Kalian Berempat Terhebat

Maret 30, 2013

Baca Juga

Hmm...nampaknya untuk surat kali ini tak perlu aku bertanya tentang kabar dan keadaan kalian. Toh, setiap hari kita bertemu dan berjumpa di redaksi. Atau paling tidak setiap minggu dalam rapat redaksi kita. Apalagi, semalam, aku menemukan kalian masih bersemangat seperti hari-hari kemarin ketika kita mungkin masih merasa tertekan. Aku suka semangat seperti itu. ^_^.

Bukan hanya penyakit yang bisa menular, melainkan semangat pun bisa menular. Bahkan lebih cepat dibandingkan penyakit. Sekali tersenyum, dua-tiga muka ikut tersenyum.

Aku mengirimkan surat ini hanya untuk mengucapkan terima kasih pada kalian berempat; Yasir, Yeni, Azhar, dan Ela, yang telah bekerja keras selama tiga minggu terakhir. Aku selalu percaya kalian, meski terkadang kepercayaan itu bisa memudar sejalannya waktu. Setidaknya, dengan kondisi #KerjaKeras (namun menyenangkan) kemarin, kalian telah membuktikan bahwa kalian memang selalu yang terbaik.

Tiap pribadi itu unik. Masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri.

“Kalau saya kapan saja, pasti saya usahakan, Kak,” Kata-kata yang paling saya suka darimu, Azhar, yang menunjukkan sedikit kesungguhanmu untuk bekerja keras. Soal rapat, tentu saja, tak pernah diragukan lagi kehadiranmu. Bahkan, ketika harus dikenai sanksi “pidana” breafing kita seminggu lalu, kau cukup berlapang dada juga menerimanya. Meskipun sesekali masih harus bertanya harga porsi konsumsinya. Hahaha….

Hanya satu yang selalu diwanti-wanti, “Asalkan jangan waktu-waktu malam minggu, Kak,” Haha….maklum, orang yang mengaku dirinya ganteng selalu punya waktu kencan di malam minggu.

Tentu tentang keahlian Azhar (cerdik = cerdas dan licik), agak berbeda denganmu, Yasir. Selalu, tak pernah ketinggalan, dengan keahlian meliput yang sudah cukup mapan, engkau mampu memenuhi setiap beban kewajiban dalam tiga minggu terakhir ini. Beruntung, kau selalu menjadi pihak “penikmat” kompetisi yang berlangsung diantara teman-temanmu.

“Saya sih santai saja,” ujarmu selalu.

Hanya saja, ditambah dengan beban sebagai “tukang” upload berita, waktu siang dan waktu malam tampak sama untukmu. Bahkan, gara-gara berita yang dikumpulkan membludak, engkau sampai rela begadang sambil manasin modem portablemu alias si android. Sebenarnya, kita sama kok Yasir. Cuman, tempat nongkrong internetnya saja yang berbeda. Aku, warnet. Kamu, redaksi. Hehe..

Nah, orang yang akhirnya terbangun dari tidurnya yang panjang – tapi maaf ya bukan putri salju – adalah engkau, Ela. Senang juga melihat semangatmu, yang mungkin baru terbangun ketika #KerjaKeras kita selama tiga minggu terakhir ini.

“Maaf, Kak. Memang biasanya selalu saja rasa malas yang datang. Entah kenapa,” Yah, kau mengakuinya. Terkadang rasa malas memang datang tanpa diundang. Ketika kita menginginkannya pergi, perasaan sudah terlanjur enak dan malas (lagi) untuk mengusirnya jauh-jauh.

Memang, sekali-kali kita perlu keluar dari zona kenyamanan. Yah… Oleh karena itu, aku mencoba menarikmu dari zona itu dengan berburu berita selama tiga minggu ini. Toh, nyatanya engkau bisa memenuhinya. Engkau ternyata mampu mencetak beberapa berita yang mungkin telah lama kau lupakan. Aku senang melihatmu bangkit dari tidur panjangmu. Ngomong-ngomong, kalau putri salju, pangerannya siapa ya?

Seperti halnya Ela, engkau sebenarnya juga sempat tertidur, Yeni. Entah itu karena ada malas juga yang melanda atau karena rangkap jabatanmu di redaksi. Atau malah karena kau terlalu banyak pikiran mengenai hal-hal lain, termasuk keluargamu.

Mungkin, orang yang paling menyadari perubahan yang terjadi padaku ketika memulai proses #KerjaKeras ini adalah engkau. Aku masih ingat loh kata-katamu waktu itu, ketika engkau harus kuomeli lewat chat fb-mu, gara-gara sempat mengabaikan salah satu tugasmu,

“Kak Imam yang seperti ini, yang lama rasanya hilang. Cepat selesaikan pekerjaan yang menggudang itu, Kak, supaya bisa jadi diri sendiri lagi. Atau mungkin yang sekarang ini, ujian naik level tingkat lanjut ya?”

Tahu tidak, aku mendadak tersentak oleh ucapanmu (chat) itu. Aku pun berpikir, apa benar aku banyak berubah? Tapi, aku kembali meyakinkan diriku, bukankah sudah kukatakan sejak awal breafing kita tempo hari bahwa aku tentu sedikitnya akan berubah.

“Jadi jangan heran, semenjak memulai kerja ini, kalian akan menemukan Imam Rahmanto yang berbeda dengan Imam Rahmanto yang kalian kenal selama ini. Jika kita dulu bisa sedikit bersantai, kini kita harus kerja, kerja, dan kerja,” Aku mengungkapkannya gamblang pada kalian.

Nah, Yeni, orang yang paling banyak berdebat tentang pekerjaannya mungkin adalah engkau. Mungkin, beberapa kali, ada banyak  alasan yang seringkali kau jejalkan atas kesalahanmu. Tetap saja, skeptis selalu menjadi penghalangku. Melakukan segala hal yang dibutuhkan hingga batas kemampuan kita adalah cara terbaik untuk mengatasi segala permasalahan yang timbul. Tidak fair rasanya ketika kita banyak menyalahkan segala hal di luar diri kita atas kegagalan-kegagalan yang terjadi pada kita.

Ketika engkau berada di ambang kekalutanmu sendiri, mungkin di saat itulah engkau kemudian berbalik arah. Sampai-sampai aku mendengar sendiri engkau yang rela berlarut-larut nongkrong (juga) sendirian  di warnet, satu-satunya perempuan, hanya untuk memenuhi kewajibanmu. Salut!! Oh ya, mungkin gara-gara tempo hari kena sanksi juga ya, makanya tidak ingin mengulang traktiran yang sama. Hehe.. :P Apapun itu, engkau nyatanya bisa membuktikan bahwa asumsi ketidakpercayaanku padamu tidaklah benar. ^_^.

Bagiku, kalian cukup hebat. Sangat hebat malah. Lagi-lagi aku berpikir, Tuhan tak pernah kebetulan menempatkan kalian untuk membantu pekerjaanku. Tidak penting pula seberapa buruk atau tak berharganya apa yang kalian lakukan selama ini di mata orang lain. Kalian, telah mampu membuktikan bahwa selalu ada jalan bagi yang mau berusaha keras dan bekerja sama. Tak hanya itu, kita juga bisa menunjukkan, kerja keras itu bisa dilakukan dengan sebahagianya kita.

Seperti halnya persaingan diantara kalian yang selalu menjadi hal menarik bagiku. Saling ancam jumlah berita, olok-olok satu sama lain, sampai kekonyolan-kekonyolan yang kalian lakukan sendiri, sedikitnya bisa membuatku terlepas dari beban masalah. Tertawa. Bahkan cara kalian bercerita pun sudah membuat kalian menertawai satu sama lain. Aku lantas berpikir; aku memang tak sendiri.

Senam, selalu diakhiri dengan pendinginan. Oleh karena itu, selanjutnya kita tidak akan berkerja keras lagi. Kita menamakannya; #KerjaSantai. Sudah kukirimkan isinya masing-masing kepada kalian, bukan? Tak ada lagi, penekanan, tuntutan, atau beban di kepala. Legakan pikiran, hela napas, dan regangkan bahu kalian. Kalau katanya Azhar sih, “Kita sudah punya banyak waktu lagi untuk cari cewek,” Haha.. .bisa benar juga.

Kita, yang awalnya “berlari”, kini akan belajar “terbang” karena beban di kepala sudah mulai dilepaskan. Semoga, terbangnya kita bisa menjadi pemandangan yang cukup mengesankan bagi orang-orang lainnya yang masih berlari di atas permukaan.

Penutup, terima kasih untuk kerja keras kalian. ^_^.




--Imam Rahmanto--

You Might Also Like

2 comments

  1. Waw, aku jadi berasa tim yang hebat. Ya, intrik semacam itu memang wajar terjadi, dan sepertinya, kalian sukses membentuk tim yang keren. Selamat...

    BalasHapus
  2. @Dian Kurniati: hahaha...sekadar mencoba menjadi pimpinan yang baik. :)

    BalasHapus