Menulis Secara Sukarela

Agustus 29, 2012

Baca Juga


Menulis apa saja bisa menjadi hal yang menggairahkan. (ImamR)
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat berbagi cerita dengan salah seorang teman saya. Kami berbagi banyak motivasi mengenai minat menulis.

Ada hal unik yang ternyata baru saya sadari dari potongan perbincangan itu. Mengenai menulis. Mengenai betapa menyenangkannya menulis secara sukarela. Tanpa paksaan maupun tuntutan dari pihak lain.

Sekali saja, coba pikirkan, pernahkah kamu meluangkan waktu untuk menulis secara sukarela? Karena benar-benar ingin menuliskan "sesuatu itu". Bukan karena tuntutan pekerjaan maupun paksaan dari orang lain. Tulisan yang benar-benar hasil ketertarikanmu terhadap sesuatu. Bukan tulisan sebagai tuntutan pekerjaan maupun permintaan orang lain.

Disadari atau tidak, sebagian dari kita masih sangat jarang melakukan hal itu; menulis dengan sukarela. Kebanyakan, khususnya bagi yang aktif di lingkungan jurnalistik, mereka menuliskan sesuatu berdasarkan tuntutan pekerjaan. Setiap minggu mereka tentu menulis. Akan tetapi tulisan-tulisan yang mereka hasilkan adalah pengejawantahan dari tuntutan kehidupan sehari-harinya untuk memenuhi waktu deadline.

Saya pun menyadari selama ini saya banyak menghasilkan tulisan-tulisan hanya sebagai pemenuhan tugas saya sebagai seorang reporter kampus. Untuk memperbaikinya, saya menulis apa saja sesuai minat saya.

Sementara bagi mahasiswa, mereka menulis karena tuntutan pemenuhan tugas dari mata kuliahnya. Kesemuanya itu, belum tentu apa yang mereka tulis sudah sesuai dengan minat ketertarikan mereka.

Nah, mari luangkan waktu sejenak menulis segala sesuatu yang kita sukai. Refresh otak dari rutinitas sehari-hari. Tulis saja apa yang kita pikirkan mengenai suatu hal (sesuai minat). Lantas, tidak perlu dipikirkan lagi apa yang kita tulis mengenainya. Sungguh menyenangkan secara sukarela menulis segala hal yang kita senangi, baik itu soal perasaan maupun sesuatu yang kita sendiri anggap unik.

"Aku malu dengan tulisanku yang kacau,"

Ah, alasan klasik! Memangnya kepala setiap orang sama? Jelek di mata si A belum tentu jelek di mata B, C, maupun D. Tetap percaya, ada satu orang diantara ribuan manusia yang bakal selalu menanti tulisan-tulisan orisinil kita. Oleh karena itu, jangan membuat mereka menunggu terlalu lama. Come on!


--Imam Rahmanto--


You Might Also Like

2 comments

  1. Kayaknya aku kenal deh, dengan obrolan semacam ini, hehe. Makasih ya, atas cubitannya...

    BalasHapus
  2. @Dian Kurniati: Masa sih? Ya, buat motivasi aja...

    BalasHapus