Pujian, atau Terima Kasih?

Maret 16, 2010

Baca Juga

Citra diri kita menentukan fokus kita atau semua yang kita pikirkan. Citra diri yang baik membuat kita berkonsentrasi pada pujian yang ditujukan pada kita dan pada keberhasilan yang kita capai. Ini bukan kesombongan. Ada seseorang yang mengatakan, “Kesombongan adalah penyakit yang aneh. Penyakit ini membuat semua orang mual kecuali si pengidap itu sendiri!” Memikirkan diri sendiri dan mencintai diri sendiri secara sehat adalah dua hal yang bertolak belakang.

Memikirkan diri sendiri dan mencintai diri sendiri secara sehat harus dibedakan.

Orang dengan ego yang sangat besar selalu ingin menjadi pusat perhatian, haus penghargaan, dan kurang mempedulikan mereka yang ada di sekelilingnya.

Sebaliknya, dengan mencintai diri sendiri secara sehat, kita bisa menghargai keinginan kita maupun keinginan orang lain. Artinya, kita bisa merasa bangga atas pencapaian kita tanpa perlu mengumumkannya dan kita bisa menerima kekurangan-kekurangan kita sambil terus berusaha keras memperbaiki diri.

Mencintai diri sendiri secara sehat berarti kita tidak harus mempertanyakan alasan mengapa kita pergi berlibur, tidur larut malam, membeli sepatu baru, dan terus-menerus memanjakan diri sendiri. Kita merasa nyaman melakukan hal-hal yang menambah kualitas dan keindahan hidup kita.

Kita harus menyadari bahwa tidak ada yang disebut superiority complex.

Jika kita dengan tulus menghargai diri sendiri, kita tidak perlu mengumumkan kepada orang lain betapa baiknya diri kita. Hanya orang yang tidak yakin atas harga dirinyalah yang mengumumkannya ke semua orang.

Yang perlu kita ketahui adalah bahwa menerima pujian bukanlah sikap yang perlu dipersoalkan. Kita tidak perlu menjadi seorang yang sempurna untuk mengucapkan terima kasih setelah menerima pujian. Orang yang sukses selalu mengucapkan, “Terima kasih.” Mereka menyadari bahwa mengaku telah mengerjakan sesuatu dengan baik adalah sikap yang benar.

Pujian adalah suatu hadiah. Perlu pemikiran dan usaha untuk memberikan pujian kepada seseorang. Seperti halnya kalau Anda memberi hadiah kepada seseorang Anda akan merasa kecewa jika hadiah itu dikembalikan kepada Anda. Ini adalah alasan lain mengapa kita sebaiknya menerima pujian dengan senang hati. Coba bayangkan seseorang teman Anda memuji penampilan Anda dan Anda menanggapi, “Tetapi bibirku tebal dan kakiku pendek!”

Anda akan merasa tidak enak karena Anda tidak menerima pujian itu sesemangat teman Anda ketika ia melontarkannya. Ia juga merasa tidak enak karena alasan yang sama, dan akan mengingat Anda sebagai teman berbibir tebal dan berkaki pendek. Mengapa tidak mengucapkan “Terima Kasih” saja?

Sumber: Being Happy! Kiat Hidup Tenteram dan Bahagia

You Might Also Like

0 comments