Bukankah dengan “marah-marah” itu salah satu tanda bahwa ia tidak ikhlas dalam membagi ilmunya?

Selain itu, orang yang sabar dalam membagi ilmunya besar kemungkinan awet muda. Lha, kok bisa? Ini sekedar hipotesis saya. Tanpa mengerutkan kening (dan muka ditekuk), dan berbekal senyuman pada siapa saja maka bisa memberikan efek awet muda. Senyum, kan bisa membuat orang awet muda. Pantas saja saya selama ini merasa sudah agak tua. Hehehe….

Memang, sabar sebuah kata yang mudah dilafalkan namun sangat sulit untuk diterapkan. Saya pun belum yakin mampu menerapkannya.

Akan tetapi, ingat pula bahwa mengajarkan ilmu pada orang lain sebenarnya adalah sebuah kewajiban. Jika kita punya sesuatu yang lebih, maka dianjurkan berbagi, kan? Jika tidak dibagi, maka ilmu yang dimiliki hanya akan using dimakan waktu.

Sebuah contoh yang tiap orang sudah tentu pernah mendapatkannya. Mengapa seorang guru (pengajar) bisa semakin pandai dengan pelajarannya dari tahun ke tahun? Jawabannya mudah. Karena rela berbagi. Ia rela membagi ilmunya kepada siapa saja, termasuk anak didiknya. Dengan sabar, seorang guru tiap hari mengajarkan segala hal yang ia ketahui, meskipun sekali-dua kali terkadang masih bisa diwarnai oleh omelan.

Oleh karena itu, sangatlah penting bagi pencari ilmu untuk bersabar dalam menuntut ilmu. Jika ingin bertambah pengetahuannya, maka bersabarlah dengan membaginya. Karena orang sabar, akan beruntung. Man Shabara Zhafira. Maka beruntunglah teman-teman yang mampu menjaga kesabarannya dalam membagikan ilmu (apalagi ditambah dengan senyuman). Dengan begitu, akan mendapatkan “bunga ilmu” dari “bank ilmu” + Bonus: Awet Muda.

Harta:

Bertambah jika disimpan, berkurang jika dibagi (secara nyata).

Ilmu:

Bertambah jika dibagi, berkurang jika disimpan.

Saya pun akan berusaha, apalagi ditambah dengan awet muda. Hahaha….. Membagi ilmu sebenarnya sangat menyenangkan. Nah, salah satu cara saya untuk berbagi ilmu adalah menuliskannya. Sebagiamana petuah, Ikatlah ilmu dengan menuliskannya. 

You Might Also Like

0 comments