13# Berbeda
Juni 30, 2015Baca Juga
Ramadhan#13 |
Kata orang, angka 13 adalah angka keramat. Siapa saja yang pernah berkunjung ke gedung-gedung tinggi perkotaan pasti takkan menemukan lantai yang menunjukkan angka 13. Angka itu biasanya diganti dengan angka lain atau membuat angka sebelumnya bercabang. Semisal 12a, 12b, atau langsung ke angka 14.
Jangan mempercayai angka semacam itu di bulan suci. Itu saja.
Lagipula, bulan di hari ke-13 ini mendekati purnama. Coba tengok langit. Bulan cembung awal. Di atas sana sedang cerah berkibar menunjukkan berkah dari Tuhan. Cerah. Saya baru menemukan sekali hujan turun di tengah Ramadhan.
Saya agak kesal dengan hasil terbitan koran saya hari ini. Ada kesalahan di dalamnya. Parahnya, kesalahan itu dilakukan berjamaah oleh media lainnya. Bahkan, media sekelas nasional sekalipun. Lebih mengecewakannya lagi, Naskah yang telah saya buat tidak sempat dilirik oleh rubrik yang seharusnya bisa menanggulangi kesalahan itu. Sungguh malang...
Sudahlah. Bulan puasa adalah bulan bersabar...
Perihal kesalahan itu memang tak langsung disadari orang. Terkadang, segala sesuatu dianggap benar lantaran banyak orang yang menyetujui atau menganggapnya benar. Padahal, berbeda itu belum tentu salah. Saya justru menyukai hal-hal unik. Mengerjakan sesuatu yang unik. Atau menciptakan segala laku yang berbeda dari orang biasanya.
Puasa, tidak menjadikan kita berbeda dari agama lain. Kita justru mencoba untuk menjadi kuat dengan berpuasa. Bersabar menahan lapar. Bersabar menahan nafsu. Bersabar menahan syahwat.
Tak jarang saya menemui orang-orang yang mendadak merasa bersalah saat makan di depan orang yang sedang puasa. "Eh, maaf, ternyata sedang puasa ya?" sambil berlalu mencari tempat aman yang tak nampak bagi orang berpuasa. Padahal, bagi saya, hakikat berpuasa adalah melatih diri dari segala godaan. Jika kita beribadah tanpa "tantangan", bagaimana esensi menjadi kuat bisa terbentuk? Dengan adanya godaan, kita dilatih untuk menghadapinya secara nyata dan berani. Yah, miriplah jika Tuhan selalu menghadapkan cobaan bagi hamba yang dirasa-Nya bertakwa.
Di tengah orang yang menjalani kehidupan seperti biasa, umat Islam berani berbeda. Sebulan menjalani puasa. Hm...meskipun negeri kita didominasi kaum Muslim sih...
Ya sudahlah, semoga puasa kita bernilai ibadah...
P.s. Saya memborong 6 buku baru hari ini. Buku yang saya dapatkan dari lapak obral buku di sebuah mobil boks depan kampus. Bukunya memang bukan terbitan baru. Akan tetapi, buku-buku itu adalah buku yang masih layak baca. Selain itu, saya masih bermimpi memiliki banyak koleksi buku....
Kata orang, angka 13 adalah angka keramat. Siapa saja yang pernah berkunjung ke gedung-gedung tinggi perkotaan pasti takkan menemukan lantai yang menunjukkan angka 13. Angka itu biasanya diganti dengan angka lain atau membuat angka sebelumnya bercabang. Semisal 12a, 12b, atau langsung ke angka 14.
Jangan mempercayai angka semacam itu di bulan suci. Itu saja.
Lagipula, bulan di hari ke-13 ini mendekati purnama. Coba tengok langit. Bulan cembung awal. Di atas sana sedang cerah berkibar menunjukkan berkah dari Tuhan. Cerah. Saya baru menemukan sekali hujan turun di tengah Ramadhan.
Saya agak kesal dengan hasil terbitan koran saya hari ini. Ada kesalahan di dalamnya. Parahnya, kesalahan itu dilakukan berjamaah oleh media lainnya. Bahkan, media sekelas nasional sekalipun. Lebih mengecewakannya lagi, Naskah yang telah saya buat tidak sempat dilirik oleh rubrik yang seharusnya bisa menanggulangi kesalahan itu. Sungguh malang...
Sudahlah. Bulan puasa adalah bulan bersabar...
Perihal kesalahan itu memang tak langsung disadari orang. Terkadang, segala sesuatu dianggap benar lantaran banyak orang yang menyetujui atau menganggapnya benar. Padahal, berbeda itu belum tentu salah. Saya justru menyukai hal-hal unik. Mengerjakan sesuatu yang unik. Atau menciptakan segala laku yang berbeda dari orang biasanya.
Puasa, tidak menjadikan kita berbeda dari agama lain. Kita justru mencoba untuk menjadi kuat dengan berpuasa. Bersabar menahan lapar. Bersabar menahan nafsu. Bersabar menahan syahwat.
Tak jarang saya menemui orang-orang yang mendadak merasa bersalah saat makan di depan orang yang sedang puasa. "Eh, maaf, ternyata sedang puasa ya?" sambil berlalu mencari tempat aman yang tak nampak bagi orang berpuasa. Padahal, bagi saya, hakikat berpuasa adalah melatih diri dari segala godaan. Jika kita beribadah tanpa "tantangan", bagaimana esensi menjadi kuat bisa terbentuk? Dengan adanya godaan, kita dilatih untuk menghadapinya secara nyata dan berani. Yah, miriplah jika Tuhan selalu menghadapkan cobaan bagi hamba yang dirasa-Nya bertakwa.
Di tengah orang yang menjalani kehidupan seperti biasa, umat Islam berani berbeda. Sebulan menjalani puasa. Hm...meskipun negeri kita didominasi kaum Muslim sih...
Ya sudahlah, semoga puasa kita bernilai ibadah...
P.s. Saya memborong 6 buku baru hari ini. Buku yang saya dapatkan dari lapak obral buku di sebuah mobil boks depan kampus. Bukunya memang bukan terbitan baru. Akan tetapi, buku-buku itu adalah buku yang masih layak baca. Selain itu, saya masih bermimpi memiliki banyak koleksi buku....
Buku-buku baru yang berbeda dari biasanya. Hahaha... (Foto: ImamR) |
--Imam Rahmanto--
0 comments